Aku tahu dia berbohong, menyembunyikan sebuah kebenaran dariku. Aku tahu, dia tak mau jujur kepadaku. Aku juga tahu apa alasannya. Iya, menjaga perasaan wanita itu.
"Sudah ku katakan, ini tak sengaja!" Katanya dengan bentakan.
Aku menghembuskan nafas kasar, "Alasan macam apa itu? Yang kutahu kau bukan orang bodoh, lalu kenapa hal semacam ini bisa terjadi, hah?!" Aku balas membentaknya, walau ketakutan yang aku rasa.
"Sudah kubilang aku tak sengaja! Manusia juga pernah berbuat salah!" Katanya lagi.
"Kesalahanmu fatal," cicitku.
Ia mendekat dan mengulurkan tangannya hendak menyentuhku, namun aku menolak dan berujar halus, "Jelaskan dengan mulut pintarmu, kumohon."
Dia nampak menimbang-nimbang, antara hendak mengatakannya atau tidak. Dengan tarikan nafas yang panjang, ia berujar pelan. Kalimat yang membuatku ingin mengakhiri hidup saja, sepertinya.
"Aku menghamilinya, tepat saat kau menolakku melakukan itu."
Sudah kubilang, aku tahu.
"Lalu?" Tanyaku lagi, lebih kepada penuntutan.
Jika kalian pikir aku tegar, kalian salah. Mataku sudah dibanjiri air mata sedari tadi, tapi gengsiku juga besar. Aku tak ingin kelihatan sangat lemah walau kenyataannya memang begitu.
"Aku stress, kau tahu?"
Aku memegang lengannya, "Jawab pertanyaanku, Min Yoongi. Bukan malah balik bertanya,"
Yoongi menatapku, lembut. Tatapan yang selalu aku rindukan akhir-akhir ini.
Dia mengelus kepalaku dengan sayang, sorot matanya menunjukan jika dia merasa sangat bersalah. Aku tak tega, sungguh aku tak bisa melihatnya begini.
"Aku jelaskan dari awal, kau jangan sekali-kali menyela. Dan sebelum itu aku benar-benar meminta maaf kepadamu, Jiminie."
Aku mengangguk sebagai jawaban. Aku dengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut pria dihadapanku ini.
"Aku berhenti dari pekerjaanku sebagai asisten dosen--"
Aku refleks memotong ucapannya dengan pandangan meminta jawaban, "Bagaimana bisa? Kau bodoh, hah? Lalu bagaimana dengan uang kuliahmu?!"
"Sudah kubilang jangan memotong ucapanku, sayang. Aku belum selesai bicara."
Bahkan disaat seperti ini dia masih bisa membuat jantungku berdebar.
"Aku bukan berhenti, melainkan diberhentikan. Karena Yura yang memintanya langsung kepada ayahnya--"
"Yura? Jalang itu?"
"Sayang? Kumohon jangan potong kalimatku,"
"Baiklah, teruskan."
"Awalnya Yura mendekatiku, mengatakan cinta kepadaku, mengancam akan menghentikanku sebagai asisten ayahnya. Tapi aku menolak, karena kau pasti tahu alasannya."
Aku rasa aku sudah memerah sekarang. Ingin sekali kuhajar wanita itu.
"Itu terjadi beberapa bulan yang lalu. Sampai akhirnya dia benar-benar melakukannya. Aku berhenti."
Min Yoongi berhenti berbicara sejenak.
"Aku stress, dan juga ada masalah administrasi di kampus. Aku belum membayar uang semesterku satu tahun ini."
"Kenapa?"
"Aku membelanjakannya untuk membelikanmu gaun dan segala macam surprise waktu itu,"
Aku terperanjat kaget, "Bagaimana bisa? Kau sungguh bodoh! Aku pikir orang dengan IQ lebih dari 150 mu itu bisa kau gunakan untuk berfikir logis, ternyata tidak!" Aku memukul lengannya kencang, sangat kencang. Tapi entah mengapa ia tak membalas atau menghentikanku, malah ia memelukku. Erat. Sangat erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGTAN ONESHOT
Short StoryBerisi oneshot nya bangtan. Satu cerita satu chapter. Hope you guys enjoy and give me a feedback, thanks❤