Neva harus membersihkan dapur yang berantakan karena ulahnya yang tak sengaja menumpahkan tepung dari rak atas. Untung saja tidak ada orang di rumah, jadi ia aman oleh segala amukan orang-orang.
Di tengah kesibukannya mengelap meja, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Neva mempercepat gerakannya mengelap agar segera selesai.
"Tunggu sebantar!" Teriak Neva. Usai memastikan semuanya bersih, Neva segera mencuci tangan dan bergegas membuka pintu.
Setelah pintu terbuka, pandangan Neva jatuh pada lelaki bertubuh tinggi yang masih menggunakan seragam sekolah di hadapannya. "Jefan?"
"Lo? Neva?" Jefan berkata terkejut melihat Neva. "Oh, iya. Lo kan adiknya Jessica!"
"Ada apa?" Tanya Neva dengan nada canggung.
Jefan menunjukkan lembaran kertas yang tadi ditunjukkan pada Jessi. "Gue ada kerja kelompok sama Jessi. Di mana dia?"
"Kak Jessi belum pulang, paling sebentar lagi." Jawab Neva. "Masuk, yuk!" Ajak Neva.
"Mau minum apa?" Tanya Neva setelah mereka berada di ruang tamu.
"Nunggu Jessi dulu." Jawab Jefan. "Duduk sini, gih!" Suruh Jefan sambil menepuk sofa di sampingnya. Tanpa berpikir ulang, Neva segera duduk di sebalah Jefan.
"Gimana hari ini? Bolos lagi?" Tanya Jefan.
"Tadi nggak bolos, tapi seharian diceramahin mulu."
"Diceramahin karena nyontek kemarin?"
"Iya."
Jefan terkekeh. "Besuk bisa bolos habis istirahat?" Tanya Jefan serius.
"Hah? Mau ngapain?"
"Gue ajak lo ke basecamp." Jawab Jefan santai.
"Basecamp?"
Jefan mengangguk santai.
"Basecamp apaan?" Neva bertanya bingung.
Jefan merangkul Neva tanpa canggung, "Gue yakin lo nggak akan nyesel setelah sampai sana." Bisik Jefan.
"Jefan? Ngapain di sini?" Tanya Jessi yang baru saja masuk.
Menyadari kehadiran Jessi, Jefan segera menjauh dari Neva dan bergegas menghampiri Jessi. "Lapor! Jefan Adriano siap belajar bersama ibu guru Jessi." Ucap Jefan sembari membungkukkan tubuhnya.
Jessi tak menjawab, ia hanya menatap Jefan dan Neva bergantian. "Lo habis ngapain sama Neva?" Tanya Jessi tak sabaran.
"We are nothing, Jessi." Jawab Jefan setelah kembali ke posisi berdiri. "No one can change you from my heart." Bisik Jefan dengan nada menggoda.
Lagi-lagi Jessi tak menjawab. Ia hanya menatap jijik Jefan yang perlahan mendekat ke arahnya. "Lo mau belajar, kan?" Tanya Jessi.
"Ya. Tapi, kalau lebih juga nggak papa."
"Gue ganti baju dulu. Lo bisa selesaiin soal matematika tadi." Tanpa menunggu jawaban Jefan, Jessi segera melangkah meninggalkan ruang tamu. Namun, langkahnya terhenti, "Neva, jangan macem-macem!" Seru Jessi, kemudian melanjutkan langkah kakinya.
-oOo-
Semalaman, Neva terus memikirikan perkataan Jefan. Apalagi, ketika lelaki itu merangkulnya tanpa ragu, Neva bisa merasakan keyakinan yang kuat.
Setelah jam istirahat lagi-lagi mapel sejarah. Jika ia nekat untuk bolos bukan tak mungkin ia akan kembali berakhir di meja kesiswaan. Tapi, ia tak yakin mau menolak ajakan Jefan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love To Remember (ALTR)
Teenfikce[A Love To Remember] Seperti dibebaskan, namun merasa dikekang. Kadang, orangtua memaksa kita untuk belajar dan berusaha di luar hal yang kita sukai. Di situlah kita akan merasa kesal, marah, dan menganggap mereka tidak mengerti apalagi menyayangi k...