7th - Dilemma

191 28 4
                                    

Wasa : guys, pada ikut kuliah umum nggak?

Dirga : kagak, pulang kampung gue

Yoga : kagak, pulang kampung gue (2)

Wasa : yah, kok udah pada pulkam sih, sengaja nggak ikut ya?

Yoga : lagian kan kuliah umumnya kimia energi sa, kan gua nggak ambil

Wasa : iya juga sih, lo @ dirga ?

Dirga : mama udah nyuruh gue pulang

Evan : gue kagak ditanya nih?

Wasa : ajaib sih kalau lo ikut

Pada akhirnya, Baskara Wasa Pramana harus pergi sendirian ke acara kuliah umum yang diadakan oleh jurusannya. Walaupun kuliah umum ini dibuka untuk semester enam seperti mereka, tapi Wasa tidak heran kalau teman-temannya itu kurang berminat. Lagipula di semester ini mereka sudah memilih bidang yang berbeda-beda. Wasa mungkin semangat karena memang kuliah umum ini bertema kimia energi, sesuai bidang yang dipilihnya.

Setelah memakai kemeja lengan pendek dan celana jeans-nya, Wasa mengambil kunci mobil lalu mengeluarkan mobilnya dari garasi. Rumah Wasa memang dekat dengan kost-an Dirga, tapi jaraknya terbilang tidak dekat dari kampus. Makanya Dirga selalu bawa motor kalau pergi ke kampus.

Wasa hanya berniat mengikuti kuliah umum dengan serius sampai selesai, ia tidak berharap ada teman mengobrol nantinya di sana. Lagipula ia tidak bisa serius bila terlalu banyak orang yang mengajaknya mengobrol. Terakhir kali mereka berempat mengikuti kuliah umum, cuma Wasa sendiri yang serius, Evan sibuk main games, Yoga makan sambil nonton video-video yang entah apa, sementara Dirga malah tidur. Mungkin memang lebih baik ia pergi sendiri.

Tapi ternyata, Wasa mendapat teman mengobrol yang lebih asyik. Mungkin selama kuliah umum, ia pasti tidak akan bosan karena mereka memiliki minat yang sama.

"Hai," sapa Wasa.

"Hai, Sa! Sini duduk sebelah gue," Sherina Lavanya, gadis yang memiliki minat yang sama dengan Baskara Wasa Pramana itu menepuk kursi di sebelahnya.

"Kirain lo pulkam juga bareng si Yoga," ujar Wasa sambil duduk lalu melepas tas gendongnya dan mengeluarkan buku catatan kecil.

Sherin menggeleng, "Gue nggak mungkin ngelewatin kuliah umum ini, apalagi profesornya dari Tohoku University, kampus impian gue buat S2 nanti," sambil terkekeh.

Mendengar jawaban itu, mata Wasa membulat, "Serius? Lo juga mau ikut program beasiswa yang dari jurusan itu?"

Sherin mengangguk dengan semangat, "Iya dong! Lo juga? Wah gokil sih, kita barengan terus."

Kemudian mereka berdua tertawa bersama. Selalu seperti ini, minat mereka selalu sama. 

Saat SMA, mereka pertama kenal saat pelajaran kimia, dimana Sherin berhasil menyelesaikan soal kimia yang dituliskan di papan tulis dan dikenal sebagai siswi yang pintar. Wasa yang mengagumi kepintaran Sherin pun mengajaknya berkenalan duluan, dan ternyata setelah mengenal lebih jauh, Sherin justru beranggapan Wasa lebih pintar dari dirinya. Nilai ujian yang mereka peroleh selama SMA pun tidak pernah berbeda jauh, walau Wasa selalu lebih tinggi. Nilai membanggakan, begitupun peringkat yang mereka peroleh, dimana Wasa selalu mendapat peringkat satu, dan Sherin pasti di bawahnya.

Bicara tentang minat yang sama, dulu saat SMA pun mereka mengikuti ekstrakulikuler yang sama, yaitu youth science club. Wasa dan Sherin bahkan sering dijadikan perwakilan untuk melakukan demonstrasi setiap demo ekstrakulikuler di depan siswa baru. Ekskul yang sama, ikut perlombaan yang sama, universitas dan jurusan yang sama, bahkan saat ini mereka duduk bersebelahan di acara kuliah umum karena mengambil bidang yang sama, yaitu kimia energi.

Chemistry [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang