chapter 7

7K 161 74
                                    

Delapan bulan sudah usia kandungan Kia, bahkan kini ruang geraknya menjadi sangat terbatas, pekerjaannya pun kini hanya menyiapkan keperluan suaminya dan sesekali membantu bi inah di dapur. Seperti beberapa hari lalu, kegiatannya setiap pagi adalah berusaha untuk menyingkirkan lengan kekar yang melingkar diperutnya

"Kak, bangun! Udah pagi" ucap Kia berusaha untuk membangunkan suaminya

"Engghhh" lenguh Bram

"Jam berapa ?" Tanyanya

"Jam 5" jawab Kia, yang berusaha bangun dari tempat tidur

"Kakak mau olahraga diluar nggak ?" Tanya Kia

"Di rumah saja" jawab Bram, Bram memang sering melakukan olahraga, entah ditaman untuk jogging, maupun gym di lantai 2 rumahnya

"Mau di siapin sarapan apa ?" Tanya Kia, seperti inilah kegiatannya ketika hari minggu seperti ini, selalu mengurusi keperluan suaminya, walaupun pekerjaannya bisa dikatakan lamban karena pengaruh kehamilannya yang semakin besar

"Terserah" jawab Bram sembari keluar menuju ruangan gym. Walaupun usia pernikahan mereka sudah hampir memasuki satu tahun, namun perilakunya masih sama saja seperti pertama kali bertemu, dingin dan tak tersentuh

Selesai berolahraga, Bram mulai membersihkan diri dan setelahnya masuk ke area ruang makan untuk sarapan

"Eh, kak Bram udah selesai ?"tanya kia yang masih sibuk menyiapkan sarapan

"Hm"jawab Bram

"Oiya kak, mami tadi ngabarin Kia supaya nanti malam kita ke rumah mami untuk makan malam" ucap kia yang kini mulai merapikan sisa sarapan

"Tadi mami udah nelfon kakak, tapi katanya handphone kakak nggak bisa dihubungin ?" Lanjutnya

"Kakak mau pergi keluar nggak hari ini ?"

"Tidak" jawab bram lalu bergegas pergi meninggalkan area ruang makan

"Sabar ya Nya, sedari dulu tuan memang selalu begitu sikapnya."ucap bi inah

"Makasih ya bi, yasudah saya kekamar dulu ya" pamit kia yang dibalas dengan senyuman dan anggukan dari bi inah

Ceklek

"Mau mandi pakai air hangat atau dingin ?" Tanya Kia kepada Bram yang sedang sibuk dengan ponselnya di sofa kamar

"Dingin" jawabnya

"Ehm kak, boleh minta tolong ?"tanya kia

"Apa ?"

"Hari ini jadwal aku check up kandungan, kakak bisa nganterin nggak ?"

"Tidak" jawab bram acuh

"Oh" sahut kia pelan dengan sedikit tersenyum kecut akan sikap bram yang sangat acuh pada dirinya. Kecewa, sudah pasti. Bahkan, Kia sendiri yakin bahwa suaminya itu memang benar-benar tidak menginginkan keberadaan anak yang sekarang berada di dalam kandungannya

Menjelang sore, Maisha datang ke kediaman kakaknya, lebih tepatnya atas permintaan sang kakak ipar yang meminta dirinya untuk mengantarkan periksa kandungan

"Ngapain kamu disini ?" Tanya bram yang melihat ada adiknya di ruang keluarga rumah miliknya

"Kok kakak dirumah sih ? Kak Kia bilang kalau kakak ada meeting penting jadi nggak bisa nganter ke dokter" papar Maisha

"Eh, tapi kak kia ada di dalam kan ?"

"Ada, masuklah" ucap bran

"Kakkkkk kiaaa yuhuuuuu, maisha cantik datanggg!" Teriak maisha yang suaranya menggema di seluruh penjuru rumah

Baby KeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang