Memories - kth.jjk

713 17 0
                                    


Angin berhembus kencang menerpa wajah polosku tanpa balutan make-up. Aku sedang bersepeda menelusuri taman kota sejak sore tadi, bahkan ini sudah menjelang malam.

Tak terasa sepanjang perjalanan air mataku mengalir deras. Entahlah, aku tak begitu tahu apa penyebabnya. Yang jelas aku menangis! Sungguh menyebalkan!

Aku duduk di bangku taman, menikmati langit jingga. Matahari terbenam! Aku suka melihatnya, warnanya begitu indah dan menyejukkan mata.

Oh iya, aku kan membawa es krim. Semoga saja tidak mencair, walaupun itu mustahil.

Benar, es krimnya sedikit mencair. Tak apalah, aku makan saja. Rasa coklat, kesukaanku.

Sejenak aku melupakan alasanku mengangis. Hanya sejenak, karna saat es krim ku habis, kenangan itu kembali menghampiri.

Kenangan buruk?
Mungkin.

Aku tak pandai berbohong, maka aku akui bahwa itu kenangan buruk.

Apa itu?
Simpel saja,

Aku baru saja putus dengan kekasihku!
Kalian tertawa? Silakan! Aku tak perduli. Aku sudah tidak peduli lagi orang mau berkata apa dengan nasibku ini.

Kalian tahu? Dia adalah lelaki terbrengsek yang pernah aku temui. Enak saja dia bisa memutusiku seenak jidatnya. Awas saja kau Park Jimin! Akan aku habisi jika aku bertemu denganmu lagi! Huft! Benar-benar menyebalkan!!

Aku benci Park Jimin! Dasar lelaki tak tahu diri! Kau pikir selama ini aku apa? Bonekamu, hah?

Kau membuatku benar-benar ingin melemparmu ke kutub utara, Park Jimin! Apa? Aku tahu kau memilihnya karena dia lebih cantik dariku bukan? Hah! Alasan klise yang kau lontarkan sungguh tak membantu.

Okey, jadi begini ceritanya--

Eh? Apa ini? Tunggu, tunggu dulu.

"Boleh aku duduk di sini?"

Ini bukan bagian dari cerita kelamku, ini adegan sungguhan saat aku duduk di taman sehabis makan es krim.

Aku sedikit terkejut, "Siapa?"

"Taehyung," jawabnya.
"Boleh aku duduk di sini?"

"Tentu saja," aku sedikit menggeser dudukku ke samping kanan, memberikannya ruang kosong di sampingku.

"Kau sendirian?" Tanya Taehyung sembari melepas sepatu olahraganya. Mungkin ia sehabis bermain basket, karna ia membawa bola basket di tangannya.

Aku jawab, "iya. Hanya berkeliling mencari udara segar,"

Taehyung mengangguk, "begitukah?"

"Hmm,"

"Kulihat tadi kau menangis, ada apa?"

Oh my god!
Dia melihatnya? Apa sederas itu air mataku?

"Tak apa, ceritalah. Aku pendengar dan pemberi saran yang baik," katanya sambil menatapku. Aku balas menatapnya ragu. "Setidaknya menurutku," sambungnya sambil tersenyum.

Senyumnya unik, senyuman kotak. Kalian tahu bagaimana? Manis sekali.

Loh? Bagaimana ceritanya aku bisa memuji lelaki di depanku ini? Haduh, mungkin otakku sedang konslet.

"Bagaimana? Mau bercerita?"

Aku menimbang-menimbang apakah harus bercerita atau tidak. Kalaupun tidak, aku rasa ini saat yang tepat untuk mengungkapkan masalahku pada seseorang, barangkali dia bisa membantu. Kalaupun iya aku harus bercerita, apa tidak apa-apa mengutarakan masalah pribadi pada orang yang baru dikenal? Oh ayolah, aku jadi semakin bingung.

Ada perasaan, jangan bercerita! Dia orang baru.
Dan juga ada perasaan, ceritalah! Barangkali mampu meringankan beban di pundakmu.

Jadi kuputuskan untuk--
.
.
.
.
.
.
.
.
Bercerita.

Sebelumnya, aku menghembuskan nafas terlebih dahulu. "Baiklah, aku ak--"

"Tunggu dulu. Bukankah kau belum menyebutkan nama? Kurasa tak baik bercerita tanpa tau nama masing-masing."

Oh benar juga! Aku belum mengatakan namaku sepanjang dia duduk di sini.

"Baikalah baiklah. Namaku Jungkook, ehm--namamu siapa tadi?"

"Taehyung,"

"Baiklah Taehyung, aku akan bercerita kepadamu. Tapi, bukankah tak baik jika langsung mulai bercerita masalah pribadi?" Tanyaku dengan mengikuti nada bicaranya yang aku buat supaya terdengar mirip. Aku rasa aku mulai menjijikan di sini, iyyuuhh~

Taehyung terkekh geli mendengarku berbicara yang terkesan menirunya, memang begitu sih.

"Kau ini lucu sekali. Maksudmu itu bagaimana?"

"Maksudku, kenapa kita langsung berbicara mengenai masalahku padahal kita baru kenal. Bagaimana jika kita memulai dari pertanyaan klise terlebih dahulu?" Jawabku panjang lebar.

Taehyung mengangguk, " 'Kau tinggal dimana?' Maksudmu begitu?"

"Iya, boleh juga." Kataku sambil tertawa. Entahlah, kurasa dia cukup lucu dan menghibur malamku yang menyakitkan.

"Oke, kau tinggal dimana Jungkook?"

"Aku? Tidak jauh dari sini. Aku bahkan menggunakan sepeda,"

"Benarkah? Kalau begitu kita sama, aku juga tidak jauh dari sini."

"Oh ya? Di mana rumahmu?" Tanyaku penasaran.

Benar-benar penasaran. Aku rasa, aku tak pernah bertemu dengannya. Padahal aku tinggal sudah lebih dari 18 tahun di sini.

Taehyung kembali menatapku, "Kau kenal Tante Baek? Dia ibuku," jawabnya.

Apa? Tante Baek?

"Dia ibumu? Aku baru tahu."

"Jadi kau tahu?"

"Jelas aku tahu, dia sudah aku anggap ibuku sendiri."

"Tunggu, tunggu, tunggu."

Taehyung nampak berfikir, begitu juga denganku. Aku rasa aku seperti sedang menyusun kepingan puzzle di sini.

Masa iya? Kurasa bukan.
Aku bergelut dengan pikiranku sendiri.

"Kau--?"
"Kau--?"

Kami bertanya bersamaan.

"Kooki?"
"Tae-Tae?"

Dan kami menjawab bersamaan pula.












Tubikontinyu
Tunggu part 2 nya yaa

***
Vote n comment juseyyo~
#mmuuaaach

BANGTAN ONESHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang