Part 6

27 5 0
                                    

"Kedokteran?"


        Setelah pesawat turun, aku menuju rumah nenek dengan memakai jasa taksi onlyne. Sungguh perhalanan ini sangat melelahkan.

       Dalam perjalanan jauh, ada dua tipe orang yang menikmati perjalanannya. Pertama dengan tidur, kedua tetap terjaga untuk melihat pemandangan yang ada. Aku sendiri memilih opsi yang kedua, karena pemandangan yang indah di sepanjang jalan sangat sayang untuk dilewatkan.

       Tapi keindahan perjalanan kali ini sungguh tidak dapat kunikmati. Pikiranku masih tertinggal disana, bersama angan-angan yang menguap dilangit.

       "Mbak sudah sampai" ujar pak sopir sambil membunyikan klakson mobilnya. Aku segera tersadar dari lamunanku, kulihat aku sudah berada didepan pagar rumah nenek. Ah... begitu besar efek kehilangannya, sampai aku tidak fokus seperti ini.

     "Oh iya, makasih ya pak" setelah membayar jasa bapak sopir aku bergegas menemui nenek dan kakekku.

       "Assalamu'alaikum neeek, keeek" aku tiba di Bandung tepatnya dirumah orang tua dari ayahku. Kurasakan udara disini sangat segar, pantas kakek dan nenek tidak mau ikut anak-anaknya, berbeda sekali dengan Palembang yang panas menggelora terutama di daerah benteng dan sekitarnya.

      "Wa'alaikumussalam, Fellyyy" nenek langsung menghambur memelukku. Setiap wilayah wajahku ini menjadi sasaran ciumannya, aku pun menyalami serta memeluk kembali beliau untuk menuntaskan rasa rindu di dada.

      "Masuk-masuk, nenek udah masak sup ceker, perkedel, oseng-oseng tempe, dan gurame bakar bumbu pedas. Kamu pasti laparkan dari perjalanan jauh" kehebohan nenek memamerkan kehebatan masaknya. Nenekku memang terkenal pintar masak, sepertinya selama disini aku harus belajar dari beliau biar bisa menyombongkan diri sama mama, papa, dan adik-adiku terutama Rasya hahaha.

      "Wah Felly jadi laper. Kakek dimana nek?"

      "Kakekmu melihat sawahnya yang didesa." Kakek sangat mencintai sawahnya. Dari sawah itulah beliau bisa menghidupi anak-anaknya. Namun tidak setiap hari kakek bisa kesawah, karena jarak tempuh ke desa sangat jauh bisa memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan.

       Tidak seperti dulu yang harus kesawah tiap hari untuk mencari nafkah. Sekarang sawah hanya sebagai mengalihkan rasa bosan saja, karena untuk biaya kehidupan kakek dan nenekku sudah dijatahi sama anak-anaknya setiap bulan. Sekarang aku baru mengerti istilah banyak anak banyak rezeki.

       Aku menikmati hidangan yang disajikan nenekku, dan yang paling menggoda seleraku adalah gurame bakar bumbu pedas, em.. aku yang notabennya pecinta pedas sangat suka ini

      "Fel, jadi kan kamu mau kuliah disini?" Tanya nenek setelah menyuapkan makanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      "Fel, jadi kan kamu mau kuliah disini?" Tanya nenek setelah menyuapkan makanannya.

      "Jadi dong nek, besok felly mau langsung daftar"

      "Oke, kalau gitu nanti nenek minta om kamu buat nganterin motor kesini. Biar kamu enak pulang perginya kalau punya kendaraan" motor itu adalah pemberian omku untuk kakek. Untuk kendaraan kakek pergi ke sawah, karena motor yang dipakai kakek sudah tua dan sudah penyakitan karena sering bolak balik ke bengkel, jadi om berinisiatip membelikan kakek motor baru.

      Tapi yah, kakek adalah tipe setia. Katanya dia sudah terbiasa memakai motor jadulnya itu, dan agak susah baginya memakai motor yang dibelikan om. Jadi motor tersebut ditaro dirumah omku. Jarang sekali dipakai, hanya sesekali dipakai om, biar mesinnya tidak rusak.

      "Oke nek" putusku

      "Assalamu'alaikum" terdengar salam dari luar.

       "Kakeeek, Felly datang kek" aku menghampirinya lantas menyalaminya.

      "Fel, kapan kamu datang, ah kakek rindu sekali" kupeluk kakekku ini, kakekku ini adalah ayahku dalam versi tua. Mereka mirip sekali cuma badan ayahku agak lebih tinggi

      "Barusan juga kek, felly juga rindu banget sama kakek. yuk kita makan bareng"

***

      Aku mendaftar di beberapa universitas negri di Bandung, dan yang paling membuatku rumit adalah masalah jurusan. Aku bingung mau ambil jurusan apa karena menurutku, aku ini nggak ada keahlian dalam bidang apapun. Jadi aku ambil yang pasti-pasti aja, aku ngambil jurusan pendidikan mipa, jurnalistik, dan perbankan di berbagai kampus yang berbeda-beda, nanti kalau nggak lulus yaudah terpaksa ambil di universitas suasta aku cari beasiswa aja supaya mengurangi tanggungan papa, karena kalau kampus yng suasta bayarannya cukup mahal.

      "Gimana fel, selesai?. Nenek menghampiriku dikamar seraya membawakan minuman hangat untukku.

     "Belum sih nek, tapi felly udah nentuin mau ambil jurusan apa nanti, kan daftarnya sekarang metode onlyne. Jadi bisa daftar dirumah nggak perlu pergi ke kampus segala. Klo udah lulus baru ngasih berkasnya kesana." Jelasku kepada nenek. Karena orang tua agak sulit memahami sistim modern seperti sekarang ini. Sekarang serba onlyne, memang tujuan dibuat adalah untuk mempermudah, tapi pada sebagian yang tidak mengerti ini menjadi sangat sulit. Apalagi batu-baru ini aku mendengar bahwa metode pembayaran spp anak sekolah, sebagian sudah pake Gopay.

      "Oh gitu, Fel anak tetangga sebelah tahun lalu ambil jurusan kedokteran dan dia lulus, coba deh kamu tanya-tanya"

     "Aduh nek, siapa juga yang mau jadi dokter, lagian biayanya mahal banget" aku tidak mau muluk-muluk. Karena yang ditanggung bukan aku saja, tapi ada dua adikku juga. Dan aku tidak mau egois dengan membebani papa, bisa sekolah setinggi ini saja aku sudah sangat bersyukur.

      "Coba dulu lah fel, siapa tau lulus, yah kamu cari-cari beasiswa dong, si Yuni itu beasiswa lo. Kan enak klo kakek sama nenek sakit ada dokter pribadi hehe. Nanti kita bantuin deh bayar semesternya. Kan kakek sama nenek udah nggak punya tanggungan lagi dan uang masuk terus sama kita" sombongnya si neneek, tapi tetap saja aku menjadi beban semua orang.

      "duh nek, Felly tu nggak punya pikiran sama sekali jadi dokter, nggak pantes" ujarku berharap nenek mau mengerti.

     "Yaudah terserah kamu, pokoknya dicoba dulu"
Ternyata nenek masih bersi keras menyuruhku  ambil jurusan kedokteran. Setelah aku bangun dari tidur siang ada tamu duluar.

      Ternyata nenek memenggil kak Yuni kemari untuk diintrogasi. Kakek pun ikut mengimporiku sehingga terpaksalah aku menyetujui untuk ambil jurusan kedokteran demi kebahagiaan mereka  dengan mengganti jurusan pendidikan mipa menjadi jedokteran, tapi dengan fatwa aku harus daoat izin dari orang tuaku, karena bagaimanapun ini akan menjadi beban dan tanggungan mereka.

       Saat kukabari mama dan papa mereka menolak karena agak berat di biaya dan takutnya nanti aku berhenti di tengah jalan. Akupun sangat bersyukur akan hal itu, berharap nenek dan kakek menghentikan keinginan mereka tersebut.

      Tapi nenek dan kakek terus membujuk mereka, hingga terbuailah mereka oleh rayuan kakek dan nenek.

                            ***

31 Desember 2019
Vote dan Comen buat semangat penulis

Dilarang Copas....

Pertemuan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang