Langkahku menuntun ke arah selatan taman kota, hujan kala itu. Padahal matahari sedang tersenyum sumringah, tapi entah mengapa tiba-tiba ia menangis. Aku berteduh di bawah atap toko kecil yang sudah tutup.
Huft! Dinginnya.
Melihat sesorang dengan sepeda motornya datang ke arahku, aku langsung menggeser tubuhku untuk memberinya ruang. Aku tak memperhatikan sekeliling, fokusku sekarang pada ponsel yang menampilkan nama seseorang yang selalu membuatku berdebar.
Kami mengobrol, aku menceritakan bahwa aku terjebak hujan di sekitar taman.
"Tidak apa, aku akan menunggu hujan reda,"
". . ."
"Tidak usah repot-repot Jimin-ah, aku tak apa,"
". . ."
"Iya. Di sini tidak dingin, lagipula aku membawa jaket."
". . ."
"Kau cerewet sekali Jimin-ah, bahkan eomma tak begini."
". . ."
"Ne, aku tutup kalau begitu."
". . ."
"Ne, annyeong."
Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku, sedikit mengeratkan jaket yang kupakai. Lalu tak sengaja mataku bertemu dengan sosok laki-laki yang berada di sampingku. Itu laki-laki yang tadi datang kehujanan dengan motornya.
Sedetik yang biasa saja, namun tiba-tiba aku meraskan sesuatu yang pernah aku rasakan sebelumnya.
"Jungkook-ssi?"
Mataku mengerjap beberapa kali. Tak percaya. Sungguh, aku tak percaya ini.
Suara khas yang selalu aku dengar, suara khas yang selalu membuatku tersenyum, suara khas yang seketika membawaku ke masa lalu, dulu.
Aku menengok ragu, tersenyum sebisa mungkin melawan rasa tak percayaku, "Taehyung-ssi?"
Dia tersenyum, senyum kotak seperti biasanya. Tak pernah berubah, bahkan tak akan pernah berubah.
Kami dipisahkan oleh jarak canggung, sama-sama bingung hendak melakukan apa. Aku mencoba mengalihkan pandangan dari Taehyung menuju ponsel yang sialnya tidak ada apa-apa. Kurasakan Taehyung menatapku sedari tadi, sedikit risih memang. Tapi kalau boleh jujur, aku merindukannya.
Jauh sebelum ini, memang pernah ada kisah antara aku dengan Taehyung.
Taehyung mendekat, sial! Aku bingung harus berbuat apa. Bagaimana ini?
"Jungkook-ssi?"
"Taehyung-ssi?"Sial! Mengapa harus bersamaan begini?
Kulihat Taehyung menggaruk tengkuknya, aku tahu dia gugup. Kebiasaan lama.
"Apa kabar?"
Aku benar-benar merindukannya. "Baik. Kau sendiri?"
"Aku? Tak begitu,"
Kumohon, jangan buat aku merasa tambah bersalah.
"Eoh, begitu ya?" Aku canggung, sangat.
"Kau sedang apa di sini?" Tanyanya.
"Seperti yang kau lihat, aku berteduh dari hujan."
Dia hanya mengangguk paham lalu tersenyum. "Kau masih tinggal di sekitar sini?" Tanyaku.
Taehyung menengok ke arahku setelah tadi sempat ia menatap ke arah lain.
"Selalu. Di sini. Tak akan pernah pergi. Sampai si manisku pulang," Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANGTAN ONESHOT
ContoBerisi oneshot nya bangtan. Satu cerita satu chapter. Hope you guys enjoy and give me a feedback, thanks❤