12. Sick

8.6K 1.2K 46
                                    

Mungkin biasanya gue ceria, tapi hari ini kayak bener bener bukan gue. Dari tadi pagi, gue gak enak badan. Pusing juga.

Gue turun ke lantai bawah, ini hari terakhir gue tinggal di rumah Renjun. Gue banyak-banyak terima kasih sama keluarga dia yang udah nerima gue disini.

"Eh, Ra kenapa turun? Bukannya gak enak badan?" Tanya bunda Renjun.

Gue tersenyum. Ini sekitar jam 10 pagi, gue masih pakai baju tidur tambah blazer panjang. Harusnya gue gak pakai ini, tapi ini pemberian Renjun. Semua baju dari Renjun itu gue anggap baju kesayangan.

"Bosen di kamar terus bunda." Gue duduk di sofa pinggir bunda.

"Kamu pucet, mau minum obat?" tanya bunda terus memegang kemudi gue dengan punggung tangannya.

Gue menggeleng. "Gak apa-apa kok."

"Mama kamu besok pulang, kamu harus sehat dong."

Mama gue aja gak peduli gue sehat, apalagi kalau sakit. Cuma kak Doyoung sama keluarga Renjun aja yang perhatiin gue.

"Ini juga sehat kok."

"Mau bunda bikinin teh hangat?"

"Boleh bunda?"

Bunda senyum terus ngusap kepala gue. "Ya boleh dong. Kamu kan udah dianggap sebagai anak bunda juga."

"Makasih bunda."

Bunda beranjak dari duduknya. "Bunda bikinin dulu ya, kamu tunggu disini." Gue mengangguk.

TRING!

Telefon rumah bunyi, gue coba berjalan buat angkat telfon nya.

"Halo?"

"Halo? Ini dengan Bu Irene?"

"Bukan, tapi Bu Irene nya ada kok."

"Bisa tolong panggilkan?"

"Iya, sebentar ya."

Gue berjalan sedikit sedikit, soalnya gue pusing. Dapur di rumah Renjun ada anak tangganya, jadi gue mesti hati-hati. Tapi, gue bener bener pusing, semuanya kayak berputar. Sampai-sampai...



























Pandangan gue kabur, dan gelap.

"Ya ampun Ra!" Gue masih bisa denger, itu suara bunda yang teriak.

"Ra! Rara kenapa Bun?!" apakah itu suara Renjun? Setelah itu gue benar-benar gak sadarkan diri.

•••

Gue membuka mata perlahan. Ini, langit-langit kamar gue. Gue liat Renjun tidur di sebelah gue. Matanya terpejam, wajahnya menunjukkan kedamaian. Gue mengusap rambut Renjun.

Renjun terusik dan bangun. "Akhirnya Ra, lo sadar juga."

Gue tersenyum. "Makasih ya Jun."

"Gue khawatir tau gak. Lo pingsan deket dapur. Gue kira, lo jatuh dari anak tangganya." ujarnya.

Gue memegang tangan Renjun. "Maaf udah bikin khawatir."

Renjun tersenyum. "Iya, yang penting sekarang udah enakan kan?"

"Iya, tapi gue belum sempet minum teh hangat dari bunda, keburu pingsan. Pasti sekarang udah dingin deh."

Renjun menghela nafasnya. "Sempet sempetnya ya lo mikirin teh nya."Gue cengengesan. "Lagian teh nya tumpah tadi." katanya.

Fierce • Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang