Part 25

2K 101 0
                                    

Enjoy the story ya..

Diandra pov.

Matahari mulai lengser memasuki peraduannya dibalik punggung gunung yang berdiri gagah di sisi barat.
Rona kemerahan dilangit sudah hampir menghilang.
Kini berganti shift dengan rembulan bulat penuh dan ribuan bahkan jutaan bintang yang bergantung di langit malam yang kelam tanpa sedikit pun mendung yang menutupi keanggunan sinar mereka.

Kini berganti shift dengan rembulan bulat penuh dan ribuan bahkan jutaan bintang yang bergantung di langit malam yang kelam tanpa sedikit pun mendung yang menutupi keanggunan sinar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"oaaaaaam...
Eungh.. Sudah malam ya...
Padahal aku rasa tadi siang aku tertidur di....
Astaga.. Aku kan tadi ketiduran diruang tunggu bandara..
Loh kenapa sekarang bisa ada di kamar?
Kamar siapa ini?
Jangan jangaaaaaaan..."
Aku takut.
Aku mendapati diriku terbangun di sebuah kamar berukuran cukup luas dengan ranjang berukuran king size dengan dibalut selimut tebal dan halus ini.
Padahal seingatku siang itu aku berada di atas kursi tunggu dibandara.
Aku takut mau menghubungi kak leo.
Takut ia memarahiku.
Takut ia mengomeliku.
Yang jelas aku memang bersalah. Aku tau aku keras kepala. Tapi apakah salah jika aku ingin selalu bersama suamiku?
Dimanapun ia berada aku ingin selalu berada disampingnya.

"jangan berpikir yang aneh aneh, diandra..!!!"
Astaga, suara bass dan maskulin itu membuatku langsung menolehkan kepalaku ke arah sumber suara.
Kulihat kak leo datang sambil membawa sebuah nampan di tangannya.
Ia berjalan ke arahku.
Wajahnya datar tak menampakkan ekspresi apapun. Tak terlihat marah juga tak terlihat senang.
Aku jadi bingung daaaaan,
takut.
Aku takut ia marah padaku karena nekad menyusulnya pergi ke surabaya dan sendirian pula.
Aku menunduk dalam.
Aku tak berani menatap matanya.

"aku sedikit tak menyukai sikapmu yang seperti ini, diandra..
Kau selalu saja keras kepala.."
Kak leo menjeda perkataannya.
Ia meletakkan nampan di atas meja nakas dan mulai mendekatiku. Ia menaiki ranjang dan duduk di hadapanku.
Aku takut.
Aku meremas selimut yang masih berada di tubuhku. Aku akan bersiap menerima segala resiko atas kelancangan yang kulakukan.
Termasuk di omeli sepanjang sungai musi olehnya.
Aku siap.

"aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu begitu steve memberitahuku kalau kau lepas dari pandangannya..
Kau pasti tau itu, kan?"
Aku mengangguk.
Aku tau kak leo pasti khawatir karena perbuatan nekadku ini. Apalagi ia menemukanku sendirian dikursi tunggu bandara pula.
Tapi apakah aku dilarang untuk merindukan suamiku sendiri?
Aku kemari karena jujur aku sangat ingin menemuinya. Melihatnya. Mendengar suaranya dan juga perlakuan manisnya.

"Kuakui kau sangat hebat bisa membodohi seorang perwira dengan pangkat yang cukup tinggi...
Aku salut padamu.."
Ia berkata sesarkastik itu padaku.
Aku tersinggung.

Dadaku rasanya sesak. Aku memegangnya sambil menunduk. Aku masih tak berani mengangkat wajahku. Mataku terasa panas dan mulai berair.

 Mataku terasa panas dan mulai berair

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Secret Of My Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang