Sepanjang perjalanan menuju rumah dia memikirkan sosok Ririn. Dan membuat Alvy berkali-kali mengucapkan istighfar. Bagaimana mungkin dia bisa berbicara dengan hantu? membayangkannya saja sudah menyeramkan. Dia menggeleng kepalanya agar bayangan tentang Ririn segera pergi dari pikirannya.
Dia sudah menelpon Pak Budi. Dan meminta izin akan fokus pada ulangan semester, Pak Budi yang baik mengizinkan dirinya.
Di rumah ada Leni dan Adam. Keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Dari mana aja kamu, Alvy?" tanya Leni tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop itu.
"Dari rumah temen, Ma." jawab Alvy. Lalu dia segera pergi menuju kamarnya karena dia tak mau Leni marah lagi padanya saat melihat wajah dan penampilan Alvy.
Di kamar ia langsung meletakkan tasnya, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi, tak ada kegiatan berarti, dia sibuk akan lamunannya. Dia tak menghiraukan rasa sakit dan nyeri akibat pukulan Roni. Pikiran bercabang dan tiba-tiba ketukan di pintu membuatnya tersadar.
"Alvy, ada teman mu datang." kata Leni.
"Ya, Ma. Alvy turun." jawab Alvy. Lalu dia berjalan dan membuka pintu kamarnya. Dengan langkah perlahan dia melangkah ke ruang tamu dan di sana dia melihat Ferdi dan Rendi duduk di sofa ruang tamunya. Ia ingin pergi, tapi terlambat karena keduanya sadar akan kehadiran Alvy.
"Hei, Alvy. Kita ketemu lagi. Lu pasti heran kan dari mana gue tau alamat rumah lu? Lu lupa ya, gue kan wakil lu." kata Rendi. Alvy dengan perlahan duduk di single sofa tepat di depan mereka.
"Mau—mau minum apa?" tanya Alvy gugup. Keduanya tersenyum lalu Ferdi berdiri dari kursinya dan menepuk bahu Alvy.
"Gak usah, makasih. Kita cuma mau liat keadaan lu." kata Ferdi lalu dia mendekatkan bibirnya ke telinga Alvy.
"Jangan berani ngadu ke guru dan orang tua lu. Atau kita gak bakalan segan-segan ngasih pelajaran ke lu tiap hari." bisik Ferdi membuat bulu kuduk Alvy meremang. Lalu Ferdi menjauhkan dirinya.
"Kita pamit pulang, Alvy." kata Ferdi. "Yuk, Ren."
Lalu keduanya pergi. Alvy masih mencerna kata-kata dari Ferdi.
☆️☆️☆️☆️☆️☆️
Hari saat ulangan semester pertama di mulai. Dan sebelum masuk kelas tadi Ferdi berbicara padanya.
"Isiin kertas ulangan gue. Bedain 5 jawaban dari lu dan Rendi." perintah Ferdi dan dengan terpaksa Alvy mengangguk.
Dan ketika di bagikan kertas jawaban beserta soalnya Alvy mengerjakannya dengan serius. Hanya pilihan ganda dan ada 30 soal. Ferdi beberapa kali bertanya apa Alvy sudah selesai semua dan Alvy menggeleng. Waktu yang di berikan adalah 60 menit atau 1 jam. Beberapa menit sebelum waktu habis Alvy berbisik pada Ferdi.
"Fer..." dan Ferdi segera menyodorkan 2 kertas jawaban. Alvy segera mengambil itu lalu menyilang 25 jawaban yang sama seperti miliknya pada kertas keduanya. Dan memberikan jawaban yang berbeda 5 soal pada Ferdi dan 8 soal pada Rendi.
"Anak-anak kumpul jawaban beserta soal kalian ke sini bagi yang sudah selesai, jika belum silahkan diisi dengan benar. Tak perlu terburu-buru." kata Pak guru. Beberapa anak mengangguk dan mengumpulkan kertas jawaban mereka. Begitupun dengan Alvy.
Roni masih marah pada Alvy jadi Alvy bebas akan melakukan apapun. Alvy sedikit bersyukur akan hal itu. Walaupun perlakuan Ferdi dan Rendi masih sama saja.
Alvy mencoba fokus pada buku yang di bacanya sampai tiba-tiba Haris berdiri di depannya membuat Alvy mendongak.
"Gue mau nanya. Cara lu keluar dari toilet itu gimana?" tanya Haris sambil bersedekap. Alvy meneguk ludahnya perlahan. Cerita yang sebenarnya atau bohong? batin Alvy berperang. Akhirnya dia memilih berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You:Arabella? [ON GOING]
ActionAlvy, seorang remaja berumur 14 tahun, Papanya adalah seorang arsitek dan Mamanya adalah seorang pegawai PNS. Tinggal di sebuah kompleks perumahan di sebuah kota kecil di pulau Jawa. Kehidupan sekolah Alvy sejak SD -sejak pindah ke kota kecil terse...