19. Difficult.

2.1K 244 55
                                    

19

Chaeyoung terus menangis dalam pelukan Jennie. Tentu saja, Chaeyoung sangat merindukan seseorang yang ada di pelukannya ini.

Seolah seperti mimpi, kehadiran Eonnienya itu membuat Chaeyoung tak sedikitpun melepaskan pelukannya. Begitu posesifnya Chaeyoung yang tak ingin Eonnienya pergi lagi darinya.

Jennie sudah sesegukan, membuat bahu adiknya itu sudah basah oleh tetesan air mata yang mengalir lebat darinya. Tangis Chaeyoung membuat dirinya sadar. Betapa ia sudah terlalu jauh dan lama dari jangkauan adik tersayangnya.

"Maafkan Eonnie Chaeng" Chaeyoung semakin menangis saat kata itu terucap penuh dengan isak tangis dari Eonnienya.

"Tidak. Chaeng yang minta maaf Eonnie" suara Chaeyoung sudah sangat parau. Suasananya kini benar benar menyentuh. Jisoo dan Lisa yang masih setia berdiri kini terisak pilu memandang haru pertemuan antara saudari mereka.

<><><><>

Jennie sudah sedikit berbincang dengan Chaeyoung tentang kehamilannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Dan kiini, Jisoo, Jennie dan Lisa tengah berada di kantin rumah sakit. Chaeyoung sudah tertidur kembali setelah sarapan dan minum obat. Jennie sudah membuat Chaeyoung tenang dan kini tidur Chaeyoung terlihat lebih nyenyak berkat usapan lembut Jennie pada kepala dan perutnya.

Wajah cantik itu tertunduk takut, bagaimanapun Jennie merasa bersalah atas kesehatan yang Chaeyoung alami saat ini.

Jisoo dan Lisa memandang intens pada Jennie.

"Kenapa kau baru pulang sekarang? Kemana saja selama ini Jen?" Jisoo tidak marah, hanya ada penekanan dalam kalimatnya, juga raut wajah yang tanpa senyum.

"Maaf Eonnie" Jennie menciut. Semua memang jelas salahnya.

"Kau lihat sendiri kan sekarang, bagaimana Chaeyoung membutuhkan saudarinya?" Jennie menggigit bibir bawahnya. Yaa, Jennie melihat itu. Dan ia begitu menyesalkannya.

"Kenapa saat Chaeng menelpon, Eonnie selalu tidak mengangkatnya?" kini Lisa bersuara, menanyakan sesuatu yang selalu Chaeyoung katakan saat panggilannya tidak dijawab oleh Eonnienya.

Jennie menunduk. Tolong, jangan buat Jennie semakin bersalah atas ego yang dijunjung tinggi. Dirinya sudah seperti tersangka kasus besar yang siap dihukum berat.

Jisoo menghembuskan nafas gusar. Matanya kini berubah sayu menatap Jennie yang tertunduk lesu.

"Kemarilah" Jennie pun mendongak, menatap Eonnienya yang sedang menggerakkan tangannya, tanda Jennie untuk mendekat.

Di kursi panjang itu Jennie menggeser duduknya lebih dekat dengan Eonnienya.

Lalu saat Jennie sudah dekat, Jisoo membawa Jennie dalam pelukannya.

"Eonnie rindu padamu Jennie-ya" Jisoo semakin mengeratkan pelukannya pada Jennie, mengelus pugung yang kini bergetar.

Jennie menangis, sejujurnya dia juga sangat rindu pada semua saudarinya. Berada berbulan bulan di Negara orang bukan perkara mudah untuk menghilangkan rasa rindu yang hanya bisa diobati oleh via telfon.

Ditambah kesibukan dan perbedaan waktu diantara Jennie dan saudarinya membuatnya semakin jarang melakukan panggilan suara.

Lisa yang juga sudah rindu terhadap Eonnienya ini juga ikut menggabungkan diri pada pelukan yang sedang terjadi.

Memeluk Eonnienya yang sedang berpelukan.

"Mianhae Eonnie. Sudah bicara terlalu kasar padamu" yaa, Lisa merasa tidak sopan saat dia mengirim pesan singkat pada Jennie yang menyuruhnya untuk pulang. Sungguh, Lisa tidak bisa berfikir jernih saat itu, ia kalut pada keadaan Chaeyoung hingga apa yang ada di benaknya tersalurkan begitu saja tanpa filter.

Suffering [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang