chapter 2

3.9K 87 0
                                    

Hari ini tepat tiga bulan kia dan bram menempati rumah barunya, namun setiap harinya selalu sama saja menurut kia, tidak ada perubahan apapun dari suaminya termasuk sikapnya yang selalu dingin dan acuh kepadanya.

Pernah suatu malam kia merasa heran karena suaminya pulang kerumah dalam keadaan mabuk, tepat dimalam itulah kia harus benar-benar memberikan mahkota berharga nya kepada bram. Setelah malam itu bahkan sekarang sikap bram lebih acuh lagi kepadanya, mereka seperti orang asing yang tinggal satu atap.

Malam dimana kia bertekad memberikan kejutan pada bram karena malam itu adalah malam anniversary mereka yang ke satu bulan, ia malah memergoki bram yang berduaan dengan wanita yang ia ketahui sebagai kekasih suaminya, tsania struft.

Malam ini kia memutuskan untuk berbicara secara langsung kepada bram untuk segera menyelesaikan masalah ini, ia tidak mau masalah ini terus berlarut dan berujung malapetaka bagi kehidupan pernikahan mereka.

"Kak, aku mau bicara sesuatu sama kakak" pinta kia sembari mendudukkan dirinya disamping bram yang kini bersandar dikepala ranjang dengan laptop yang berada di pangkuannya.

"Hm" sahut bram tanpa menoleh sedikitpun kearah kia.

"Apa yang selama ini kakak sembunyikan dari aku ?" Tanya kia to the point.

"Apa maksudmu ?" Tanya bram balik

"Siapa perempuan yang malam itu dinner sama kakak waktu anniversary kita yang ke satu bulan bahkan dateng ke kantor kakak sampai malam hari ?"

"Bukan urusanmu !"

"Urusan kakak itu jadi urusan aku juga kak!"

"JANGAN PERNAH BERANI MEMBENTAKKU KIA !" Ucap Bram dengan nada dingin

"Aku nggak akan seperti ini kalau kakak jujur sama aku, ap- apa kakak masih punya hubb_bungan dengan tsania ?" Tanya kia terbata- bata dengan air mata yang mulai membasahi wajah cantiknya.

" Kau tahu sendiri jawabannya !"

"Kenapa ? Kenapa hiks kakak nggak bisa hiks sedikitpun nerima hiks hiks aku di hati hiks hiks kakak ?" Tanya kia yang air mata yang sudah mengalir deras dikedua pipinya.

"Karena kau hanya wanita murahan yang tidak tahu malu !" Sorot mata Bram semakin lama semakin tegas mengarajh langsung tepat di depan retina kia dan membuat kia kehilangan nyalinya untuk mengucapkan sepatah katapun.

Deg

Rasanya bagaikan ditusuk beribu anak panah bagi kia, sekarang ia menyerah, air matanya sudah tidak mampu lagi ia tahan, semuanya meluruh tanpa dapat dihentikan.

Dering suara ponsel mengalihkan perhatian kia, dengan segera ia bangkit dari tempat tidur dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

Kia dengan kasar menghapus air matanya yang dengan lancang meluruh tanpa di minta dan mencoba menormalkan nada suara,

" Iya halo ma"

" Ya ampun kia, akhirnya kamu ngangkat telpon mama juga, kamu kesini sekarang juga ya nak, papa dirawat dirumah sakit karena tadi tiba-tiba papa pingsan saat meeting"

"I- iya ma kia kesana sekarang, mama share lock alamatnya sekarang ke kia ya"

"Iya nak, kamu hati-hati dijalan ya. Kalau bisa jangan nyetir sendiri, minta tolong nak bram saja buat mengantar kamu"

"Iya mah, kia tutup ya telepon nya"

Dengan segera kia menyambar kunci mobilnya yang terletak di atas nakas lalu melangkah keluar dengan terburu-buru tanpa menghiraukan keberadaan bram yang saat ini masih diliputi kemarahan.

Baby KeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang