10th - Feelings

113 17 4
                                    

Begitu kelas Analisis Pangan dan Gizi dibubarkan pagi itu, Ayu dan teman-temannya langsung berhamburan menuju kantin. Kelas pagi memang sering membuat mereka tidak sempat sarapan. Dan untuk pagi ini, alasan Ayu yang rumahnya dekat dengan kampus selalu sama, yaitu bangun kesiangan.

Mengambil peminatan kimia pangan membuat Ayu banyak mengambil kelas di pagi hari, dan hari-hari pertama di semester ini membuatnya masih belum bisa menyesuaikan kebiasaan bangun yang selalu kesiangan.

Ditambah lagi semalam ia bertengkar hebat dengan kakaknya yang tiba-tiba datang. Kalau saja bukan karena bantuan uang dari Evan, pasti Ayu tidak akan masuk kuliah hari ini. Sejak hari itu, Ayu mulai memutuskan untuk memandang Evan dengan cara berbeda. Walaupun sering jahil dan tidak pernah serius belajar, cowok itu masih memiliki rasa kemanusiaan dan mau menolong orang. Apalagi semenjak pertengkaran mereka saat ujian akhir, Evan sudah tidak lagi menjahilinya separah itu.

Saat mengedarkan pandangan untuk mencari tempat duduk, Ayu menemukan sosok Sherin yang tengah duduk seorang diri. Tampaknya dia juga sedang sarapan dan Ayu berniat untuk menemaninya. Ia pun berpamitan pada teman-temannya untuk makan bersama Sherin.

"Sendirian aja, nih?"

Sherin mendongak dan mendapati Ayu menyimpan piring berisi nasi gorengnya ke atas meja. "Mau gue temenin nggak?"

Tanpa disangka Sherin justru menggelengkan kepalanya.

"Serius?"

Namun kemudian ia terkekeh melihat ekspresi terkejut Ayu. "Bercanda lah, duduk aja."

Ayu langsung nyengir mendengar jawaban Sherin dan segera duduk lalu menyantap nasi gorengnya dengan lahap. Tentu saja karena ia sudah kelaparan, saat ini pukul sembilan sementara jam sarapannya adalah pukul tujuh.

"Wah, akhirnya makan, juga. Udah perih tahu nggak, dari tadi perut gue," Ayu berujar sambil memegangi perutnya.

"Lo belum sarapan?"

Ayu mengangguk kemudian kembali menyuapkan nasi gorengnya.

"Ya lagian lo, udah tahu punya maag juga. Harusnya perut lo tuh di isi dulu sama apa gitu, jangan kosong banget," Sherin menasihati sambil menyuap nasi kuningnya.

"Kan nggak keburu, Sher. Gue kesiangan."

"Emang lo bangun jam berapa, sih?"

Ayu yang masih mengunyah kemudian menyimpan sendok dan garpunya sejenak lalu mengacungkan tujuh jarinya.

"Hah?! Gila ya, lo? Bukannya kelas lo mulai jam tujuh?"

Ayu mengangguk sambil menelan nasi gorengnya. "Iya, makanya tadi gue bersyukur banget Bu Lina telat masuk karena nganter anaknya dulu."

Kemudian pandangan Sherin beralih pada case handphone Ayu yang tampak baru.

"Lucu banget, Yu, case- nya."

"Oh, iya ini emang lucu banget! Masa tiba-tiba Evan beliin gue-"

Ayu menghentikan ucapannya saat melihat tatapan menggoda Sherin.

"Nggak! Ini nggak kayak yang lo pikirin ya, Sher!"

Mendengar itu, Sherin hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Melihat hubungan Ayu dan Evan memang selalu lucu. Tapi beberapa saat kemudian, suasana menjadi hening lagi dan terlihat wajah Sherin kembali murung. Mungkin Ayu tidak menyadarinya, tapi seperti itulah ekspresi Sherin sebelum ia menemaninya tadi.

"Kok diam aja, sih, Sher? Biasanya lo ceria," protes Ayu, melihat Sherin yang terlihat tidak bersemangat.

Sherin menghela napas sambil memainkan sendoknya. "Gue lagi dilema, Yu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chemistry [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang