Okaeri (Part 2 End)

2.8K 154 1
                                    

Matanya terpejam. Jantungnya semakin lemah, dia tidak bisa mendengar apapun diluar sana. Bahakn angin sekalipun seperti keheningan yang hampa. Bibirnya kering gemetar. Apa ini akhir..?

Sraak!

"Sarada!" Pria bertubuh jakung dengan jubah hitam, rambut liar pirangnya tampak kacau diterpa angin, napasnya terburu-buru menandakan dia baru berlari kemari. Mata biru itu menatapnya cemas. Sarada mendengus lemah, tanpa melihat pun dia tahu siapa yang datang.

"Terlambat seperti biasanya, Boruto." Ujarnya lagi. Dia membuka selimutnya sedikit untuk memberi ruang agar dia bisa duduk. Mata hitam bertemu dengan mata biru. Memantulkan binar yang sudah lama tak mereka lihat. 3 tahun... 3 tahun dia pergi dan sekarang dia kembali. Selalu kembali, karena Boruto milik Sarada. begitu pula sebaliknya.

"Maaf, dattebassa. Sensei dan aku harus melawan beberapa monster." Boruto beranjak cepat ke pinggir kasur. Dia terlihat gelisah dan cemas. Bagus. Kali ini dia akan sadar betapa mengganggunya ia saat terlambat. Matanya melihat Sarada dari atas hingga bawah. Ia berjengit saat melihat noda darah yang berceceran.

"Apa yang terjadi? Kau terluka?" Mimiknya berubah menjadi khawatir yang menurut Sarada berlebihan. Andai Sarada tahu jantung Boruto saat ini berpacu cepat. Pupilnya melebar seperti menghadapi musuh terbesar. Dia tidak suka, benar-benar tidak suka saat melihat Sarada terluka. Apa dia diserang? Dimana Chouchou saat sabahatnya terluka?

"Siapa yang berani menyentuhmu, hah?" Geram Boruto marah.

Sarada mendengus kecil. Ah, dia tidak pernah berubah. Masih seperti dulu.

"Aku baik."

"Sungguh?" Boruto menyentuh lengan mungilnya, menarik Sarada sedikit agar dia bisa memeriksa seluruh tubuhnya. Tidak ada luka dikepala, bagus. Leher juga tidak, lengan baik, dan...

"Ada apa dengan bajumu?" Boruto memandangnya geram. Jelas sekali ada yang tidak beres. Sayatan pedang? Tidak, boruto yakin Kimono itu di robek dengan segaja. Dilihat dari darah yang berceceran, Gadis ini terluka tapi sembuh dengan cepat. Tanpa sadar Boruto menyentuh baju yang robek itu. Dia tahu apa yang terjadi. Dibalik kulitnya yang mulus dan putih itu menutup penderitaan yang Sarada rasakan. Melebihi penderitaannya, melebihi kemampuannya. Andai Boruto juga vampire mungkin, Boruto bisa merasakan apa yang Sarada rasakan. Sayang sekali mereka berbeda. Sarada vampire, Boruto manusia, dua insan berbeda tapi terpaut tali takdir bersama. Ironi yang indah.

"Puas memandang, Mesum? Kau membuatku sangat tak nyaman."

"Hn?" Boruto memandang lugu? Apa? Memangnya apa yang dilakukan? Apa yang-

"??!!!! G-gomen!" Boruto menarik tangannya cepat. Membuang muka untuk menyembunyikan semburat merah yang sudah mencapai telinga. Dia tidak sadar menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak ia sentuh. Tapi kulitnya... sangat halus...

"Hentikan pikiran kotormu sebelum ku pecah kepalamu." Ancam Sarada. Dia terdengar sangat lemah dan rapuh. Bukannya takut, boruto makin khawatir. Sarada seakan-akan akan menghilang dalam satu kali tepukan. Bahakan dia tidak mencoba menyembunyikan ringisannya.

"Gomenasai..." Dengan satu tangan Boruto membuka kancing jubahnya. Membiarkan kain itu jatuh di lantai. Menyisakan Boruto dengan kaos putihnya saja. Dia meraih tubuh Sarada pelan. Mendekapnya dan memastikan mulutnya dekat dengan lehernya.

Sarada POV

Boruto menarikku mendekat dimana aku ikut saja. aku sudah tidak punya tenaga. Untuk bernapas saja susah. Aku senang melihatnya kembali tapi aku lebih membutuhkan darahnya sekarang. Saat mulutku menyentuh kulit lehernya, indra vampirku menyala ganas. Aku bisa mencium aroma lezat dari sekujur tubuhnya. Aroma ini, aroma yang kurindukan, aroma yang selalu setia menjadi makananku, lembut dan manis. Hanya menciumnya saja membuat tenagaku kembali. Maksudku kembali adalah benar-benar kembali.

Borusara One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang