"Pertemuan yang tak terduga"
"Utamakan like sebelum membaca dan komen setelah membaca"
Cekidot...
Hari ini aku berencana untuk membeli semua keperluan kepindahanku nanti, dengan ditemani mama kami menuju PS Mall salah satu pusat perbelanjaan di kota Palembang.
Aku sudah bertekat untuk pindah, dan rencanaku ini sudah aku pikirkan baik buruknya untuk kedepannya.
Ini adalah yang terbaik agar aku bisa melupakannya dan supaya hidupnya nyaman tanpa kehadiranku disekitarnya.
"Fell, tas ini bagus lo, mau beli nggak untuk kamu kuliah nanti?" Mama dari tadi rempong banget. Aku yang mau pergi, beliau yang rempongnya.
"Udahlah ma, jangan banyak-banyak nanti bawaannya berat. Felly mau bawa pakaian aja, masalah tas sepatu dan lain-lain beli dibandung aja deh." Aku teringat pas magang waktu SMA. Berhubung jauh dari rumah, jadi ngekos sebulan. Semua dibawakin mama, sampe bumbu dapur semacam terasi pun dibungkus tanpa sepengetahuanku. Emang siapa yang mau masak, lupa ya anaknya nggak suka masak. Dan kali ini aku nggak mau terulang lagi.
"Hm... yasudah terserah kamulah fell". Alhandulillah, akhirnya mama mengerti
Saat kami keluar dari stan pakaian, kami mencari cover untuk keberangkatanku nanti.
Tak sengaja kami melintasi stan perhiasan. Disana aku melihatnya sedang memilih-milih cincin bersama kekasihnya. Hatiku berasa dihantam batu yang besar menghadapi kenyataan ini, seharusnya aku sadar dan nggak berharap lebih, oh hati berhentilah mengaguminya.
Aku melihat mereka keluar dari stan perhiasan tersebut. Dengan langkah cepat aku melangkah dan menarik mama untuk menghindari pertemuan dengan mereka. tapi terlambat, wanita itu memanggil namaku dan terpaksa aku harus menoleh kearah mereka.
Kulihat mas Gavin menyalami mamaku.
"Tante apa kabar?" Lalu ia menyenggol kekasihnya untuk menyalami mamaku juga. Hm, cantik sekali sih dia, aku merasa terintimidasi. Tapi percuma cantik kalau nggak sopan."Alhamdulillah, tante sehat Vin"
"Hay fel,? Wah kebetulan ya ketemuan disini." Wanita itu berujar sambil tangannya dilingkari ke lengan mas Gavin, seolah menunjukan padaku tentang kepemilikannya.
Aku mencoba menguatkan hatiku walau sebenarnya sangat sakit. Kuulaskan senyum kepada mereka dan mencoba untuk biasa saja atas semua ini, walau sebenarnya hati ingin menangis.
"Iya kak ada yang mau di beli" Ujarku singkat, malas berbasa-basi.
"Oh gitu, yaudah berhubung ketemu disini kita makan bareng yuk." Aku tau maksudnya, pasti mau menyakitiku.
"Em... kayaknya nggak bisa kak, kita masih mau nyari sesuatu." Sumpah, ingin rasanya segera pergi dari hadapan mereka.
"Bentar doang fell, kan jarang-jarang ketemu kayak gini, iyakan sayang?" Ia langsung menarik tanganku dengan sadis tanpa menghiraukan penolakanku, sedih rasanya diperlakukan seperti ini. Ia seolah sengaja ingin menyakitiku.
"Sini duduk, mau pesan apa?" Ia menunjukan daftar menu kepadaku. Sok baik. Padahal kalau tidak ada mama, matanya selalu hampir melincat ketika mrnatapku.
"Terserah kakak saja." Aku pasrah diperlakukannya seenaknya, sekalian semuanya aku pasrahkan keputusan kepadanya.
"Oke kalau gitu semuanya kita samain aja ya, ini mbak" ia menunjukan menu pilihannya kepada Waiters.
Saat semua menu sudah datang, ia kembali menanyaiku. Diantara kami semua dialah yang paling aktif berbicara.
Sumpah wanita ini cerewet sekali padahal kalau berdua denganku ia seperti ogah-ogahan bicara padaku. Jangankan bicara, melihatku saja seperti malas. Seolah mata indahnya itu akan terkontaminasi kalau menatapku, hanya tatapan sinislah yang selalu ia berikan. Tapi apa sekarang?, ia seolah menjukan bahwa ia sangat hangat padaku, atau ini memang caranya untuk menyakitiku.
"Oh iya, tante mungkin udah tau kalau sebentar lagi kita akan menikah. Aku punya rencana gimana kalau yang jadi pagar ayu di resepsi nikahan kita nanti Sinta dan Felly. Sekalian kita minta bantuan mereka mengurus benerapa hal nantinya." Ujarnya, eh sori ya, lo bayar mahal pun gue nggak mau jadi pagar ayo lo, batinku.
"Maaf ya nak Nita, seperinya Felly nggak bisa karena ia sibuk mau mengurus segala keperluan kepindahannya." Mama seolah tau perih dihatiku, sambil berujar demikian beliau meremas tanganku seolah memberikan kekuatan melalui genggamannya.
"Oh Felly mau pindah, kenapa?" Setelah sekian lama terdiam akhirnya aku mendengar suaranya, untuk apa dia menanyakanku bukankah itu lebih baik.
"Iya, nenek dan kakeknya Felly ingin agar si Felly tinggal disana. Karena semua anak mereka udah pada pindah jadi mereka kesepian, sebenarnya tante dan om juga mau pindah, tapi om kamu nggak bisa meninggalkan pekerjaannya disini" ujar mamaku menjelaskan ekspetasinya kepada mereka. Padahal mama tau realitanya aku pergi ingin menjau dari laki-laki didepanku ini.
"Kuliah disana jadi kamu fell?." Ujarnya, udah deh nggak usah sok-sokan nggak rela.
"Iya mas." Malas berbasa-basi panjang kali lebar.
"Oh gitu, tapi kamu masih sempat hadir kan dipernikahan kita kan?" Wanita itu bersikeras agar aku menjadi saksi terikatnya cinta mereka.
"Insyaa Allah bisa kak, kakak tenang aja. Sebelum keberangkatan, Felly sempatkan hadir. Kalau gitu kita duluan ya kak, masih ada yang mau di beli. Oh iya ini uang makan kita"
"Nggak usah Fel, biar mas aja" tolak laki-laki itu. Namun aku tetap kekeh mrnaruh uang makan kami di meja, hingga akhirnya aku dan mama pergi, mengakhiri semua kesakitan ini.
"Mama tenang aja, Felly nggak papa kok" aku tau mama menghawatirkanku saat aku melihat tatapannya. Sekali lagi, aku tidak ingin terlihat menyedihkan didepan orang yang kusayang.
***
30 Desember 2019
Votmennya diharapan untuk menambah semangat menulisDilarang Covas...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Kedua
RomanceAku tak pernah minta pada tuhan untuk dihadirkan rasa ini, bukan seperti ini inginku. Tapi apa daya jika tuhan tiupkan cinta itu dalam sanubari hatiku. Salahkah aku? Sedikitpun tidak pernah terbesit untuk memilikimu, pun jua kau mencintaiku kembali...