12. Come Back, Please.

1.9K 251 31
                                    

12


<< 1 bulan kemudian >>

Kandungan Chaeyoung kini sudah beranjak 3 bulan. Chaeyoung bisa bertahan dengan segala kelemahan yang ia rasa, itu suatu anugerah. Nyeri di bagian perut dan rasa mual yang terus menyelimuti setiap malamnya. Chaeyoung dapat atasi itu dengan bantuan saudarinya yang sesekali datang berkunjung.

Jisoo seminggu sekali mengunjungi adiknya. Membawa bahan bahan makanan yang sehat untuk Chaeyoung dan janinnya.

Lisa seminggu sekali juga mengunjungi saudari kembarnya. Mengajak Chaeyoung tertawa agar lebih rileks dengan semua beban yang enggan pergi dari pikirannya.

Jennie. Kakak keduanya itu belum juga mengunjungi Chaeyoung atau sekadar mengangkat teleponnya.

Chaeyoung setiap harinya terus terbebani oleh rasa bersalah yang kian memupuk di pikirannya.

Hingga di masa kehamilan Chaeyoung ini, ia sangat merasa lelah. Dan itu mengundang rasa empati yang begitu besar dari kakak dan saudari kembarnya.

Jisoo dan Lisa ingin sekali menginap untuk beberapa hari, menemani Chaeyoung, namun apa daya mereka hanya bisa menginap di hari libur saja. Kerjaannya saat ini tidak bisa ditinggalkan. Ditambah peran ibu yang melekat pada diri mereka, mereka harus sigap dengan semuanya.

Hingga akhirnya Chaeyoung hanya bisa meringis sedih melihat waktu sempit yang saudarinya bisa sempatkan.

Masih untung itu juga, mereka masih ingat pada dirinya.

Tapi apa kabar dengan seseorang di negara seberang?

Aahh sudahlah, mungkin Jennie sudah benar benar tidak peduli lagi pada anggota keluarganya yang satu ini.

Miris sekali.

Chaeyoung terduduk di kursi meja makannya. Menatap bahan makanan yang banyak di mejanya. Ia bingung untuk membuat apa sebagai makan malamnya.

Sendiri seperti ini sejujurnya Chaeyoung bisa saja memakan ramen cup, namun menyadari ada seseorang yang harus ia jaga kesehatannya ia urungkan.

Berpikir panjang, biasanya ada Jennie yang membuat makanan sehat, ada Jisoo juga yang menentukan menu makan setiap harinya, ada Lisa yang memarahinya jika sudah memakan makanan yang tidak sehat.

Ah itu dulu, dulu sekali.
Saat mereka belum bertemu dengan tambatan hati mereka masing-masing.

Hah~ Rindu lagi akhirnya Chaeyoung pada masa masa seperti itu.


<><><><><>


Sementara itu, di rumah Jisoo, ada Lisa yang berkunjung malam-malam setelah makan malam bersama Sehun dan anaknya.

Mereka tengah ada di ruang keluarga Jisoo yang megah dengan sofa empuk serta suasana yang dibuat nyaman.

Sehun dan Suho berserta anak mereka ada di taman belakang, membicarakan masalah kerjaan mereka sambil mengawasi anak mereka yang sedang bermain.

"Eonnie, kita suruh Jennie eonnie pulang." Lisa berbicara dengan sorot mata memelas, menginginkan kakaknya itu pulang secepatnya. Permintaan Lisa itu juga mewakili Chaeyoung kembarannya.

"Tidak bisa Lisa, Jennie sedang sibuk di sana, dia baru bisa pulang 3 bulan lagi, kontrak kerjanya disana harus ia penuhi." Lisa menarik napas dalam saat mendengar penuturan Jisoo.

Bukan ini yang ia ingin dengar. Ini terlalu sering ia dengar. Dan ini membosankan bagi Lisa.

"Ayo kita telepon Jennie eonnie sekarang, eonnie." pinta Lisa lagi.

"Waktu sekarang dan Paris berbeda, mungkin dia sedang bekerja, Lisa."

"Aku tidak peduli eonnie. Ayo kita telepon, kita paksa Jennie eonnie untuk pulang dan bertemu Chaeyoung." Jisoo berpikir sejenak. Ia juga harus bisa membuat Jennie pulang, sebab ada alasan kuat mengapa Jennie harus pulang.

Kesehatan Chaeyoung lah yang utama. Semenjak perceraian itu, keadaannya tidak pernah membaik. Tawanya hanya manipulasi dari sedih yang dia tutupi.
Raut wajah pucatnya tak bisa ia sembunyikan. Dan itu terlihat jelas tanpa make up yang Chaeyoung gunakan.

Suduh cukup Jisoo untuk mengerti Jennie yang tengah sibuk dengan kerjaannya, di sini ada Chaeyoung yang butuh hangat kasih saudarinya.

Jisoo menelepon Jennie, suara ia loudspeaker agar Lisa juga mendengar, ponsel itu disimpan di atas meja.

> >

Jennie yang masih bergelut dengan kertas jugaa laptop yang ada dihadapannya harus terganggu dengan bunyi yang dihasilkan dari ponselnya.

Awalnya sempat tidak ingin melirik apalagi menjawab, karena Jennie tahu, pasti yang meneleponnya adalah orang yang sama yang telah puluhan kali menghubunginya dalam sebulan ini.

Namun, ia mencoba melirik siapa nama yang tertera di ponselnya. Dan yaa.. Itu kakaknya. Jennie terpaksa menjawab telepon itu.

"Yeoboseyo eonnie,"

"Jennie-yaa, kau sedang sibuk?"

"Sedikit eonnie. Ada apa?"

"Ada pembicaraan serius yang ingin Eonnie bicarakan" Jennie memutar bola matanya malas, aish. jennie tahu arah pembicaraan ini akan kemana.

"Eonnie tolong cepat pulang." Itu Lisa. Lisa langsung saja pada topik utamanya.

"Tidak bisa"

"Tolong pulang eonnie, kau tidak tahu di sini bagaimana keadaan dari kembaranku, aku sakit melihatnya eonnie." Jennie bersandar pada kursinya, ia hanya mendengar saja, tanpa mau memberi respon.

"Baiklah cukup dengarkan saja apa yang kami sampaikan" Jisoo tahu, pasti Jennie tidak akan bicara jika sudah masalah ini.

"Semenjak perceraiannya, Chaeyoung tidak pernah merasa baik, dia selalu melamun, memikirkan sesuatu yang sangat menyakitinya, aku sudah berusaha membuatnya tersenyum dan tertawa, tapi itu hanya sementara. Eonnie, kumohon, pulanglah, ia sangat menyesal karna telah memilih laki-laki Brengsek itu, Chaeyoung sudah bercerita padaku, dia sangat merindukan eonnie, dan menyesal atas semua perbuatannya dulu."

Suara Lisa terdengar seperti berusaha menahan air matanya. Jennie masih setia mendengar.

"Yaa Jennie, apalagi setelah dia hamil. Eonnie tidak tega setiap melihat raut wajah kesakitan saat perutnya terasa sakit, terasa mual. Asal kau tau saja, setiap eonnie menginap di rumahnya, setiap malamnya setiap tidurnya ia selalu menangis, beguman memanggil namamu tanpa henti sampai eonnie membangunkannya dari mimpi buruknya." sakit sekali rasanya Jisoo menceritakan ini, ia menangis, menumpah isi hatinya yang terluka, begitu pula dengan Lisa.

"Kehamilannya sekarang sangat lemah Jennie, pulang lah, kita sama-sama menguatkan jiwa dan raganya yang lemah." tersedu sudah Jisoo dan Lisa. Jennie mendengarnya ikut merasakan pilu.

"Chaeyoung pernah berkata padaku 'Eonnie tidak akan memaafkanku sampai aku mati' kalimat itu membuatku takut, dan aku punya firasat buruk tentangnya."

Suffering [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang