01: Alfred Kenzove S

25K 1.5K 56
                                    

Sebuah mobil melaju kencang membelah jalanan Las Vegas yang tampak sedikit lengang.

Pemilik mobil  bernama lengkap Alfred Kenzove S melirik kaca spion di mana empat buah mobil mengejar mobilnya dari belakang.

Si badboy berhati dingin yang terkenal dengan kebengisannya di dunia hitam menekan gas mobilnya hingga kecepatan mobil sudah tak  terkendali lagi. Begitu juga dengan mobil yang mengikutinya dari belakang.

Awal mula semuanya berjalan normal sampai ketika posisi mobilnya berada di liter S, mobil yang dikendarai Alfred melaju oleng saat banyak peluru menembak ban mobilnya.

Bola mata Alfred menyipit ketika merasakan laju kendaraannya mengarah ke arah jurang yang kedalamannya tidak diketahui.

Alfred tersenyum sinis sambil membuka seatbelt yang ia kenakan. Alfred pastikan jika dirinya tidak akan mati konyol semudah itu.

Dia adalah Alfred Kenzove Syegavano. Putra kedua dari Aldrich Syegavano yang terkenal kejam dan tidak takut pada maut. Jika dia tidak bisa selamat malam ini, maka jangan bilang dirinya putra ketua kelompok mafia yang terkenal di dunia bawah nan hitam.

Alfred mengambil posisi yang pas dan ketika mobil di belakangnya berada sedikit jauh dari mobilnya, Aldfred segera meloncat ke semak-semak.

Setelan hitam yang ia kenakan dapat menyamarkan tubuhnya dari kejaran orang-orang yang sudah mengincar nyawanya sejak satu minggu yang lalu.

Alfred hanya meledakkan salah satu markas besar kelompok tersebut. Tapi, mereka justru menginginkan nyawanya. Alfred tersenyum sinis. Coba saja kalau bisa, batinnya mengejek orang-orang itu.

Mobil Alfred melaju kencang hingga memasuki jurang. Tidak lama setelah itu, empat buah mobil dengan sembilan penumpang tiba di lokasi kejadian.  Alfred dapat melihat sembilan pria dengan senjata lengkap mereka menatap sekeliling seolah mencari mayat darinya.

"Mobilnya meledak. Aku pastikan dia sudah mati," kata seorang pria pada teman-temannya.

Seorang pria terkekeh sinis menanggapi ucapan temannya. "Orang yang berani macam-macam dengan kelompok Bernerz, hanya akan menemukan kematiannya." Matanya menatap dingin jurang di bawahnya, di mana ada kobaran api besar yang terlihat dari tempat mereka berdiri.

"Ayo, pergi dan kita akan merayakan keberhasilan kita sekarang."

Sekelompok pria memasuki mobil mereka masing-masing dan pergi begitu saja meninggalkan jalanan sepi yang tidak banyak kendaraan yang lewat.

"Tunggu pembalasanku. Aku akan membuat kalian menghilang sebentar lagi,"  gumam Alfred sambil terkekeh.

Dua jam sudah berlalu. Alfred memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. Tidak ada alat komunikasi yang ada di tubuhnya sehingga ia tidak bisa menghubungi anak buahnya.

Akhirnya dengan tubuh luka-luka karena pertarungannya sebelumnya dan karena lompatannya tadi, Alfred berjalan menyusuri jalanan sepi. Tidak ada kendaraan yang berhenti hanya untuk sekadar bertanya. Setiap kendaraan yang melewatinya terus bergerak seolah Alfred tidak ada.

Sebuah motor melaju kencang di tengah malam seperti ini. Kendaraan yang di tempati seorang gadis 19 tahun itu tiba-tiba berhenti di samping Alfred.

Gadis itu membuka helm miliknya kemudian menatap Alfred dari ujung kaki hingga ujung kepala. Meski tidak ada penerangan lampu, tapi gadis itu dapat melihat luka di kening pria tidak di kenalnya itu.

"Kau terluka?"

Lembut, halus, dan terdengar sedikit khawatir terdengar memecahkan keheningan yang terjadi. Suara gadis itu mampu membuat jantung beku Alfred yang sudah lama membeku sedikit meleleh. Padahal Alfred tidak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu. Hanya suara sudah mampu membuat perasaan aneh muncul begitu saja pada diri Alfred.

"Hei."

Tubuh Alfred sedikit linglung sebelum akhirnya ia mendarat di dekat tubuh gadis yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya.

"Kau bisa ikut denganku lebih dulu. Kau orang baik atau orang jahat?" Alfred diam tidak menyahut.  "Ah, kalau pun kau orang jahat,  tidak mungkin kau akan melukaiku. Jadi, aku putuskan untuk membawamu pergi,"  putus gadis itu.

Tubuh Alfred tinggi dan proporsional, tentu saja sedikit menyulitkan gadis tidak di kenal untuk menahannya.

"Gerakkan tubuhmu sedikit. Kau akan naik motorku," ucapnya, dengan susah payah membantu Alfred naik ke motor.

Setelah memposisikan Alfred di motornya, dengan hati-hati gadis itu naik ke motornya dan memposisikan kedua tangan Alfred untuk melingkar di pinggangnya.

"Kau harus memelukku sedikit erat. Jika kau tidak nyaman,  kau harus menahannya. Ini hanya sebentar. Tempat tinggalku tidak jauh dari sini," ucapnya, takut Alfred tidak nyaman bersentuhan dengan orang asing sepertinya. "Sekitar satu jam dari tempat ini, kita akan tiba. Tahan sedikit," tandasnya. Akhirnya ia menarik gas motor dan melaju kencang menyusuri jalanan.

Satu jam kemudian.

Motor yang dikendarai gadis itu akhirnya tiba di sebuah bangunan berlantai empat yang merupakan tempat tinggalnya.

"Ini flat tempatku tinggal. Kau harus tahan. Kamarku ada di lantai dua. Kita akan menaiki tangga."

Gadis yang diketahui bernama lengkap Abryla Jove membantu Alfred turun dari motor lagi-lagi dengan susah payah.

Aby--panggilannya-- tidak terlalu sulit membawa Alfred ke lantai dua karena nyatanya pria yang tengah merangkul lehernya ini tidak terlalu kehilangan kesadarannya.

Aby menghela napas setelah berdiri di depan pintu flat tempat tinggalnya.  Aby kemudian merogoh saku celananya mengeluarkan  kunci flat dan membuka pintu dengan sangat mudah.

Aby membawa Alfred ke kamarnya dan mengatur posisi nyaman untuk pria itu di tempat tidur.

"Tunggu sebentar. Aku akan keluar mengambil kotak obat lebih dulu."

Aby keluar dari kamarnya meninggalkan Alfred yang tengah memejamkan matanya. Setelah gadis tak di kenal itu keluar, bola mata Alfred terbuka lebar dan memindai kamar yang tidak terlalu besar tempatnya berada.

Hanya ada satu tempat tidur yang cukup menampung dua tubuh. Lemari pakaian yang terbuat dari kayu, dan gantungan baju yang terlihat di pojok ruangan.

Tidak ada kamar mandi di dalam ruangan ini dan membuat Alfred menyimpulkan jika kamar mandi bisa saja berada di luar.

Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat membuat Alfred kembali memejamkan matanya. Alfred dapat merasakan jika gadis yang belum ia ketahui namanya itu duduk di samping tempat tidurnya.

"Ini akan sedikit sakit. Jadi, bertahanlah," ucap gadis itu, dengan suara yang merdu di telinganya.

Alfred diam merasakan kain yang sedikit kasar menyentuh pipi dan keningnya. Sepertinya gadis itu tengah menghapus noda darah yang menghiasi wajah tampannya.

Alfred tidak meringis ketika tetesan antiseptik terasa mengenai permukaan wajahnya. Alfred tetap diam bahkan ketika gadis itu menempelkan cairan yang tidak ia ketahui apa nama dan mereknya lalu menempelkan kain kasa di keningnya yang mengalami luka robek.

"Nah, selesai. Sekarang kau istirahatlah. Aku akan tidur di luar. Ku harap besok kau akan segera sadar."

Gadis itu tampak menghela napas lega sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dengan membawa peralatan yang ia bawa dari ruang penyimpanan.

Setelah pintu tertutup dan memastikan jika gadis penolongnya sudah tidak ada lagi, Alfred membuka kelopak matanya. Pemuda tampan itu kemudian mendudukkan dirinya di tempat tidur dan menyandarkan tubuh tingginya pada senderan tembok. Bahkan, tidak ada kepala ranjang di ujung tempat tidur.

Alfred mengernyit mengetahui betapa miskinnya gadis yang menolongnya.


Minal aidzin walfaidzin gays. Gw bawa story new neh. But, yg lama kalaw ada ide itu yg gw tulis yak.
Klaw ada yang tanya, knp udh buat story new klaw yg lama blom end? Jawaban aye, aye jga kagac tai. Aye suka aje bikin yg new new gto.

#Lebarandirumahaja
#stayatkost
#thrmanathrmana

[5]  MYSTERIUS MAN [Alfred Kenzove]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang