FIVE

13 5 0
                                    

Tepat jam 6, Alvy sudah sampai di sekolah dan duduk di kelas. Kejadian semalam masih terputar di otaknya.

Kenapa belakangan ini aku melihat mereka yang tidak harusnya tidak bisa ku liat dengan mata telanjang? batin Alvy bertanya-tanya. Kejadian ini bukan pertama ataupun kedua kalinya terjadi, saat liburan kemarin dia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, sepanjang jalan ia memandangi keluar jendela, lalu ia melihat ada hantu yang tersenyum pada Alvy. Alvy sangat ketakutan saat itu. Hingga ia yang melihat jendela saat itu langsung mengalihkan pandangannya dan pura-pura tertidur. Bagi Alvy senyum mereka itu menyeramkan. Apalagi kalau mereka menampakkan diri dengan wujud asli. Hal itu membuat Alvy merasa ketakutan, mual juga pusing.

Kejadian itu tak terputus-putus. Selalu terjadi pada hidupnya belakangan ini. Kenapa? Hanya kata itulah yang selalu terlintas di otaknya. Dia mulai berpikir dia berhalusinasi. Tapi sentuhan Ririn —hantu toilet halaman belakang sekolah— dan hantu anak kecil semalam terlalu nyata untuk di katakan halusinasi. Karena dia merasa dingin sangat menyentuh kulit mereka.

"Hoi!" pekik Rendi sambil menggebrak meja. Membuat Alvy terlonjak kaget. Jantungnya seakan jatuh dan berceceran di bawah. Ekspresi kaget Alvy itu membuat Ferdi dan Rendi tertawa terbahak-bahak.

"Ngapain lu pagi-pagi ngelamun?" tanya Ferdi.

"Tau nih, gue gak mau ada berita di mading sekolah kalo anak kelas 7 B ada yang kesurupan pengantinnya di kelas." timpal Rendi. Lalu keduanya pergi dari hadapan Alvy.

Alvy hanya mampu bersabar menghadapi semuanya. Lalu sebuah buku tulis ada di mejanya saat dia menunduk.

"Kerjain tugas gue." kata Roni. Alvy mengangguk dan mulai mengerjakan tugas itu di awasi oleh Roni.

"Selesai, Kak." kata Alvy. Roni langsung merebut bukunya dan membacanya kemudian dia tersenyum.

"Pinter." kata Roni sambil menepuk kepala Alvy beberapa kali baru kemudian dia pergi dari kelas Alvy.

Pada jam istirahat, Alvy duduk sendirian di kantin. Sibuk dengan makanannya. Tiba-tiba Roni menendang dirinya dari samping. Membuat Alvy langsung tersungkur di lantai.

"Taekwondo gue keren kan?" tanya Roni dan teman-temannya bertepuk tangan. Alvy berdiri dengan perlahan. Dia memegangi lengan kirinya yang kena tendangan Roni.

"Hebat. Ajarin gue juga dong, Kak." kata Rendi kagum.

"Har, coba kasih liat ke Alvy latihan kungfu lu." perintah Roni. Dan Haris langsung memasang kuda-kuda tapi saat itu juga bel masuk berbunyi.

"Yah ... gue gak bisa ngasih liat latihan gue deh, yaudah pulang sekolah nanti aja gimana?" kata Haris pada Roni. Roni mengangguk setuju sementara Alvy meneguk ludahnya perlahan. Ia tak mau di jadikan sasaran mereka.

Dan ketika bel pulang berbunyi Rendi dan Ferdi langsung menghadang jalan Alvy, dengan terpaksa Alvy mengikuti mereka ke halaman belakang sekolah. Di sana ia di tendang dan pukul oleh Roni maupun Haris. Sementara Martin, Ferdi dan Rendi melihat mereka sambil bertaruh seberapa lama Alvy akan bertahan.

Setelah puas dan Alvy terkulai lemas. Roni dan komplotannya pergi meninggalkan Alvy sambil tertawa bahagia. Sementara Alvy melihat kelimanya dengan tatapan benci.

☆️☆️☆️☆️☆️☆️

Pulang sekolah ia langsung mengobati lukanya, dan membuka laptopnya. Di sana ia membuka YouTube dan tutorial bertarung jarak dekat. Lalu memperagakannya. Tapi setiap dia bergerak pasti merasa sakit karena ada beberapa bagian tubuhnya yang terluka.

Who Are You:Arabella? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang