Part 11

24 3 0
                                    


"Ada apa dengannya?"

"Sekuat apapun usahamu jika Allah berkata tidak maka tidak, dan sekuat apapun kau menolak jika Allah berkata iya maka iya."


Setelah tiga hari mama dan papa datang kemari, hari ini mereka memutuskan akan kembali lagi ke Palembang. Om ku juga sudah pulang kerumahnya, dan yang masih tersisa disini adalah ayu adik sepupuku katanya masih betah disini dan kebetulan sedang libur sekolah. Ternyata betahnya itu hanya alibinya saja, dia berencana konsultasi cinta padaku, apa apaan coba.

"Jadi gimana kak?, akutu pusing dia nggak peka peka" katanya sambil memintal ujung rambutnya yang keriting. Dasar bocah, kecil-kecil sudah cinta-cintaan.

"Kamu yakin dia beneran cinta?. Gimana kalo cuma main main doang," balasku, aku sangat pengalaman akan hal ini, dan ini terjadi saat aku duduk di bangku sma. Mendekatiku, ternyata tujuan sebenarnya adalah untuk mendekati temanku lewat aku sebagai perantaranya. Untung saja aku tidak memberikan hati pada mereka, karna jadi batu loncatan itu nggak enaknya kebangetan.

"Ya enggaklah kak. Akutu tau dia cinta aku dan aku juga cinta dia, akutu kesel dia nggak nembak nembak, nanti keburu aku di embat orang baru tau rasa. Akutu nggak pacaran sampai sekarang karena nungguin dia kak" ujarnya dengan bibir yang dijeber-jeberkan membuatku pengen jedotkan kepala ke dinding, melihat kepercayaan dirinya yang membumbung tinggi.

"Udah tinggal kamu bilang duluan aja. Mungkin dia ragu takut kamu nggak cinta dia." Putusku, aku tidak punya solusi untuknya, karna aku tidak pernah mengalami seperti ini. Lagi pula pengalamanku soal cinta sangat minim sekali.

"Nggak semudah itu kak, gimana harga diriku sebagai cewek. Akutu pengen kodein dia tapi gimana gitu." Bimbangnya, apa kabar harga diriku yang terseret entah kemana karena laki-laki itu mengetahui apa yang kupendam selama ini tentangnya, mending kalau hanya dia yang tau, ini seluruh keluarga menjadi saksi adegan saat aku dimarahinya. "Kak, yah melamun aja. Gimana kak?, akutu pengen dia yang jadi pacarku," demonya sambil menggoyang bahuku.

"Eh, iya gini aja yu." Kamu ikutin aja alur takdir yang sudah tuhan gariskan, karena sejauh jarak membentang, seterjal jalan yang kamu laluin kalau dia emang jodoh kamu, dia nggak bakal jadi milik orang. Kamu ikutin aja skenario Allah ya, lagian kamu masih kecil dan masa depan kamu masih panjang jadi santai ajalah perihal jodoh ini, kakak nggak pernah ousing tuh soal jodoh." Jelasku padanya, hal ini memang benar adanya. Takdir manusia yang tidak bisa diubah ada tiga yaitu rezeki, jodoh, dan maut. Kita diperintahkan untuk mempersiapkan ketiganya, namun terkadang manusia hanya menyiapkan prihal rezeki dan jodoh hingga melupakan kematian yang dianggap sebagai sesuatu yang mengerikan. Seharusnya kita juga harus menyiapkan bekal untuk kematian, karna kita tidak pernah tau yang mana datang duluan, jodoh atau maut.

Saat tengah mengobrol dengan ayu, handphoneku bergetar. Ternyata Sinta yang nelpon, aku yakin dia pasti mendemoku atas tindakanku yang tidak hadir pada acara pertunangannya, dan pada akhirnya aku harus menyiapkan berbagai alibi supaya tidak pulang.

"Fell, masa sih lo nggak bisa datang ke acara gue," protesnya tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu saking inginnya memarahiku.

"Assalamu'alaykum. Ya mau gimana lagi Sin, gue bener-bener nggak bisa ninggalin kuliah gue. Bentar lagi gue KKN dan nggak bisa ditinggalin, lo tau sendiri kan sibuknya gimana, gue harus praktek dan turun tangan langsung ke desa-desa Sin" jelasku jujur. Aku tidak bohong kan, tidak juga dosa. Memang aku sedang mempersiapkan prihal KKN yang sebentar lagi.

"Ya datang sehari doang kek, lo izin aja entar gue ongkosin deh" paksanya yang membuatku harus memutar otak lebih keras lagi

"Nggak bisa Sin, masalahnya itu bukan uang, tapi gue memang benar-benar nggak bisa datang. Bukan nggak mau, serius deh kalau ada orang yang paling pengen gue temuin itu loe sin, maaf ya," jelasku padanya, aku memang benar-benar merindukannya. Andai masalah ini tidak terjadi, aku pasti disibukkan dengan berbagai hal untuk hari pentingnya ini.

Pertemuan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang