14. Sorry and Thank you

1.5K 207 52
                                    

Aku menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Harus kah aku bilang kepada Renjun? Atau tidak perlu? Rasanya bimbang sekali, ya Tuhan aku harus apa?

Aku melirik sekilas kearah Renjun lalu menatap kembali kearah bukuku yang sedang kubaca dan kupegang ini.

Renjun menoleh. "Kamu kenapa? Kok kayak gelisah gitu? Ada sesuatu yang pengen kamu omongin?" Tanya Renjun sambil menatap tajam kearahku.

"S-sebenernya ada sesuatu yang pengen aku omongin, tapi... aku takut" kataku dengan pelan. "Takut kenapa? Kamu sakit? Kamu mau pindah? Atau jangan-jangan kamu mau pu—"

"Bukan itu Renjun, kamu harus dengerin aku dulu" potongku langsung kepada Renjun. "Terus apa? Coba sini cerita, aku pengen denger" Ucapnya sambil memajukan kursinya untuk lebih dekat kearahku.

Aku tersenyum. "Kamu pernah bilang kan kalo kamu bakal ngedukung aku buat ngebantuin Hye Na?" Renjun mengangguk. "Aku sama sahabatnya Hye Na udah janji kalo hari Sabtu ini kita berdua mau pergi ke—"

"Lokasi kamping?" potong Renjun langung, aku mengangguk.

Renjun terdiam, dan tiba-tiba saja raut wajahnya langsung berubah menjadi datar. Ini yang aku takutkan, aku takut kalo tiba-tiba Renjun langsung tidak senang dengan pembicaraanku.

"Kamu gak setuju ya?" Tanyaku lagi kepada Renjun. "Bukannya gak setuju, tapi kenapa setiba-tiba ini? Kenapa gak bilangnya langsung dari jauh-jauh hari?" Tanya Renjun balik dengan nada yang tinggi, aku terdiam.

"Kan sebelumnya emang aku udah ngerencanain ini dari jauh-jauh hari, tapi baru mau ngelaksanainnya hari Sabtu Renjun. Dan yang nentuin kapan perginya juga bukan aku" balesku juga dengan nada sedikit tinggi. "Siapa?"

"So Bin, So Bin yang nentuin kapan perginya. Dan baru tadi malam dia langsung nge-line aku katanya kita pergi ke lokasi kampingnya hari Sabtu, apa menurut aku itu gak mendadak juga?!"

Renjun kembali terdiam.

Kenapa tiba-tiba aku mendadak jadi emosian gini? Padahal aku hanya ingin membicarakannya baik-baik dengan Renjun.

Ahhh ya ampun, aku mengacaukan semuanya.

"Kamu kenapa tiba-tiba jadi emosian gini, Na?"

"Seharusnya aku yang nanya kenapa tiba-tiba kamu ngomong pake nada tinggi? Yaudah deh kalo kayak gini sama aja kamu gak ngedukung aku. Aku masih merasa bersalah ya kalo aku gak ngebantuin pacar kamu itu" ucapku dengan menekankan kata pacar dan kemudian pergi dari perpustakaan meninggalkan Renjun begitu saja.

"Na... Nana!"

***

"Aww" ringisku pelan ketika Hana menyubit lengan kananku tiba-tiba. "Sakit Han" kataku kepadanya.

"Itu Renjun dari tadi liatin kamu terus, lagi ada masalah ya?" Aku terdiam. "Na? Iyaya kamu lagi ada masalah ya sama dia?" Tanya Hana lagi.

"Hari ini kamu les gak? Kalo enggak aku mau pulang bareng sama kamu, boleh?" Hana tertawa. "Ohh iya bener berarti kamu lagi ada masalah, masa—iya iya hari ini aku gak les, kamu boleh pulang bareng sama aku" jawab Hana langsung ketika aku menatap tajam kearahnya.

"Bagus, kalo gitu ayo kita pulang" ajakku yang kemudian aku langsung bangun dari dudukku lalu berjalan lebih dulu keluar kelas meninggalkan Hana dibelakangku.

Tapi setibanya di lobby sekolah, aku tidak menemukan tanda-tanda Hana ada dibelakangku. Kemana dia?

Aku memutar balikkan badanku kearah belakang dan melihat Renjun yang sudah berdiri dibelakangku tidak jauh dari keberadaanku.

08:00 | Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang