Min Yoongi namanya, lelaki berkulit pucat dengan rambut biru yang sangat kontras dengan warna kulitnya. Memandang ke arah dua insan yang sedang tertawa bahagia.
"Gadis itu tetap sama. Selalu sama."
Yoongi bergumam lirih. Hanya dengan menatap senyum indah dari kekasihnya, ups mantan kekasih maksudnya, oh tunggu dulu. Kekasih atau mantan kekasih? Entahlah dia bingung. Tapi intinya bisa membuat jantungnya melompat kegirangan.
Park Jimin, gadis itu namanya. Gadis imut yang berhasil mencuri hati lelaki dingin seperti Min Yoongi. Gadis mungil yang selalu membuat senyum seorang Min Yoongi terpancar keluar.
Setidaknya itu dulu, sebelum hubungan mereka menjadi seperti sekarang. Bisa dibilang hubungan mereka berada di antara 'berakhir' dan 'tetap bersama'. Tapi entahlah, keduanya bahkan sudah tidak berkomunikasi setelah hampir satu bulan lamanya.
Min Yoongi balik badan, ia sudah tidak tahan dengan adegan yang ia tonton ini. Ia akan pulang saja. Baik hati, badan, dan pikirannya sama-sama lelah.
Sampai di apartemen tidak membuatnya sedikitpun membaik. Pikirannya tetap kacau. Perasaan sebagai seorang pengecut masih bersarang di hatinya.
Ya, pengecut.
Bahkan ia hanya lari dari kenyataan, marah tanpa mendengar penjelasan. Tentu saja itu bodoh namanya.
Teringat ketika Jimin memilih untuk mengakhiri hubungannya.
"Yoongi, maafkan aku. Ini keputusan orang tua kami, aku harap kau bisa mengerti."
Hah! Mengerti katanya?
Kala itu, Yoongi yang terlihat marah hanya bisa mendengus kasar.
"Mengapa kau tak menolaknya? Kau tahu hubungan kita sudah lama? Dengan mudahnya kau mengakhiri hanya karena alasan konyolmu itu!"
"Ini bukan konyol, Min Yoongi. Ka--"
"Perjodohan dari kecil? Apa itu bukan alasan konyol?"
"Kumohon, kita akhiri sampai di sini. Tapi kita masih bisa berteman, bukan?"
"Tiga tahun menjalin hubungan lebih dari sekedar teman, Park! Kita sudah selama itu! Dan kau dengan mudahnya berkata seperti itu?"
"Lalu maumu apa, Min Yoongi?"
"Tetap bersamaku!"
Yoongi berkata tegas, tidak ada kata 'main-main' dalam kamus hidupnya.
"Aku tidak bisa, maaf."
Dan semuanya berakhir samar. Entahlah, bahkan keduanya sama-sama enggan bertegur sapa setelah itu. Tapi percayalah, rasa rindu yang amat teramat sangat selalu menghampiri mereka berdua.
Sore hari, Yoongi pulang kerja. Sejenak ia menepikan mobilnya untuk sekadar menghirup aroma udara segar kota Busan, tempat mantan kekasihnya itu dilahirkan. Mantan? Ataukah mereka masih berhububgan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGTAN ONESHOT
Short StoryBerisi oneshot nya bangtan. Satu cerita satu chapter. Hope you guys enjoy and give me a feedback, thanks❤