5th - New Year

185 32 1
                                    

Tahun baru akhirnya tiba, dan ujian akhir semester pun akhirnya usai. Setelah melaksanakan ujian terakhir pada tanggal tiga puluh desember kemarin, malam ini, Dirga, Wasa, Evan dan Yoga berkumpul di balkon apartemen Evan. Dari atas sini, mereka bisa melihat pemandangan kota Jakarta dan dapat menyaksikan juga langit malam terakhir di tahun 2019.

Tidak lupa, lokasi ini juga tentunya sangat strategis untuk menyaksikan kembang api yang nanti malam akan menghiasi langit. Mereka memang hanya akan menyaksikan kembang api tanpa menyalakannya. Tentu saja sebagai mahasiswa kimia, mereka tahu betul bahaya kembang api. Unsur yang sering digunakan untuk pembuatan kembang api adalah magnesium, natrium, fransium, litium, boron, kalium, kalsium dan berbagai oksidator. Unsur-unsur tersebut juga yang menghasilkan berbagai warna pada kembang api. Tetapi, tentunya bahaya kembang api tidak bisa mereka abaikan, mulai dari gangguan pernapasan, iritasi, dan gangguan lainnya.

"Kapan ya terakhir kali gue main kembang api?" gumam Evan sambil melahap keripik kentang yang dibelinya sebelum teman-temannya datang. Evan memang sudah memberi beberapa makanan ringan sebelum mereka berkumpul. Yoga duduk di samping Evan, sementara Wasa dan Dirga tengah memanggang barbeque di sudut balkon.

"Yo, bengong aja lo?" tanya Evan yang menyadari bahwa sedari tadi Yoga hanya diam, tidak ikut memakan camilan ataupun membalas perkataannya.

"Huh? Enggak kok, gue ngantuk aja," balas Yoga yang sudah pasti bohong. Cowok yang hobi begadang itu tidak mungkin tiba-tiba mengantuk, apalagi di malam tahun baru seperti ini.

Mendengar jawaban Yoga, Evan terkekeh pelan. "Bohong amat lo! Biasa tidur pagi juga," kemudian ia pun menyadari tidak ada yang berubah dari ekspresi Yoga. "Yo, kenapa sih, lo? Masih kepikiran si Sherin?"

Tangan Wasa yang sedang mengipasi asap barbeque itu mendadak kaku ketika mendengar nama Sherin. Ia pun mencuri pandang pada Yoga, mencoba melihat ekspresi temannya itu, namun tidak ada perubahan.

"Udah, berarti kalian tuh nggak jodoh. Dia cuma anggep lo temen, lagian dia udah tau lo playboy, ya mana mau dia sama lo," Dirga akhirnya bersuara. Sambil membolak-balik daging di atas pemanggang, Dirga menyadari Wasa berhenti mengipasinya. "Nah, nambah lagi nih satu orang yang bengong."

Menyadari dirinya yang dimaksud oleh Dirga, Wasa langsung berdehem dan melanjutkan kegiatannya. Sementara Dirga hanya menggelengkan kepalanya.

"Lo sama Yoga dari kemarin kenapa nggak ngobrol?" tanya Dirga tiba-tiba.

"Hah? Maksudnya?"

Dirga menghentikan kegiatannya sejenak, menyimpan alat pembalik daging di samping barbeque grill. "Ini sih menurut pengamatan gue ya, mood lo tuh kayak yang jelek gitu pas tau Yoga nembak Sherin. Ya, secara kan kalian bertiga tuh sahabat, gue penasaran aja sih, alasan kenapa lo kayak nggak seneng gitu."

"Apaan sih, Dir, nggak usah ngada-ngada lo," balas Wasa yang kemudian segera mengangkat barbeque yang sudah matang dari grill.

Setelah selesai memasak barbeque, Dirga dan Wasa pun bergabung duduk di kursi balkon dengan Evan dan Yoga. Sesaat setelah mereka duduk, Dirga dan Evan langsung menyadari bahwa Wasa dan Yoga tidak terlihat seperti biasanya, keduanya hanya diam. Sepertinya kalau Evan tidak mengawali pembicaraan, mereka akan terus diam.

"Wah, mantap nih kayaknya, ayo sikat!" seru Evan sambil mengambil sepotong barbeque dan menyuapkannya ke dalam mulut.

Tanpa berbicara, Dirga, Wasa dan Yoga pun turut melahap barbeque tersebut.

"Kita udah mau semester enam aja ya, gila sih," ujar Dirga. "Nggak nyangka gue yang awalnya kesasar bisa bertahan sejauh ini."

Karena topik yang sudah berubah, Wasa dan Yoga pun tampak tertarik untuk ikut dalam pembicaraan.

Chemistry [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang