chapter 6

4.4K 94 1
                                    

"hoekk, hoekkk"

"Enghh" lenguh kia yang terbangun dari tidurnya karena mendengar suara orang. Ia melihat kearah samping dan ternyata suaminya sudah tidak ada di tempatnya.

"Hoeekk"  mendengar bunyi itu, kia refleks langsung berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.

Di sana ia melihat suaminya yang sedang berusaha untuk memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya, kia mencoba mendekat dan memijit tengkuk milik bram.

"Maaf membangunkanmu" ucap bram

"Kenapa nggak ngebangunin aku ? Badan kakak panas banget loh" ucap kia khawatir karena suhu tubuh suaminya yang sangat panas.

"Kakak tidur dulu ya, kia buatin teh hiaju sebentar" pamit yang beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan teh untuk suaminya.

"Eh nyonya, sini biar bibi yang buatin tehnya" ucap bi inah

"Nggak papa bi, ini udah selesai kok. Bi, minta tolong bawain air es sama kompresan ya ke kamar" pinta kia

"Iya nya, memangnya tuan sedang sakit ya ? " Tanya bi inah dan dijawab dengan anggukan oleh ki

Sesampainya di kamar kia terkejut karena suaminya malah bekerja disaat badannya tidak sedang baik-baik saja.

"Kakak apa-apaan sih ! Kakak itu masih sakit" ucap kia sembari merebut iPad yang berada di tangan suaminya.

"KEMBALIKAN ITU PADA SAYA !" Bentak bram karena tidak suka diganggu saat sedang bekerja.

"Kalau kia nggak mau kenapa ?" Tantang kia

"Saya bilang kembalikan pada saya" ucap bram dengan nada yang sedikit merendah namun terkesan dingin

"Aku bakal ngembaliin ini kalau kakak memang benar-benar sudah sembuh" ucap kia

"Kenapa sih kakak selalu mementingkan pekerjaan dari pada kesehatan kakak ? Kakak nggak mikir ! Banyak orang yang sayang sama kakak, tapi kakak seolah-olah menganggap mereka berlebihan."

"Kia kembaliin ini sama kakak, terserah kakak mau apa sekarang, toh kata-kata kia juga nggak bakalan kakak dengerin kan ? Urus diri kakak sendiri" ucap kia dengan kesal sembari melemparkan iPad milik suaminya dan langsung pergi keluar dari kamar.

Kia menangis di kamar tamu, kia sebenarnya takut akan bentakan bram tadi, kia tidak memiliki niatan sama sekali untuk membatasi pekerjaan Bram, dia hanya ingin suaminya itu sedikit memperhatikan kesehatannya sendiri bukan malah memprioritaskan pekerjaannya bahkan ketika dia sedang sakit.

Bram tahu jika sekarang istrinya itu sedang menangis, ia sangat tahu betul dengan kebiasaan kia yang memang tidak bisa dibentak dan akan selalu menangis jika dibentak. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya, melangkah dan moncoba menahan pusing dikepalanya untuk mencari keberadaan istrinya.

Derap langkahnya semakin mendekati pintu kamar tamu, pasalnya semua ruangan dilantai satu telah ia cari dan tidak ada keberadaan istrinya, sekarang ia mencoba untuk menaiki tangga menuju lantai dua, jujur sekarang iapun sudah sangat lelah bahkan sakit dikepalanya pun semakin menjadi.

Ia membuka pintu kamar tamu dan mencari keberadaan kia, matanya tertuju pada satu objek yang kini tengah menangis, kia. Dedekatinya sang istri lalu dipeluknya dengan erat

"Ak-kku cuma nggak m-mau kak ,hiks hiks hiks hiks saak-kit hiks hiks" ucap kia terbata-bata

"Maaf" ucap bram tulus, setelah mengucapkan itu, tubuh bran langsung ambruk seketika. Kia yang terkejut langsung menjerit memanggil bi inah

"Bibi !" Jerit kia

"Bi inah !"

Mendengar jeritan majikannya, bi inah langsung berlari ke arah sumber suara, ia terkejut ketika mengetahui tuannya yang pingsan.

Baby KeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang