06. Khawatir

2.1K 245 16
                                    

06

Jam 08.00 pagi waktu Korea Selatan. Suami dari Jisoo yang bernama Suho datang ke rumah sakit bersama seorang anak laki-laki yang dituntunnya.

Memasuki kamar Chaeyoung, anak laki-laki yang berumur sekitar 3 tahun ini langsung menghamburkan pelukannya pada Sang Mama yang sudah merentangkan tangannya.

Suho hanya tersenyum melihat anaknya kini sudah bertemu dengan Mamanya. Pasalnya, tadi pagi jagoan kecilnya ini menangis mencari Mamanya yang tidak ada di segala penjuru rumah.

Jihoo, nama anak dari Jisoo dan Suho ini biasanya tidak nangis jika Jisoo sudah minta izin pada anaknya sendiri untuk pergi atau ditinggal bersama seorang yang membantu Jisoo mengurus keperluan anaknya. Namun karna tadi Jisoo belum izin pada sang putra, akhirnya Jihoo menangis keras.

"Sayang, aku pergi dulu yaa, aku sudah sangat terlambat." Suho pamit pada Jisoo yang tengah menggendong Jihoo.

"Maaf, sudah merepotkanmu." Jisoo menunduk, merasa sangat bersalah, suaminya telat karenanya.

"Aish tidak apa, Chaeyoung sudah bangun?" tanya Suho sambil berjalan menghampiri ranjang Chaeyoung yang di sisinya ada Lisa.

"Belum," Jisoo berjalan ke arah suaminya.

"Ya sudah aku pergi yaa," pamit Suho pada Jisoo. Dan pandangannya beralih pada Lisa yang sama sekali tidak meliriknya.

"Lisaa.. Kau tak menyapa oppa-mu?"

"Aah Oppa, hati-hati yaa."

"Aiish,"

<><><><>

Chaeyoung membuka matanya sangat perlahan, pusing di kepalanya masih terasa jelas.

Lisa yang sedari tadi duduk di samping Chaeyoung menegakkan badannya.

"Eoh Chaeng," suara Lisa yang tidak terlalu keras tapi mampu membuat Jisoo yang sedang bermain dengan anak laki-lakinya di sofa melihat ke arahnya.

Lalu Jisoo pun menggendong Jihoo dan mendekat ke arah ranjang Chaeyoung.

Sedangkan Chaeyoung masih berusaha pelan membuka matanya.

"Eonnie," suara lirih dari Chaeyoung keluar juga, membuat semua pasang mata tertuju padanya yang sudah bisa membuka matanya.

Tapi raut kesakitan malah terlihat jelas dari wajahnya ketika ia membuka mata, dan detik itu pula, Chaeyoung memegang perutnya yang dirasa sangat sakit.

"Ah Lisa, Eonnie, sakiit," Tangannya mencengkram keras lengan Lisa yang berada di dekatnya. Menyalurkan sakitnya pada Lisa secara tidak langsung.

Sontak Lisa dan Jisoo menjadi panik. Jihoo yang masih kecil pun melihat ke arah Chaeyoung dengan tatapan bingung yang justru terlihat menggemaskan. Jisoo menekan tombol yang ada di dekat ranjang Chaeyoung untuk memanggil dokter.

Jisoo mengernyit nyeri menahan sakit di dada ketika melihat Chaeyoung yang terlihat begitu kesakitan.

Sembari menunggu dokter datang, Lisa memegang tangan Chaeyoung yang memegang perutnya. Mengusap lembut punggung tangan itu.

Sedangkan Jisoo sedikit membungkuk mengusap peluh yang sudah bercucuran dari kening Chaeyoung dengan ibu jarinya.

"Saa-kiit," Chaeyoung bergerak gelisah menghentakkan kakinya. Ini benar-benar sakit.

Pintu terbuka, dokter wanita yang menangani Chaeyoung tadi datang kembali dengan terburu. Dan mengambil alih posisi di samping Chaeyoung, menggeser posisi Lisa.

Semuanya mundur. Membiarkan Chaeyoung ditindak lanjuti oleh wanita berparas cantik walau sudah tampak berumur ini.

Raut wajah gelisah dan khawatir terpancar jelas di wajah masing masing saudari dari Park Chaeyoung ini.

Pikiran aneh mulai melayang di pikiran mereka masing-masing.

Apa yang terjadi?

Kenapa Chaeyoung begitu kesakitan di bagian perutnya. Apa ada penyakit yang mereka belum tau dan sengaja Chaeyoung tutupi. Tidak tidak.. Pikiran itu harus ditepis.

Dokter itu berbisik pada suster disebelahnya.

Dan tak lama suster itu berucap lembut pada keluarga pasien yang tampak khawatir ini.

"Mohon untuk keluar dulu,"

"Mwo?!" Jisoo menghentakkan tangan suster yang seolah mengusirnya. Membuat Jihoo yang ada di gendongannya sedikit terkejut atas hentakan sang mama.

"Kami mohon maaf, tapi kami akan melakukan tindakan lebih lanjut lagi pada pasien."

Mendengar itu Lisa ingin menentang lagi karena dia ingin menemani Chaeyoung walau tidak bisa menggenggan tangannya dan hanya bisa melihatnya dari jauh, tapi tangan Jisoo menahan Lisa yang akan bergerak maju mendekatkan diri pada suster tersebut.

"Lisa sudahlah, ayo kita keluar." Jisoo sudah menautkan jemarinya pada jemari Lisa mencoba menenangkan Lisa yang terlihat hampir emosi disaat saat seperti ini.

Jisoo merangkul Lisa untuk berjalan ke arah pintu.

______

"Apaa Chaeng punya penyakit serius, Eonnie?" kembaran dari Chaeyoung itu bersuara saat sudah duduk dikursi depan ruangan Chaeyoung berada.

Jisoo memegang tangan Lisa lagi yang sempat terlepas.
"Eonnie tidak tahu Lisa-ya, tapi kita berdoa semoga pikiran negatif kita itu salah besar."

Berkata seperti itu, tapi itu bertolak belakang dengan pikirannya yang melayang kemana saja. Memikir kembali apa yang sudah terjadi selama ini.

Ini semua gara-garanya.

Suffering [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang