Akan ku balas Dattebassa!

6.6K 245 8
                                    

Boruto: "Sarada!! Ayo kita latihan!"

Sarada: "Aku tidak bisa, baka."

Boruto: "Doshite? Kau takut, dattebassa?"

Sarada: "Tch, baka. Aku demam." ujarnya lemah. Sungguh dia terlihat pucat, hidungnya merah, dan lemah, biar begitu dia masih bertanya?! Sebodoh apa temannya ini.

Boruto terdiam. Entah salah atau tidak, Sarada melihatnya sedikit terkejut dan khawatir. Kemudian, Boruto berlari ke arah selatan. Sementara Sarada memandangnya bingung. ia memutuskan untuk tidur di bawah selimutnya yang hangat. Ah, jika saja dia sehat, Sarada akan berlatih bersama Boruto dan Mitsuki, atau makan dango dipinggir sungai bersama Chouchou. Sarada benci sakit. Dia merasa lemah dan tidak berdaya. Sesuatu yang sangat bukan Uchiha.

Graakk!

"pppsstt..Sarada.."

Tanpa melihat pun Sarada sudah tau, Boruto mendobrak jendelanya. Lagi.

Lain kali ingatkan aku untuk meminta ganti rugi.

Sarada tidak menoleh. Ia pura-pura tidur. Malas meladeni temannya ini.

"Sarada apa kau tidur?"

"..." tidak ada jawaban. Seharusnya Boruto pergi. Tapi tidak, dia malah duduk lantai dekat kasur. Menunggu atau menemani Sarada untuk bangun. Mungkin keduanya. Sarada melihatnya dari belakang. Boruto duduk membelakangi dirinya. Terlihat bosan, tapi tetap menunggu. Disampingnya sebungkus kresek yang Sarada tau berisi obat, dango, dan teh hitam kesukaannya. Sarada tersenyum.

Dasar baka..

Dia bisa saja pergi berlatih bersama Mitsuki dan Konohamaru sensei, atau makan burger bersama teman yang lain. Bukan menemani orang sakit tak berguna ini. Sarada selalu tahu, Diam-diam Boruto memeperhatikan dirinya, selalu ada untuknya, melindungi dan menjaga dirinya bak harta berharga. Apa aku sesuatu untukmu?

"Bolt?"

"Hn? Kau sudah bangun?"

"Kau kembali"

"Tentu saja. Kau sakit setidaknya harus ada yang menjagamu, dattebassa!"

"Kau dari mana? Tidak latihan?"

Boruto mendengus. Sifat sarada ketika sakit berubah 180 derajat. Dari diam jadi banyak tanya, dari cuek jadi perhatian, dan dari dingin... jadi lebih lembut. Boruto tidak bisa menepis pemikiran itu. Menurutnya, sikap Sarada yang manja ketika sakit terlihat imut. Dia selalu meinta hal yang aneh. Seperti memintanya bercerita, mengusap kepalanya, bahkan memeluknya! Apa dia sudah gila? Tidak mungkin dia membiarkan lelaki lain melakukannya! Karena sarada-... sarada?...

Karena sarada, apa? Memangnya kenapa kalau ada lelaki lain? lebih baik begitu, jadi aku bisa pergi bermain game atau berlatih. Kenapa aku kesal? Apa peduliku, dattebassa?

"Boruto?" Boruto tersadar dari lamunan. Ia mendekat. Menyentuh dahi Sarada. Panas. Dia benar-benar demam.

"Bukan apa-apa, ttebassa. Aku hanya membeli obat dan camilan."

"Sungguh? Boleh kumakan?" Wajahnya berbinar sennag. Sudah lama ia ingin makan dango, tapi Sakura selalu melarang. Katanya, terlalu banyak makan sampai tidak mau makan malam, kurang vitamin, dan lain-lain. Tapi Sarada suka dango. Karena makanan itu yang menemani dirinya bersama papa. Sasuke Uchiha. Lagi pula paman Itachi juga suka.

Boruto tersenyum. Sisi imut inilah yang tidak akan boruto bagi dengan lelaki lain. Setidaknya untuk saat ini. Entah mengapa ia tidak suka membayangkan Sarada bersama seseorang selain dirinya. Bahkan sahabatnya sendiri. Ia tidak suka.

"Tentu. Setelah itu minum obat."

Sarada mengangguk cepat. Ia mengambil dango yang disodorkan Boruto dan melahapnya.

"Arigatou, Bolt."

"Sekarang minum obat."

Sarada tidak menjawab. Ia membuka mulut saat boruto menyodorkan obat demam. Jujur Sarada benci dengan obat. Bukan rasanya yang pahit. Tapi setelah minum obat, dia akan merasa aneh dan mengantuk. Memaksanya tidur saat Boruto masih terbangun. Ia tidak suka merepotkan orang lain. Jika ia harus istirahat, tidak ada yang boleh bekerja. Jika ada yang harus istirahat, Sarada pastikan ia akan menjadi yang terakhir tidur. Oleh karena itu-

"Bolt. Tidur."

"Aku mengerti. Tidurlah aku akan menemanimu." ujarnya santai. Sarada menggeleng imut. Dia bergeser ke sudut kasur kemudian membuka selimutnya sedikit seraya menepuk bantal kosong disebelahnya.

"Tidur." ujarnya lagi. Boruto mengerjab 3 kali.

He?

Nani?!

"Sa-sarada, kurasa itu bukan ide yang bagus, dattebassa!" Sasuke sensei akan membunuhku. Sarada mengerjab marah. Kalau sakit begini tidak ada yang bisa menolak permintaan Sarada. bahkan Sasuke sekali pun. Apa lagi dengan wajah imut itu.

"Tidak! kau harus tidur, shannaro!"

"Ta-tapi-"

"Tidur."

"Sarada-"

"Tidur!"

"Akkhh! Mendoksai!" Wajahnya memerah. Sarada sangat keras kepala. Jika sudah begini bisa apa dia? Perlahan Boruto mendekat. Melepas ikat kepala shinobi dan jaket hitam kesayangannya. Kemudian ia berbaring disebelah Sarada. Sarada tersenyum puas. Dengan begini mereka bisa istirahat bersama.

"Bolt, kenapa kau membelakangiku?"

"Urusai! Sudah kubilang ini ide yang buruk."

"Doshite? Kau malu?"

"Diamlah dan tidur." Dari belakang Sarada melihat telinganya yang merah. Ah, dia malu rupanya. Tipikal hinata obaa-chan. Walau dia akan menyesali ini dan mungkin Boruto akan mengejeknya sampai mati, atau papanya yang menceramahi panjang lebar. Tapi,

"Arigatou..." Sarada memeluknya dari belakang.

"H-hey!" Baruto berbalik dengan kaget. Tapi,

Cup

Sarada mencium pipinya singkat. Akhirnya Boruto mau menatapnya walau hanya sebentar. Sakura selalu menghadiahkan kecupan ketika ia berterimakasih. Jadi kenapa tidak? toh, dia hanya boruto. Saphire biru melebar, pipinya memanas, wajahnya merah padam. NNNAANNIII????!!!

"S-s-s-sarada??!!"

  Sarada tersenyum manis, "Hehehe. Hadiah untuk hari ini. selamat tidur, baka."

Boruto ditinggal dengan wajah kepiting rebus. Jantungnya berdebar keras, badannya panas, kepalanya meledak. Yang benar saja!!

Hari itu, sakura menemukan putrinya tidur dengan kertas ditangannya, kotak teh hitam dan bekas obat berserakan diatas meja, dan lagi posisi tidur lebih pinggir dari biasanya. Sakura mengambil kertas itu, membacanya, kemudian tersenyum geli.

"Ah, dasar remaja."

Dikertas tertulis sama persis seperti Naruto yang diberikan ke Sasuke dulu,

Akan ku balas kau, Dattebassa!!!

Borusara One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang