Setelah sampai, Davi langsung memarkirkan motornya dan masuk ke dalam rumah. Davi mengetuk pintu beberapa kali.
Tok! Tok! Tok!
Pintu terbuka memperlihatkan Risha dengan wajah habis menangis. Davi yang menyadari langsung memberi pertanyaan beruntun.
"Lo habis nangis? Kenapa? Nonton film? Atau takut? Atau gimana?" Tanya Davi beruntun.
Risha hanya menjawab dengan gelengan dari kepalanya.
"Hey Sha!" Panggil Davi saat Risha melewatinya begitu saja.
Risha terdiam beberapa saat menunggu ucapan Davi selanjutnya.
"Gue obati tangan lo sini. Nanti infeksi kalau gak di obati." Ucap Davi sambil membawa kotak P3k.
Risha yang memang butuh bantuan Davi pun langsung duduk menunggu Davi kembali.
Davi kembali dengan membawa kotak P3k lengkap dengan segelas cokelat panas.
Davi mulai membersihkan luka Risha dengan alkohol. Davi yang melihat Risha meringgis pun terdiam sejenak.
"Sakit?" Satu pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Davi.
Risha mengangguk pelan. "Gue kan udah bawain cokelat panas. Di minum biar tenang." Ucap Davi lagi.
"Iya makasih. Nanti gue---"
"Udah. Gue ke kamar dulu, mau mandi. Habisin cokelatnya." Ucap Davi sambil membereskan p3k.
"Dav!" Panggil Risha saat Davi mulai berjalan meninggalkannya.
Davi berbalik lalu menaikan alisnya sebelah. "Maaf." Ucap Risha sambil bergetar.
Davi benci kata 'maaf' yang keluar dari mulut Risha, maka dari itu Davi langsung berjalan menghiraukan pernyataan dari Risha.
👻👻👻
"Mau kemana?" Tanya Risha saat melihat Rayn berjalan keluar rumah.
"Ehm, gue mau ke rumah sakit dulu ya? Temenin Raffa." Ucapnya sambil memakai sepatu.
"Gue ikut ya?" Tanyanya pada Rayn.
"Lo istirahat aja disini, ada Davi, biar besok bisa sekolah. Nanti gue bawa Bella pulang kalau perlu." Ucap Rayn.
Risha menggeleng cepat, "gak usah gapapa, Bella di sana aja jagain Raina. Tapi kalau Bella mau pulang ya gapapa. Hati-hati." Ucap Risha lalu Rayn melenggang pergi keluar.
"Mau kemana?" Tanya Risha lagi saat melihat Davi keluar kamar dengan pakaian rapi.
"Keluar dulu bentar. Gue tinggal sendiri gapapa ya? Kalau ada apa-apa telpon aja." Ucap Davi sambil memakai sepatu.
Risha melihat ke arah jam dinding, lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Setiap jam segini lo keluar. Lo kemana sih?" Tanya Risha sedikit kesal.
"Urusan cowok. Pergi dulu, kunci pintunya." Ucap Davi lalu pergi menggunakan motor ninja nya.
Setelah kepergian Rayn dan Davi, Risha segera mengunci pagar dan pintunya. Risha mematikan lampu di ruang tamu dan naik ke kamarnya yang ada di lantai 2.
Baru saja Risha memegang knop pintu kamarnya, suara ketukan pintu terdengar dibawah. Awalnya Risha menghiraukannya, tapi lama-kelamaan ketukan itu makin terdengar sangat keras. Bukan keras hanya tangan satu orang, tapi seperti lebih dari lima orang yang mengetuk.
Bagaimana Risha tidak bingung, ada suara ketukan pintu sedangkan pagarnya ia kunci. Manjat? Konyol dan nekat sekali.
Risha yang mulai kesal pun berteriak dari lantai dua. "Maaf kalau saya di anggap gak sopan, tapi anda juga tidak sopan memanjat pagar dan mengetuk-mengetuk pintu dengan sangat keras di malam hari."
Sesudah Risha mengucapkan kata itu, perlahan ketukan mulai menghilang. Risha yang tampak sangat lelah pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan dirinya di kasur.
Mata Risha baru terpejam 1 menit yang lalu dan ketukan itu kembali terdengar. Risha bangkit dari tidurnya dan mengecek cctv lewat handphonenya.
Tidak ada satu orang pun di depan pintu sana, tapi suara ketukan itu masih terdengar.
Risha mulai bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama. Bahkan saat Risha mendekati pintu itu, ketukan itu semakin keras.
Dengan keras Risha membalas ketukan itu dari dalam, dan bersamaan dengan itu vas bunga yang ada di dekatnya pecah.
Risha yang terkejut pun langsung naik ke lantai dua ke kamarnya. Dan menelpon siapa saja yang bisa ia telpon. Namun nihil, tak ada satu orang pun yang mengangkatnya.
Bisikan. Ketukan yang tadi mengganggu Risha berubah menjadi bisikan.
'Minta maaf dan tanggung jawab.' Itu kata yang dibisikkan di telinga Risha.
Risha tidak mengerti. "Gue sama sekali gak pernah tau siapa lo, dan mau apa lo ganggu gue? Gue harus minta maaf sama tanggung jawab apa?" Tanya Risha sedikit berteriak.
Setelah Risha berteriak, bisikan mulai hilang, Risha yang sudah mulai tenang pun, turun lagi menuju dapur karena ia merasa haus.
Dari tangga Risha melihat ada seorang anak perempuan sedang berdiri dekat pintu.
"Siapa lo?" Tanya Risha takut.
"Lo gak sopan masuk rumah orang tanpa ijin. Lo masuk lewat mana? Pintu ini udah gue kunci." Lanjut Risha dengan sangat kesal.
Perempuan itu berbalik menghadap Risha, Risha yang pada saat itu sendiri pun langsung membawanya ke dapur.
"Lo kok disini? Ngapain? Baju lo basah lagi." Ucap Risha panik.
Tasya menatap Risha sendu. "Maaf kalau aku gak sopan kak, aku cuma mau kakak berubah."
"Apasi? Berubah kayak gimana? Emang gue ngelakuin apa?" Tanya Risha pelan.
"Berhenti nge-bully kak." Jawabnya sambil terisak.
Risha tampak diam sejenak dan tertawa sinis. "Gue udah gak nge-bully Tasya. Lo mendingan pulang aja, sebelum ada yang pulang dan liat lo disini. Lo bisa kena marah nanti, yuk pulang cepat." Ucap Risha sambil membawa Tasya keluar.
Setelah itu Risha kembali menutup pintu dan menguncinya.
👻👻👻
Vote❤
Publish satu chapter dulu yaa, vote dong, kalau vote kan author jadi semangat:)

KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER BULLYING
رعبKetika kehidupan tenang dan penuh rasa gembira tanpa memikirkan sakit hati orang lain dan rasa tersiksanya orang lain. Bagaimana ketika semua itu berbanding terbalik. Orang yang dulunya tunduk malah jadi musuh. Ketika pandangan berubah. Berubah me...