18. Like a wave

1.5K 175 52
                                    

"Putus aja ya sama Renjun?" Suruh Ayah tiba-tiba setelah aku menceritakan semua tentang Renjun, Hye Na, dan juga diriku kepada Ayah dan Bunda.

Menceritakan bagaimana aku bisa bertemu dengan Renjun, berteman dengannya, hingga akhirnya berpacaran dengannya. Dan menceritakan bagaimana hubungan Hye Na dengan Renjun hingga berakhir dengan Hye Na bunuh diri dan Renjun dipenjara. Semuanya kuceritakan kepada Ayah dan Bunda.

Bukannya membuka aib atau bercerita buruk tentang mereka berdua, hanya saja aku ingin Ayah dan Bunda tau dan mengenal mereka berdua dari masing-masing latar belakang mereka.

Aku ingin menceritakan semua ceritaku kepada Ayah dan Bunda. Tapi, kenapa tiba-tiba Ayah jadi tidak senang dengan ceritaku ini?

Aku kaget, sedangkan Bunda dan Ayah hanya terdiam sambil melanjutkan sarapan paginya. Bagaimana semudah itu? Putus dengan Renjun apa aku bisa?

"K-kok jadi putus sama Renjun? Kan Renjun gak salah apa-apa sama Nana, kenapa Ayah minta putus?" Tanyaku sambil menyimpan sendok dan garpuku keatas piring makan.

"Ayah gak mau kamu kena imbasnya Nana. Ayah tau dia gak salah sama kamu, tapi tindakan dia yang kamu ceritain itu tadi bikin Ayah ragu sama dia. Ayah gak mau kamu kenapa-napa cuman karna Renjun" jawab Ayah dengan santainya.

"Lagian kamu percuma juga pacaran sama Renjun kalo dia lagi dipenjara, mau ngapain kamu? Sekarang tuh udah waktunya fokus buat kuliah, ujian sekolah, pentas wisuda. Sekarang Ayah mau tanya, kamu udah ketemu universitas yang bagus buat kamu?" Lanjut Ayah lagi.

"Udah, Nana udah ambil beasiswa ke Boston. Dan kalo misal—"

"Kalo misalkan kamu lulus, Ayah gak akan nyuruh kamu buat putus sama Renjun. Tapi kalo kamu gak lulus, maaf Ayah pulangin kamu ke China dan tinggal disana sama omma. Setuju?"

Aku terdiam sambil menatap tajam kearah Ayah, ini tidak adil!! Kenapa harus Renjun yang jadi taruhannya?! Ya Tuhan bantu aku.

"Kenapa diem? Takut kamu gak lu—"

"Nana pastiin kalo Nana bakal lulus dan gak akan pernah putus sama Renjun" ucapku setelah akhirnya aku pergi kekamar untuk mengambil tas ranselku dan pergi berangkat sekolah sendirian.

Bunda terus meneriakiku untuk kembali duduk diatas kursi makan, sedangkan Ayah membiarkanku pergi begitu saja.

Kenapa semuanya jadi kacau seperti ini?

Aku terus berjalan menuju halte bus, hingga sampai akhirnya aku naik ke dalam bus yang pergi menuju arah sekolah.

Dan selama perjalanan menuju sekolah juga aku hanya terdiam melihat kearah luar kaca jendela bus sambil mendengarkan musik yang kudengarkan menggunakan earphone-ku.

Lagi-lagi aku teringat dengan Renjun.

Teringat dirinya yang selalu menghubungiku ketika aku baru bangun pagi, teringat dirinya yang suka menjemputku untuk berangkat sekolah bersama, dan teringat bagaimana akhirnya aku kembali pulang bersamanya sambil tertawa bercanda gurau diatas sepedanya.

Aku merindukan masa-masa itu. Tapi aku juga tau, aku tidak bisa merasakannya lagi untuk saat-saat ini. Aku hanya bisa berdoa agar dia selalu dilindungi oleh Tuhan dimanapun dia berada.

08:00 | Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang