chapter 4

3.9K 87 2
                                    

Malam ini kia, bram, dan maisha memutuskan untuk berbincang- bincang di ruang keluarga. Walaupun tv menyala namun mereka bertiga masih asik sendiri dengan kegiatannya masing-masing, bram yang masih sibuk dengan iPad ditangannya, kia yang sibuk dengan buku  ibu hamil, dan maisha yang entah sedang apa.

"Ehm, pada haus nggak ?" Tanya kia

"Haus kak, sebenernya aku pingin jus jeruk sih kak kan enak malem-malem minum yang seger, tapi males mau ngambil minum ke dapurnya, jauh sih jaraknya" gerutu maisha

"Alasan" cibir bram

"Kakak mau dibuatin apa ?" Tanya kia pada suaminya

"Kopi" jawab bram singkat

"Yaudah aku buatin dulu ya" pamit kia yang mulai berjalan menjauh dari ruang keluarga

Sekembalinya keruang keluarga, kia melihat sepasang adik kakak itu masih sibuk sendiri

"Ini diminum dulu minumannya" ucap kia sembari meletakkan minumannya di meja

"Makasih kak" ucap maisha

"Kamu ngapain sih dari tadi kok cuma pegang-pegang kertas terus senyum-senyum sendiri, entar dikirain gila loh" sindir kia

"Ya ampun kak, aku itu dari tadi ngeliatin ini nih" ucap maisha sembari menunjukkan foto yang sedari tadi dilihatnya, yang ternyata adalah foto hasil usg kia.

"Aku itu udah nggak sabar banget pengen ngeliat anak kakak, pasti unyu-unyu banget deh, aku nggak sabar banget pengen nyubit pipinya, asalkan nanti anak kakak nggak kayak ayahnya aja, bisa pusing tujuh keliling entar aku jadinya" gemas maisha

"Kak bram, liat deh!" Pinta maisha sembari menunjukkan foto usg kia, lalu berpindah dan duduk disebelah bram.

"Kakak itu seharusnya lebih perhatian lagi ke kak kia, kakak tahu nggak tadi ? Aku tadi pergi ke dokter kandungan sama kak kia buat check up, terus dokter tadi bilang kalau kandungan kak kia itu bermasalah karena terlalu banyak pikiran, terus katanya juga air ketuban kak kia itu masih kurang untuk ukuran kehamilan yang menginjak trisemester kedua" jelas kia kepada bram yang tidak ditanggapi sama sekali oleh kakaknya itu.

Sedangkan kia yang sedari tadi memperhatikannya hanya tersenyum tipis dan geleng-geleng kepala karena sejatinya ia tahu bahwa sampai sekarang pun suaminya itu belum bisa menerima dirinya dan anak yang ada dikandungannya.

"Kak kia, bantuin aku dong buat ngasih tahu es kutub ini" ujar maisha dengan menyindir kakaknya

"Em, kakak capek mau ke kamar dulu ya" pamit kia kepada sepasang kakak beradik itu

Sesampainya di dalam kamar kia memilih duduk bersandar di kepala ranjang, kata-kata dokter tadi siang terus terngiang dikepalanya. Entah dorongan dari mana kia memang selalu mengajak bayi dalam kandungannya untuk berinteraksi seperti saat ini.

"Halo anak mama, baik-baik di dalam ya nak. Maafin mama karena kamu pasti ngerasa nggak nyaman di perut mama" ucap kia sembari memberikan elusan. kegiatan kia terhenti ketika mendengar suara pintu dibuka, dan disana ternyata adalah suaminya yang langsung berbaring di dalam kasur tepat disebelahnya. Tanpa menghiraukan suaminya, kia tetap memberikan elusan di perutnya dengan posisi duduk dikepala ranjang.

"Bagaimana keadaannya ?" Tanya bram tiba-tiba, ada perasaan haru dalam diri kia ketika mengetahui suaminya memberikan perhatian kepada anaknya.

"Siapa ?" Tanya kia lirih

"Dia" jawab bram singkat. Sekarang posisi mereka sama-sama duduk di atas tempat tidur. Dengan hati-hati kia mengambil kedua tangan suaminya lalu meletakkannya tepat diperutnya yang mulai menonjol.

Baby KeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang