SIX

10 3 0
                                    

Ketika Alvy sedang bersantai di rumahnya. Dia mendapatkan sebuah chat dari seseorang. Dia segera membukanya dan nomor Roni lah yang terpampang di sana.

Roni:
Datang ke taman di daerah xxx, gue tunggu. Jangan berani datang telat atau kita yang bakalan nyeret lu dari rumah

Alvy meneguk ludahnya perlahan. Lalu pikirannya melayang beberapa saat yang lalu saat yang datang adalah Metta, ia takut ini adalah jebakan. Tapi bagaimana jika itu adalah Roni? Bagaimanakah nasibnya? Alvy mengacak-acak rambutnya gusar.

Akhirnya dia memutuskan datang saja. Dia hanya menggunakan kaos berwarna merah bertulisan I'm Boy dan celana kulot pendek. Lalu dia pergi ke taman, di sana ia melihat Roni dan komplotannya. Dia bersyukur bukan Metta. Tapi untuk apa mereka meminta Alvy datang ke sini? Apa Alvy melakukan kesalahan pada mereka? Salah satu dari mereka menoleh. Dia adalah Haris.

"Hai, sini." panggil Haris sambil melambaikan tangannya. Alvy berjalan menuju kelompok mereka yang sekarang memandangi dirinya.

"A–ada apa, Kak?" tanya Alvy takut.

"Lu ikut kita." kata Martin.

"Ke–kemana, Kak?" tanya Alvy.

"Udah jangan banyak tanya. Ikut aja." Ferdi langsung menarik tangan Alvy, dan membawanya masuk ke mobil.

"Kita bawa lu bersenang-senang." kata Rendi saat Alvy duduk diantara dirinya dan Ferdi. Alvy sontak ketakutan, mencoba memohon agar di bebaskan tapi percuma karena mereka justru semakin menambah kecepatan pada mobilnya.

Sesampainya di pinggiran kota, di daerah perkebunan karet yang rimbun dan gelap. Alvy di seret keluar. Lalu dia diikatkan di sebuah pohon yang ada di sana. Alvy mendapatkan beberapa pukulan dari Roni.

"Kak ... Salahku apa?" tanya Alvy. Wajahnya babak belur.

"Lu tau salah lu apa? Salah lu adalah beraninya ngatain hal buruk soal keluarga gue!" teriak Roni lalu dia menyuruh Ferdi dan Rendi melepaskan ikatan itu. Alvy langsung terkulai di tanah.

Dengan tega, Roni meletakkan kakinya ke kepala Alvy. Dan mengenai pipi kanan Alvy.

"Lu b*ngs*t ternyata?!" teriak Roni. Roni hampir saja benar-benar menginjak kakinya ke wajah Alvy. Jika teriakan Rendi tak mencegahnya.

"Kak, kita bawa kesini bukan untuk langsung di bunuh, tapi kita nyiksa dia sampe dia bunuh diri." kata Rendi. Roni mengangguk. Dan menghela napas.

"Oke, ambil peralatan di mobil." perintah Roni. Ferdi dan Martin langsung mengambil kursi, dan sebuah kotak. Alvy tahu alat apa itu. Itu adalah alat tato. Alvy ingin berontak tapi dia tak memiliki tenaga lagi, jadi ia pasrah saja saat kaos yang ia pakai di tanggalkan. Kemudian Alvy diikatkan di kursi.

"Kaos doang tulisannya I'm Boy, nyatanya malah banci gini lu. Ck! Dasar." ejek Ferdi.

"Mungkin dia Ladyboy." sahut Martin.

Dan Roni menato badannya lagi. Kali ini berbentuk tangan sedang mengacung jari tengahnya di lengan kanan Alvy. Lalu sebuah tato lagi di lengan kiri Alvy bergambar kotoran berbagai ukuran. Rasa perih dan sakit yang sama kembali di rasakan Alvy. Alvy tiba-tiba merasa pusing sekaligus mual. Lalu Alvy di suruh berdiri, tapi karena tak mampu berdiri dengan tegak, Rendi dan Haris memegang lengan Alvy agar berdiri tegak.

Who Are You:Arabella? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang