Hari ini tepat 7 bulan usia kehamilan kia, dan sampai hari ini pun dia masih tinggal di apartemennya sendirian, hanya terkadang bram dan maisha yang datang berkunjung. Bram juga sering membawakan makanan dan bahan-bahan yang sengaja ia belikan untuk kia karena kia lebih memilih memasak sendiri di rumah dibandingkan harus pergi keluar untuk membeli makanan.
Kemarin sore sepulang dari kantor bram menyempatkan datang ke apartemen kia, dan ia meminta agar kia mau untuk kembali tinggal dirumah mereka dan hari ini kia juga memutuskan untuk kembali ke rumah mereka, ia pikir waktu tiga bulan ini sudah lebih dari cukup untuk menenangkan dirinya, sekarang adalah waktunya untuk kembali pada kenyataan yang ada bukan terus-menerus mnutup diri dari dunia luar.
Tok tok tok
Kia berjalan kearah pintu dan membukanya dan menampilkan sosok lelaki yang ditunggunya sedari tadi.
"Sudah siap ?" Tanya lelaki itu.
"Udah, kak bram tunggu sebentar ya, kia mau ngambil koper dikamar." Pamit kia namun langkahnya terhenti oleh cekalan ditangannya.
"Tunggu saja disini, biar saya yang mengambilnya." Ucap bram
Setibanya di mobil, bram dan kia sama-sama diam, namun seketika kia meringis ketika merasakan tendangan yang lumayan keras dari dalam perutnya.
"Sssshhh" ringis kia sembari memberikan elusan pada perutnya.
"Kenapa ?" Tanya bram ketika melihat raut wajah pias milik kia
"Enggak kenapa-napa kok kak, bayinya nendangnya kuat banget tadi" ucap kia mencoba menormalkan suaranya, entah mengapa bayinya memang selalu seperti ini jika ia sedang bersama suaminya. Kia berpikir mungkin ini yang namanya ikatan antara ayah dan anak.
Belum sampai lima menit mobil berjalan, kia merasakan tendangan yang lumayan keras lagi dari dalam perutnya. Kali ini kia menyerah, satu air mata berhasil melolos dan jatuh dipipinya
"Kk-kak, tolong ber-rhentiin mobilnya sebentar" pinta kia dengan satu tangannya memegang lengan suaminya yang sedang menyetir dan satu yang lagi ia gunakan untuk mengelus perutnya. Bram sangat tahu jika anaknya akan sangat aktif diperut ibunya jika sedang bersamanya.
"Hay, jagoan papa emang nggak capek,hm ? Kasian mama kalau kamu nendang terus" ucap bram sembari memberikan elusan pada perut buncit istrinya.
"Udah mendingan?" Tanya bram dan dijawab dengan anggukan oleh kia
"Good son" ucap bram lagi dengan tangan yang masih menempel diperut istrinya. Kia sebenarnya heran mengapa bayinya selalu tenang jika mendapatkan perlakuan seperti itu dari bram, entahlah tapi ia juga heran dengan ucapan bram yang selalu memanggil bayinya dengan ucapan son, padahal mereka sama sekali belum mengetahui jenis kelamin bayi mereka.
"Kok kakak manggilnya son lagi ?" Tanya kia pada bram
"Ya karena firasat saya mengatakan kalau dia laki-laki " jawab bram
"Kakak kepingin punya anak laki-laki ?" Tanya kia berhati-hati
"Hm, menyenangkan sepertinya jika bisa bermain dengan jagoan kita saat waktu libur"
"Tapi bagaimana kalau anak kita perempuan ?" ucap kia dengan perasaan yang mulai tidak karuan, ia takut bram tidak akan menerima anaknya jika anak mereka nanti adalah seorah bayi perempuan.
"Maka dia akan menjadi tuan putri di rumah kita" jawab bram sembari menoleh ke arah kia
"Saya tahu apa yang ada dipikiranmu sekarang, bagaimanapun nantinya saya akan tetap menjadi papanya dan saya juga tidak akan sejahat itu kepada anak saya sendiri, saya juga tidak dapat memungkiri jika saya memang menginginkan seorang anak lelaki, tapi saya juga akan menyayanginya jika memang dia nanti terlahir sebagai seorang perempuan. " ucap bram mantap, sedangkan kia hanya mencoba mencerna kata-kata yang dilontarkan oleh suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Keano
RomanceHyyy! This is my first story... Dua manusia yang mempunyai kehidupan masing-masing tiba-tiba terikat oleh sebuah ikatan suci pernikahan..... Menghadirkan malaikat kecil yang awalnya tak pernah diharapkan, lika-liku rumahtangga yang tak pernah padam...