Chapter 1

6.4K 80 0
                                    

Los Angeles, USA

"Silahkan keluar jika memang kalian tidak ingin bekerja di perusahaan saya!" Ucap seseorang dari dalam ruangan yang terdapat tulisan Chief Executive Officer di depan pintu bercat hitam tersebut.

"Maafkan kami sekali lagi pak, kali ini kami berjanji akan segera menuntaskan kasus penggelapan dana perusahaan, tolong jangan pecat kami pak" Ucap salah seorang diantara kelima pekerja yang sekarang sedang berhadapan langsung dengan pemilik perusahaan tempat dimana mereka bekerja.

"Memaafkan kalian?! Kalian pikir saya orang bodoh, Hah! jawab!" Sahut sang CEO dengan nada membentak.

"Jika kalian ingin agar saya tidak memecat kalian, pergi dari ruangan saya sekarang juga! Saya beri waktu sampai besok pagi, apabila kalian belum bisa menyelesaikan masalah ini, maka terpaksa kalian harus angkat kaki dari perusahaan ini!" Lanjutnya dengan sedikit merendahkan nada bicaranya, namun malah terkesan menyeramkan.

"Terima kasih pak Bram karena telah memberikan kami waktu, kami berjanji akan segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin, kalau begitu kami permisi pak" Ucap mereka dengan hormat, lalu segera meninggalkan ruangan petinggi perusahaan tersebut.

Tok, tok, tok

"Masuk" Jawab suara dari dalam ruangan.

"Kakaaak! Aku sangat merindukanmu, kemana saja kau selama ini? Sudah satu minggu kau tidak pulang kerumah" Seru seorang gadis yang nampak anggun dengan gaya yang sangat modis yang berjalan menuju meja seorang lelaki yang dipanggil kakak olehnya.

"Kakak sibuk" jawab lelaki tersebut dengan wajah dinginnya

"Kak Bram selalu saja begitu, kalau Maisha bertanya. Tapi walaupun begitu, tetap saja maisha menyayangi kakak. Ohh iya, mami tadi nitip pesen buat kakak, supaya kakak pulang kerumah malam ini, katanya akan ada rekan bisnis papi yang berkunjung" ucap Maisha, yang merupakan adik dari CEO dingin tersebut yang tak lain adalah Bramast Stephano Rudolf.

"Hmm, akan ku usahakan" jawab Bram cuek

"Sungguh aku ingin sekali merusak wajah tampanmu itu kak, kau selalu saja begitu. Baiklah aku akan langsung pergi karena ada jam kuliah nanti siang, kalau begitu aku pergi kak, muuacchhh, bye" ucap Maisha sembari memberikan ciuman singkat di pipi sang kakak lalu berjalan pergi meninggalkan ruangan.

Hari semakin larut dan sekarang sudah menunjukkan pukul 7 malam, namun Bram masih belum berniat untuk pergi dan masih fokus dengan lembaran-lembaran kertas yang masih harus ia periksa kembali. Hingga beberapa saat kemudian terdengar deru bunyi pesan dari ponselnya dan berhasil mengalihkan perhatiannya dari tumpukan berkas-berkas itu.

Maisha

Kak, cepatlah pulang karena mami sedari tadi terus mengoceh

                         Bram
Setengah jam lagi aku sampai

Meisha
Baiklah, hati-hati dijalan

Setengah jam kemudian Bram sampai di kediaman orang tuanya, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat gadis dengan bola mata indah itu duduk diruang tamu keluarganya, ia sangat mengingat gadis itu karena ia pernah bertemu langsung dengannya di rumah sakit ketika menjenguk temannya yang mengalami kecelakaan.

"Ya ampun Bram, kenapa kau terus berdiri disitu, apa kau tidak ingin duduk dan bergabung dengan kami, hmm?" Tanya Maria, yang tidak lain adalah ibunya, walaupun bersikap dingin tapi lelaki itu tidak pernah sekalipun membantah perintah dari ibunya itu.

Baby KeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang