Yoongi POV
Aku masuk kedalam kamar Rara, melihat bagaimana keadaan Taehyung.
"Infusnya sudah habis". Yoongi keluar dan mencari jin Hyung nya.
Saat keluar ternyata seokjin baru saja ingin masuk.
"Baru saja ingin ku teriaki". Yoongi
"Tak perlu". Seokjin masuk dan segera mengganti infus Taehyung, selang oksigen sudah di lepas dari semalam karna nafas taehyung sudah beraturan.
Yoongi yang tidak mengerti apa yang dilakukan Hyung nya itu hanya melihat tanpa berniat bertanya.
"Eungh..".
Atensi mereka berdua kini beralih ke sumber suara, Taehyung sadar, dia membuka matanya perlahan, seokjin tetap melanjutkan kegiatannya dan Yoongi kini mendekat kearah Taehyung.
"Taehyung-ah~". Panggil Yoongi lembut
Taehyung mengerjapkan matanya berulang kali, mengatur cahaya yang masuk ke matanya, dia bisa mendengar Yoongi memanggilnya tapi badan nya terasa sangat sakit.
"Kalau sakit, jangan dipaksakan ya". Kini seokjin beralih ikut duduk disamping Taehyung.
"Y-yoongi h-hyung". Ucap Taehyung lemah, mencari seseorang yang sedaritadi tak berhenti tersenyum melihat dia sadar dana selalu setia mengelus kepalanya lembut.
"Biar ku periksa dulu ya". Seokjin meletakkan stetoskop nya tepat di dada kiri Taehyung, mengecek detak jantungnya yang normal.
"Bagaimana Hyung?". Yoongi
"Sudah normal, tinggal pemulihan, kau harus banyak istirahat". Seokjin ikut mengelus kepala Taehyung sebentar lalu beranjak menyingkirkan alat-alat nya untuk di bawa kembali ke rumah sakit.
"Kau makan dulu ya, aku ambilkan". Yoongi beranjak dari tepi ranjang Taehyung langsung menggenggam jari Yoongi yang sempat dia sampai.
"Wae?". Yoongi
"G-gomawo".
Yoongi tersenyum tulus,"nee".
Kini Yoongi benar-benar keluar dari kamar itu, meninggalkan Taehyung dengan segala pertanyaan di otaknya.
"Apa yang terjadi?".
Tak lama, hanya 15 menit, Yoongi kembali di ikuti oleh 2 pelayan di rumahnya, yang satu membawa namapan dengan makanan dan air, dan satu lagi dengan air dan obat.
Taehyung di bantu oleh Yoongi untuk ke posisi duduk, kadang agak perih saat punggungnya bergesekan dengan punggung kasur, dia berkali-kali menggigit bibir bawahnya untuk menahan sakit itu.
Salah satu pelayan keluarga Min yang berumur sekitar 50 tahunan itu menyuapi Taehyung dengan telaten.
Taehyung nampak bingung, pelayan itu kini terkekeh melihat wajah Taehyung yang kebingungan itu.
"Panggil aku Jung ahjuma".
"Hehe, maaf ahjuma".
"Tak apa". Jung ahjuma tersenyum tulus pada Taehyung, membuat Taehyung membalas nya dengan senyum kotak khas miliknya itu.
"Kalau ingin tanya sesuatu, atau ingin sesuatu, kau bisa minta pada Jung ahjuma". Yoongi
"Gomawo Hyung, ahjuma".
"Nee". Ahjuma/Yoongi
Setelah selesai, Jung ahjuma kini kembali ke tugasnya di dapur, berhubung sebentar lagi makan malam.
"Hyung..". Taehyung tampak ragu
"Ada apa Saeng?".
"Bagaimana aku bisa disini? Di kamar ini?". Taehyung memberanikan dirinya karna dia tidak mau pertanyaan itu selalu berputar di otaknya meminta kepastian.
Baru saja Yoongi akan menjawab dan menceritakan semuanya, tapi suara dinosaurus kelaparan kini mengalihkan perhatiannya.
"OPPA~".
Taehyung juga kaget, dia menatap Yoongi, dia melihat Yoongi sepertinya sedang kesal karna mendengan suara rengekan itu.
"Aku akan mengurus bayi besar itu dulu ya". Lalu Yoongi turun dari kasur dan keluar.
Ceklek..
Dapat dia temukan adiknya itu mengubur diri di sela-sela sofa dan meja di ruang tengah sambil sesenggukan.
"Hei Rara-ya, ada apa?". Yoongi mencoba membangungkan Rara dengan menggendongnya ke pangkuannya.
Kini Rara berada di pangkuan Yoongi, Rara terlihat kacau, matanya bengkak, hidungnya merah. Yoongi tau persis dia habis menangis.
"Ada apa?". Tangan Yoongi beralih menyingkirkan rambut yang menutupi sebelah wajah adiknya itu.
Yoongi memang selalu mengajarkan adiknya untuk mandiri, tapi terkadang melihatnya menangis karna kesusahan membuat hatinya sakit, karna sekarang Rara hanya punya dia, dia lah tempat Rara berbagi gundahnya.
"Aku tidak mau kuliah lagi oppa..hiks...".
"Apa tidak boleh aku bekerja saja walau belum lulus kuliah?". Rara"Tidak boleh Rara, kau harus menyelesaikan sekolahmu dulu, ingat pesan appa? Jangan sia-siakan uang dan yg kau korbankan selama ini".
"Tapi dosen tiang listrik itu selalu saja mempersulit ku". Rara kembali merengek
"Mempersulit mu bagaimana?". Jungkook
"Skripsi ku selalu saja ada revisi, dan tetap pada kalimat itu itu saja". Suara Rara sedikit meninggi.
"Mungkin kau kurang usaha". Jimin
"Kurang usaha bagaimana lagi? AKU BAHKAN SUDAH MEREVISI SKRIPSI INI 28 KALI". Rara mulai menangis lagi, semua menatap Jimin datar, membuat yang di tatap hanya tersenyum gugup.
"Sudahlah Rara-ya, ke kamar sana". Jimin
"Ngapain? Aku sudah nyamah disini". Rara memeluk leher Yoongi
"Taehyung sudah sadar". Yoongi kini mengubah tatapan Rara yang tadinya pada Jimin sekarang beralih padanya.
"Jinjja?".
"Nee".
Yoongi langsung menurunkan Rara dari pangkuannya dan menariknya ke kamar.
"Oppa tunggu".
"Apa lagi?".
"Aku bingung harus apa nanti".
"Minta maaf lah".
"Enak sekali kau bicara begitu, kalau dia tidak memaafkan ku dan malah membenci ku bagaimana?".
"Taehyung bukan orang yang pendendam". Jimin membuka pintu kamar lebar-lebar. Menampakkan Taehyung yang sedang mengobrol dengan seokjin.
Yoongi mengikuti Jimin masuk, tidak dengan Rara, dia bingung. Bahkan rasanya dia lupa bagaimana cara melangkah.
"Aduhh~ oppa lepaskan". Namjoon menarik telinga Rara untuk masuk dan mendekat pada Taehyung. Dia baru saja pulang bertugas sebagai polisi selama 2 hari ini.
Namjoon menarik Rara dan melepaskannya saat Rara tepat berada di samping Taehyung.
Setelah itu, Namjoon dan yang lainnya keluar, meninggalkan Rara berdua dengan Taehyung di sana.
Mati-matian Rara menahan teriakannya, ingin sekali Rara mengumpati para oppa kesayangannya itu dengan sumpah serapah yang sudah tersedia daritadi.
"Bagaimana aku bisa ada disini?".
Deg..
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity
FanfictionTidak ada yang tau ada apa di alam semesta seluas ini. Takdir Tuhan memang misterius. "Aku tidak akan membencimu". "Masa depanmu? Gurauan yang bagus tuan". [Ochitaekim]