Rara POV
"Apa kau sudah menemukannya?".
"Ani, hanya saja aku tau kalau dia masih di Korea, di Seoul".
"Kau yakin?".
"Ya, aku yakin".
"Terimakasih Minho-ssi".
"Sama-sama".
Seharian aku berkutat dengan alat pelacak ini, untung ada Minho yg siap membantuku. Aku pandai dalam IT, tapi Aku kuliah di bisnis, ini permintaan Yoongi oppa. Dia mau aku membantunya mengurus perusahaan. Tapi dia tidak terlalu memaksaku. Aku boleh turun tangan saat aku siap.
Rara POV end
Saat ini Rara sedang gabut di rumah, berbeda dengan Yoongi yang sedang frustasi di kantornya.
"Hoseok-ah...".
"Ne?".
"Bisa kau gantikan aku di meeting kali ini? Aku akan pulang, sepertinya aku sedang tidak enak badan".
"Eoh? Baiklah Hyung, kau pulang lah dan istirahat, jangan sampai Rara marah karna kau sakit akibat kelelahan".
"Ya itu yang ku pikirkan, kalau begitu, aku pulang dulu ya".
"Ne Hyung, hati-hati".
Yoongi POV
Kurasa, pulang dan tidur adalah ide yang bagus. Hampir seminggu aku tidak tidur hanya untuk mengurus kertas-kertas menyebalkan itu.
Aku membawa mobilku dengan kecepatan sedang, toh jalan juga sepi. Aku benar-benar mengantuk.
Brukk..
Oh tidak, aku menyerempet seseorang?
Aku segera turun sebelum aku di amuk masa.
"Hei, kai tak apa?"
"T tidak, aku hanya keserempet saja".
"Siapa namamu?".
"A Aku Kim Taehyung".
"Aku Yoongi, ayo ikut aku ke rumah sakit agar lukamu di obati".
"Ah, tidah usah Hyung, aku baik-baik saja".
"Apa kau mau aku di amuk masa karna di anggap tak bertangung jawab?".
"Ehh.. Ani, baiklah aku ikut".
Akhirnya aku dan Taehyung menuju ke rumah sakit sebentar untuk mengobati lukanya.
Yoongi POV end
Setelah selesai, Yoongi mengantar nya pulang.
"Terimakasih Hyung sudah mengantarku pulang".
Bukannya menjawab, Yoongi malah sibuk memperhatikan rumah taehyung, dia hanyut kedalam pikirannya sendiri.
"Dasar pemalas".
Plak...
"Kau bisa melakukannya dengan benar tidak?".
Bugh..Kejadian masa lalu terus menerus berputar di kepala Yoongi. Ini memang sudah 16 tahun lalu, tapi Yoongi ingat betul rumah ini. Tempat dia dan kedua orang tuanya disiksa.
"Hyung..". Panggilan Taehyung sukses mengeluarkan Yoongi dari lamunannya.
"Ah, ne?".
"Ada apa? Mengapa kau melamun?".
"Tae, apa benar ini rumah mu?".
"Ah, ne. Wae?".
"Sejak kapan kau tinggal di sini?".
"Sekitar 14 tahun yang lalu".
"Kau pindahan?".
"Kalau aku iya, tetapi orang tuaku sudah tinggal di sini dari 30 tahun yang lalu".
Yoongi terkejut dengan pernyataan Taehyung. Kalau begitu artinya? Aarrggg Yoongi bahakn tidak mau mengingatnya.
"Ya sudah, aku pergi dulu".
"Terima kasih Hyung, hati-hati di jalan".
"Ne".
Yoongi meninggalkan kompleks perumahan itu dengan perasaan campur aduk, marah, sedih dan takut, takut bahwa Rara akan tahu soal ini.
Skip sampai rumah
Ceklek..
"Loh, oppa tumben sudah pulang Ini baru jam 1". Rara
"Sepertinya aku akan demam, makanya aku pulang".
Rara yang mendengar pernyataan kakaknya itu langsung berlari menghampiri yoongi yang sedang berbaring di sofa."Omo, oppa kau istirahat dikamar saja, nanti kubuatkan bubur dan ku bawakan obat untukmu".
Rara menarik Yoongi ke dalam kamar. Setelah memastikan Yoongi istirahat Rara langsung ke dapur untuk membuat bubur.
selama Rara memasak di dapur, Yoongi tak henti-hentinya tersenyum melihat tingkah adiknya yang sulit ditebak itu, kadang baik kadang ngeselin dan juga aneh.
Tapi senyum itu luntur ketika Yoongi tak sengaja menatap foto kedua orang tuanya.
"Kim Taehyung".
Nama itulah yang terlintas di pikiran Yoongi saat ini bahkan, itu sampai membuat Yoongi melamun.
"OPPA!??!". Yoongi terkejut saat Rara meneriakinya.
"Wae? Kenapa mengagetkan ku eoh? Bagaimana kalau aku jantungan?". Yoongi menatap frustasi pada adiknya itu.
"Siapa suruh kau melamun?".
"A Aku tidak melamun".
"Bohong". Rara menatap intens Yoongi yang sedang mati-matian menyembunyikan fakta itu.
"Apa yang kau tau oppa?".
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity
FanfictionTidak ada yang tau ada apa di alam semesta seluas ini. Takdir Tuhan memang misterius. "Aku tidak akan membencimu". "Masa depanmu? Gurauan yang bagus tuan". [Ochitaekim]