Beginning-2

1.3K 190 28
                                    

"Oh my god, ini banyak banget bekas darahnya. Aku jadi merinding, Na" aku mengangguk mengiyakan ucapan So Bin. "Kamu percaya gak kalo ini darah Hye Na?" ucap So Bin lagi.

Aku terdiam sambil terus menatap kearah bawah, lebih tepatnya menatap kearah bekas darah tersebut.

"Dia tuh lagi dalam keadaan nangis berdarah, terus pergelangan tangan kirinya tuh juga keluar darah banyak sambil netes-netes gitu Jen. Dan yang harus kamu tau, dia juga lagi megang pisau disebelah tangan kanannya. Serem gak sih?"

Ucapan itu kembali teriang diingatanku ketika aku sedang berbicara dengan Jeno saat itu*.

Apa itu ada hubungannya dengan bekas darah yang ada disini? Apa Hye Na benar-benar melakukan bunuh diri disini? Kalau pun benar, apa jangan-jangan...

"So Bin!" Kataku yang membuat So Bin seketika terkejut. "Ya, Nana!! Kamu tuh daritadi ngagetin aku terus?! Biasa aja dong, kan aku jadi ikutan kaget" protes So Bin kepadaku.

Aku terkekeh. "Maaf maaf. Jadi gini, coba kamu berdiri didekat bekas darah ini, tapi jangan berdiri diatasnya, dipinggirnya aja" suruhku kepada So Bin.

So Bin pun menurutiku dan langsung berdiri tepat dipinggir bekas darah tersebut, dengan perlahan aku pun mulai berjalan mundur kebelakang untuk melihat dirinya sedikit dari kejauhan.

"Na, kamu mau ngapain sih?" Tanya So Bin bingung. "So Bin, coba perhatiin sekarang, kamu lagi ada diposisi mana? Maksudku, ini jurang batunya kan besar banget. Dan kamu pasti tau kalo posisi kamu sekarang lagi ada dimana"

So Bin terdiam. "Di tengah-tengah?"

"Tepat! Sekarang logikanya gini, kalo misalkan Hye Na bunuh diri disitu ditengah-tengah jurang ini, ada kemungkinan gak kalo dia bakal jatuh ke jurang sana yang ada dibelakang kamu?" Tanyaku lagi. "Enggak, kan jurangnya masih jauh dibelakang aku"

"Bagus, berarti kalau pun Hye Na jatuh tergeletak ke bawah selesai bunuh diri dan gak ada kemukinan buat dia jatuh ke bawah jurang sana. Itu artinya ada seseorang yang bawa Hye Na pergi dari sini bukan?"

So Bin mengangguk. "Renjun?" pikirnya. "Renjun? Kamu yakin di—"

"Dia yang selalu ada disamping Hye Na bukan?" Aku bungkam, So Bin benar.

Renjun memang selalu ada disamping Hye Na, dimana pun itu. Aku tidak marah, cuman sedikit sakit saja mendengarnya. Ayolahhh jangan sekarang Nana, kamu harus fokus sekarang, ini menyangkut diri orang lain.

"Jadi menurut kamu Renjun bawa pergi Hye Na kemana?" Tanyaku kepada So Bin sebelum akhirnya Hye Na dan Jessy datang menghampiri kita berdua. "Ya ampun kita berdua udah cari kemana-mana taunya kalian berdua ada di-YA TUHAN!! Nana itu bekas darah siapa?!"

"AKHHH!!"

"Hye Na?!" Panikku dan Jessy bersamaan ketika Hye Na tiba-tiba terjatuh setelah melihat bekas darah yang sedang pinggiri oleh So Bin. "Hye Na kenapa?!" Panik So Bin.

Hye Na menggeleng. "Gapapa, aku gapapa kok. Cuman sedikit pusing aja" jawab Hye Na yang masih terduduk lemas disamping Jessy. "Hye Na katanya pusing, apa kita lanjutin aja besok?" Kataku kepada So Bin.

So Bin mengangguk. "Yaudah kita pulang aja ke penginapan, sebentar lagi juga hujan kok. Nanti takut gak keburu nyampe disana"

Aku dan Jessy ikut mengangguk. "Yaudah kamu duluan ya So Bin? Biar aku dibelakang kamu, Jessy sama Hye Na"

"Hmm baiklah" So Bin pun akhirnya berjalan mengawali kita semua untuk kembali masuk ke dalam hutan dengan diikuti Hye Na, Jessy dan diriku dipaling belakang.

Selama perjalanan kembali ke dalam hutan juga kita tidak melakukan perbincangan antara satu sama lain. Kita hanya diam, tenang, dan berjalan terus hingga tiba nantinya di gerbang utama memasuki hutan ini.

Tapi sebelum diriku keluar dari tempat 'Terlarang' ini, tiba-tiba ada sesuatu yang ku injak dan membuat suaranya terdengar seperti sebuah patahan kayu.

Krakk...

Aku melihatnya dan mengambilnya dengan perlahan. Gelang putih berbalut tanah merah dan dedaunan basah yang sudah terbelah dua karna injakanku. Sungguh indah, tapi...

"Hah!!"

⸙⸙⸙

R : "Lagi apa?"

"Lagi sendirian aja diluar hotel" : N

R : "Kok Diluar sih? Nanti masuk angin gimana? Kamu nih jang—"

"Iya iya nanti aku masuk, udah ya gak usah cerewet samanya aja kamu sama Jeno" : N

R : "Hahahaha tapi kan demi kamu juga Nana"

Aku tersenyum ketika Renjun tertawa dari seberang sana.

"Hmm tau kok, kamu lagi apa?" : N

R : "Baru selesai makan, makanya ini aku langsung telfon kamu takutnya kamu belum makan"

"Emang kalo aku belum makan kenapa?" : N

R : "Mau aku samperin kesana, mau aku kasih makan peliharaan aku. Hahahaha"

"Ishhh jahat, yaudah deh aku tutup telfonnya. Dahh" : N

R : "Ehhh Nana tunggu!! Ada yang ketinggalan"

Aku menghela nafas perlahan.

"Apa lagi Renjun? Aku mau ma—" : N

R : "Love you!!"

Tutt...

Renjun memang menyebalkan, awas saja nanti akan ku kasih pelajaran dia.

"Heh Nana, ngapain kamu diluar ketawa-ketawa sendiri? Ayo sini kita cari makan, kamu laper kan?" Ajak So Bin dari dalam hotel. "Iya, oke deh"

Aku langsung berjalan menghampiri So Bin sambil memasukkan handphone-ku kedalam saku jaket. "Malem-malem gini enaknya makan apa ya?" Tanya So Bin kepadaku.

"Tteokbokki?"

"Ide bagus! Yuk kita cari" Aku tersenyum dan kemudian mengangguk. "Yuk"

TBC

*)percakapan Nana-Jeno di Chapter 3

08:00 | Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang