Seperti hari biasa, Boruto dan Sarada akan makan siang bersama teman-temannya di belakang sekolah. Kenapa tidak diatap? Well, karena boruto membuat sekolah hampir terbakar, mereka dilarang keatap sampai kapan pun. Termasuk murid lain.
"Dasar baka. Itu salah mu menyalakan kembang api di atap sekolah"
"Hei! Aku hanya ingin membuat kejutan, dattebassa."
"Lain kali jangan lakukan apapun kecuali mengajakku atau teman lain, okay?"
"hn? nande?"
"Agar kau tidak mengacau." Sarada melesat pergi. Melinggalkan boruto dengan omelan annoyingnya. Sungguh kapan dia akn sadar. Umurnya sudah 17 tahun. Shinobi mana yang masih menghabiskan waktu dengan kembang api. Saat sekolah. Dasar bocah. Mungkin karena itulah, nanadaime membuat peraturan baru. Para shinobi tetap harus sekolah dan mendapat pelajaran dasar sampai tinggi untuk menunjang perkembangan teknologi. Meski begitu mereka tetap mendapatkan misidan harus cuti beberapa hari. Walau banyak pertentangan tapi akhirnya positif juga. Sahabat Sarada, Sumire Kekai, asisten profesor mengatakan senjata ninja semakin berkembang. Dan entah kenapa tersebar secara ilegal. Bahkan, anak anak pun bisa memainkan benda berbahaya itu. beberapa tahun yang lalu, 22 anak meninggal karena bermain dengan senjata ninja. Bahkan orang tua mereka tidak tau dari mana anak-anak mendapatkan senjata itu.
"Oy, Sarada!" Rambut raven panjang sebahu Sarada bergoyang saat ia menoleh.
"Shikadai? Kau tidak makan siang?" Boruto menyapa shikadai bak sahabat karib. Memang mereka dekat sejak kecil sampai sekarang.
"Yo, Boruto. inginnya begitu tapi ada adik kelas yang ingin menemui Sarada. Mendoksai hontou." seorang berambut coklat pendek, dengan celana panjang berseragam ninja. Dilengannya terikat erat simbol shinobi konoha. Ia terlihat lebih muda dari mereka dan bertubuh kecil tapi termasuk tinggi.
"Kau mencariku?" tanya sarada mendekatinya. Dia mengangguk.
"A-ano, namaku Itsuki Hatabe. Ha-hajimemashite Uchiha-san." itsuki membungkuk dalam. Wajahnya merona hebat. Sudah lama ia ingin bertemu dengan Sarada. salah satu ninja terbaik dan terkuat di akademi. Rumornya ia juga terkuat diantara 5 desa besar.
"Doshite?" Itsuki terpenjat. Dia sudah tau sikap sarada yang selalu to the point dan dingin. Meski begitu ia tetap keren. Tapi, apa dia harus memberikannya sekarang.
"A-ano... etto..." dia tersenyum malu-malu. Tangannya disembunyikan ke belakang. Menyembunyikan sesuatu. Sarada langsung paham. Sontak ia menoleh ke Boruto dan Shikadai.
"Kalian duluan saja."
"Nani? Aku tidak masalah menunggu, ttebassa." Sarada diam. Dia menatap shikadai. Shikadai balas menatapnya. Mendapat apa yang dimaksud. Shikadai menarik boruto menjauh.
"Mendoksai. Ayo bocah, aku lapar."
"Ap-? Tunggu! Shikadai!!"
Sarada tersenyum kecil. Dari dulu dia tak berubah.
"Jadi, ada apa?"
Meanwhile
"Tunggu! Sarada masih disana."
"Dia bukan anak kecil, Boruto. Sarada bisa mengatasinya."
"Aku tau, dattebasa!"
"lalu?"
"... kau tidak akan mengerti..."
Shikadai mengerjab. Anak ini!
"Mendoksai na, aku tau apa yang kau maksud."
"Sungguh?"
"Ayolah siapa yang tidak tau. setiap kali ada yang mendekati Sarada kau selalu mengganggu. Menarik sarada kah, menjahilinya, membuatnya kesal, mengomelinya, berbohong, mengancam, apa lagi yang belum kusebutkan?"
"Kau tau?"
"Ayolah, Boruto. Kau kenal sarada. dia tidak akan luluh semudah itu."
"Aku tau, dattebasa. Hanya saja...."
Shikadai mengerjab lagi. Wah, tak terduga dari seorang Uzumaki. Dia mati-matian bialng tidak mencintai Sarada tapi sekarang? Malah tidak rela melepasnya dengan pria lain? dasar. Dia bodoh atau tidak peka?
"dengar, boruto...."
After Talk
"Gomen! Aku terlambat?" Sarada datang setengah berlari. Ditangannya sekotak bekal berlambang uchiha dan bungkusan kecil berwarna hijau lembut.
"Tidak sama sekali. Kami baru saja mulai." Inojin membuka bekalnya. Kemudian melahap salah satu dadar gulung buatan ino. Chouchou duduk disebrangnya. Seperti biasa membawa keripik kentang.
"Ngomong-ngomong apa itu Sarada?" Mitsuki meneguk menumannya seraya melihat kantong hijau itu.
"Ah, ini hanya-"
"Sarada!" Boruto berlari dari lorong ketempat teman-temannya makan. Dia terlihat panik dan acak-acakan. "Setelah ini ada ujian TIK, kan?! Tolong bantu aku belajar!"
Sarada mendengus. Lagi-lagi. Pasti dia lupa belajar malah main game di sampai tengah malam. Pantas dia terlambat. Kurasa dia harus melewatkan makan siangnya lagi.
"Dewasalah, baka. Baiklah, kita belajar-"
"Dikantin!"
"Kantin?" tidak biasanya. Biasanya Boruto langsung menyeretnya ke kelas atau ke perpus.
"Kau tau. agar kita bisa makan. Aku merasa bersalah jikau kau kelaparan, dattebassa." ujarnya menggaruk belakang kepala. Tanpa banyak tanya Sarada ikut saja. setelah menyampaikan maaf dan mengambil buku, mereka mulai belajar.
"kau harus mengganti ini dengan pilihan C. kemudian-" sarada mengajarinya sambil makan. Begitu pula boruto. setelah selesai, sarada membuka bungkusan hijau.
"Apa itu?" Boruto menatapnya.
"Dari Itsuki."
"Adik kelas yang tadi? Untuk apa?"
"Kenapa kau ingin tau?"
"Hanya ingin tau."
"Tidak penting."
Sarada melanjutkan pengajarannya. Sesekali ia menawarkan biskuit Itsuki pada Boruto. awalnya ia ragu, akhirnya dia ambil juga. harus Boruto akui rasanya enak. tidak keras dan tidak terlalu manis. Teksturnya lembut, sedikit berminya, tapi itulah yang membuatnya gurih. Pantas Sarada ketagihan. Mereka memakannya sampai habis.
"Kau tidak pernah membuat kue untukku?"
"Hn?"
"Kau tau. Inojin, shikadai, mitsuki, sumire, chouchou, namida, dan lainnya pernha memberiku kue. Tapi kau tidak."
"Mereka memberi kue hasil pembelajaran memasak minggu lalu. lagi pula kita sekelompok, baka. Bagaimana aku bisa memberimu kue?"
"Kalau begitu buatkan untukku, dattebassa!" Hari ini dia aneh pikir sarada. sebenarnya tidak hari ini saja. beberapa hari yang lalu, dia juga menyinggung soal kue. Apa dia anak kecil?
"sejak kapan kau suka manis?" jebaknya. Boruto bukan penggemar manis. Dia lebih suka gurih dan pedas seperti hamburger cabai hijau. Pernah ia memakan coklat sarada, wajahnya langsung menrengut tidak suka. Terlalu manis katanya.
"Eumm.... Sejak tadi? Kue buatan Itsuki sangat enak." Sial sebenarnya dia tidak mau mengakuinya. Mereka diam. Srada hanya menatap boruto dengan heran. Ada apa dengannya?
"Baiklah."
"Eh?"
"Ku bilang 'oke'. Jadi jangan merengek dan belajar." ujarnya ketus. Masa bodoh dengan kue yang penting mereka harus belajar.
Yes!
Esoknya...
Shikadai keluar dari kelas. Dia memasukkan tangannya ke saku celana. Menguap beberapa kali seraya menuju kamar mandi. Di tenagh perjalanan, dia melihat boruto bersandar. Ditanganya ada sesuatu yang membuatnya senang. Shikai erdiam. Mata mereka bertemu kemudian
Grin
"Kau mendapatkannya?" sinis Shikadai.
"Satu kotak penuh dattebassa." Hari itu, boruto tidak bisa berhenti tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Borusara One Shoot
FanfictionAll Boruto and Sarada! My second fanfic Write for fun Sorry if it's not really good (i still learn anyway) Hope you enjoy it Thank you for reading :)