Part 8

30 6 4
                                    

"Menghilangkan Jejak"

"Biarkan aku menghilang untuk sesaat, bukan betmaksud untuk menghilang. Tetapi hanya ingin memperbaiki diri yang merasa buruk dimata dunia."

"Assalamu'alaykum Fel" suaranya terdengar serak seperti akan menangis. Oh Sinta, aku sangat merindukannya.

"Wa'alaykumussalam." Jawabku canggung, entah kenapa. Mungkin karna sudah lama tidak bertemu atau karna aku masih mengenang peristiwa itu. Entahlah, hubungan kami semakin hari semakin jauh, tidak sehangat dulu. Sungguh aku sangat merindukan kami yang dulu.

"Fel.... kangeen hiks" ujarnya sambil menangis. Entah dari mana ia mendapatkan nomorku. Pasalnya aku tidak memberikannya nomor baruku.

"Iya tau, udah sering lo bilang" sangat senang bisa menjahilinya, ah... rindu rasanya menjahilinya secara lsngsung.

"Kampret lo fel, elo jahat banget sih fel, udah setahun lebih lo nggak balik-balik, mana susah dihubungin lagi, emang elo nggak kangen gue hah?." Demonya, sebenarnya aku sering pulang ke Palembang, tapi hanya dirumah, karena kepulanganku hanya untuk melihat keadaan keluargaku.

Sengaja aku tidak kemana-mana apalagi menemui Sinta, ia tidak pernah tau aku kembali. Aku juga sengaja menghapus semua sosmedku untuk menghilangkan jejakku dari mereka. Kecuali Whatsaap, itupun aku menggantinya dengan nomor baru, karena itu sangat penting untuk perkuliahanku.

Ya aku memang sengaja menghilang, biar semua orang melupakanku terutama laki-laki itu. Berlebihan memang, karena tidak mungkin dia mengingatku.

"Iya maaf Sin, gue tuh sibuk banget makanya belum sempat pulang. Siapa bilang gue nggak kangen, gue tuh orang pertama yang ngangenin lo tau nggak!." Ujarku berharap memudarkan kekesalannya, ah ingin sekali rasanya menemuinya sendainya tidak memungkinkan aku bertemu kakaknya.

"Iya nggak gitu juga kali Fel, masa gue nggak bisa ngehubungin lo, untung nyokap lo baik hati ngasih gue nomor hp nenek lo. Semua akun sosmed lo diblokir ya." Ah mama... kenapa dikasih tau sih. Gagal deh rencanaku mau ngilang. Aku memang salah, tidak memberitahuan mama dulu tentang hal ini.

"Iya gue hapus, nggak penting juga, jarang gue pake begituan, kan lo tau sendiri." Jujur aku memang nggak terlalu aktif bersosmed kalau bukan untuk hal yang penting saja. Facebook, instagram, tweeter, line dan lain-lain aku buat aja tapi nggak aktif. Jadi yasudah aku block aja kecuali WA yang menurutku penting karena mayoritas orang pake ini buat chat.

Bukan apa, mau aktif juga ngapain?. Buat status itu menurutku cuma pamer doang, entahlah menurutku begitu karena kebanyakan orang ya pada begitu, terutama buat pamer kecantikan. Lagian aku tidak punya hal-hal indah buat dipamerin kepada khalayak.

"Ya tapi nggak sampe Whatsaap juga kali. Gimana gue mau cerita-cerita sama lo coba?." Rentetnya lagi

"Iya nanti gue kasih nomor Whatsaap gue. Tapi jangan kasih ke orang ya." Aku mencoba meperingatinya, padahal maksudku jangan dikasih tau kakaknya, papun tentang diriku. Ehm, siapa juga yang mau tau.

"Tuh kan bener, lo kenapa sih Fel mau ngilang gitu. Masih sakit hati lo sama kakak gue." Tuduhnya tepat sasaran. Sebenarnya nggak sakit hati sih, nggak pernah. Cuma malu aja aku pernah mengharapkannya yang terlalu wah itu. Aku tidak ingin dia mengingatnya lagi.

"Enggaklah Sin, orang udah punya bini juga. Ya ampun kayak gue nggak laku banget." Ujarku membalasnya, gimana kabarnya ya?, sudah punya anak berapa. Walau penasaran aku tidak mencoba menanyakannya. Untuk apa coba?.

Pertemuan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang