05. Condition

2.1K 244 14
                                    

05



//1 minggu kemudian\\

Menatap nanar sesuatu di depannya, Seseorang Bernama Park Chaeyoung terlihat pucat dengan segala peluh di wajahnya.

Dia sudah berada di luar rumah 3 jam yang lalu, duduk mematung melihat arah jalan yang sudah sangat sepi.

Memegang perutnya yang masih terasa sakit setiap harinya.

Arah pikirannya kembali berkelana jauh ke masa lalu.

Hari di mana kebahagiaan selalu ada telah lenyap merenggut semuanya.

Merutuki takdir yang telah jahat memperlakukan dirinya dengan kejam. Membenci semua yang telah membuat dirinya menangis sepanjang malam akhir-akhir ini.

Terpaan angin malam yang dingin menyelimuti tubuhnya dengan erat.

Bibirnya sudah memutih.

Matanya sudah metutup-buka memaksa untuk terus terjaga.

Tangan yang memegang perut kini berganti memeluk tubuhnya sendiri dengan erat.

Cuaca dingin semakin terasa di tubuhnya yang sudah mulai melemah.

Merasa sudah tidak kuat lagi menghadapi angin malam yang membekukan diri. Sekuat tenaga Chaeyoung berdiri.

Kedua kakinya terasa begitu lemah untuk menompang berat tubuhnya. Chaeyoung berbalik, lalu melangkah lemah untuk memasuki rumahnya.

Tangannya berpegang pada dinding di samping untuk mempertahankan jalannya yang dirasa akan tumbang.

Dengan napas yang sedikit sesak, Chaeyoung bertekad kuat untuk terus melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai 2.

Matanya tidak boleh tertutup sebelum sampai pada tempat yang dituju. Chaeyoung mengerang lelah.

"Argghh!"

Bruk...

****

Melihat adiknya berada di ranjang rumah sakit, hati sang eonnie tersayat pedih.

Wajah pucat pasi yang terlihat jelas di raut wajah cantiknya mengundang kesedihan.

Chaeyoung sudah ditemani oleh Jisoo dan Lisa.

Jisoo. Eonnie tertuanya ini terkejut ketika mendapat telepon dari Lisa yang mengatakan tentang keadaan Chaeyoung.

Pukul 02.13 malam waktu korea, Jisoo langsung menuju rumah sakit yang diberitahu Lisa, adik bungsunya. Meninggalkan sang suami yang masih betah dalam impiannya, dan juga anak laki lakinya berusia 3 tahun yang masih tertidur pulas dalam kamarnya.

Kekhawatiran Jisoo sudah terasa sejak 3 hari yang lalu, dimana ia mengunjungi Chaeyoung di rumahnya dengan keadaan berlinang air mata.

Di situ Chaeyoung tidak memberitahu apa apa, menutup rapat fakta yang telah terjadi 3 hari yang lalu.

Jisoo bisa apa jika sudah susah menghadapi sifat keras kepala adiknya yang satu ini.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jisoo saat mereka sedang duduk di masing-masing sisi ranjang Chaeyoung.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi 2 hari kemarin aku merasakan sesuatu saat memikirkan Chaeyoung," Lisa menarik napas sembari melihat ke arah saudari kembarnya. Sendu. Itu yang Lisa rasa.

"Aku sudah mau ke rumahnya waktu sore kemarin, tapi tiba-tiba banyak berkas yang harus aku urus, jadi aku baru bisa ke sana ketika malam. Itu pun aku memaksa Sehun untuk mau mengantarku." Jisoo masih setia mendengar Lisa tanpa mengalihkan perhatiannya pada adik yang terlihat lemah ini.

"Dan yaa aku kira pintu rumahnya tidak akan dibuka karna sudah malam, tapi di luar dugaan, pintu dengan mudah kubuka, Chaeyoung tidak menguncinya, bagaimana jika ada yang masuk?" Lisa marah, tapi nadanya penuh dengan kekhawatiran.

Jisoo masih memasang telinganya untuk mendengar penjelasan dari Lisa.

"Aku dan Sehun masuk, dan aku menemukan Chaeyoung sudah terbaring di lantai dekat tangga.." Lisa mengeratkan pegangannya pada Chaeyoung, tak tega membayangkan wajah Chaeyoung pada saat itu.

"Wajahnya pucat pasi, Eonnie. Aku tidak tega melihatnya." Menunduk, meneteskan cairan bening. Jisoo mendongak melihat ke arah Lisa, ditemukannya adiknya sedang menangis kecil.

Tangan Jisoo beralih pada tangan Lisa yang sedang menggenggam tangan Chaeyoung. Mengeratkannya agar Lisa tidak perlu lagi khawatir.

Sehun sudah kembali lagi ke rumah, tadi sekitar jam 7 pagi untuk mempersiapkan diri pergi ke tempat kerjanya.

Meninggalkan Lisa bersama Eonnie-nya yang sedang menemani saudari kembarnya disini.

Anaknya, ia titipkan dulu pada pengasuh bayinya, Lisa benar-benar tidak bisa fokus untuk saat ini. Nanti siang juga pengasuh dan anaknya akan kemari.

Suffering [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang