💎 Orange.

24 4 0
                                    

Saat senja menyapa dan angin yang menyapu permukaan kulit, hawa dingin yang terasa tak membuat seorang gadis hendak beranjak dari duduknya. Ia duduk memandangi sekitarnya dengan pandangan sendu.

"Helen ayo masuk sudah terlalu lama kamu diluar." Ujar suster lalu mendorong kursi roda sang gadis yang bernama Helen itu kedalam gedung.

Helen Kim atau biasa di panggil Sohye itu menghela nafas berat yang membuat perawat tadi berhenti lalu bertanya pada Helen. "Apa terasa sakit?"

Helen menggeleng dan tersenyum tipis sebagai jawaban.

Ia ingin menyerah saja rasanya, tapi jika ia mengingat pria yang sudah lama ia sukai dan setelah berhasil dekat dengan pria yang ia sukainya ia gagal mengurungkan niatnya.

Saat tiba di ruangannya Helen tak banyak bicara dan kembali beristirahat.

👑

Ke esokan harinya Helen terdiam memandangi langit dari jendela kamarnya dia dilarang oleh suster untuk kembali ke taman.

Mendengar suara pintu terbuka Helen menoleh dan menampakan senyuman manisnya pada sosok pria itu.

"Chenle!" Ujar Helen riang.

Tapi pandangan pria itu tampak sedih yang membuat Helen menghela nafas, senyumannya memudar.

"Kalau hanya ingin memperlihatkan wajah sedih mu aku tidak butuh, pulang sana." Kata Helen dengan nada datar dan ekspresi yang dingin.

"Ini macaroon pesananmu." Ujar pria itu membuat senyuman Helen kembali tersenyum.

"Aku mau makan di taman." Ujar sang dara riang membuat Chenle tak berani melawan.

Chenle menggendong Helen di punggungnya.

"Aku berat ya?" Kata Helen dengan nada kesal.

'Berat apanya? Kamu sangat ringan.' -Chenle.

"Makan yang banyak, len." Ujar Chenle membuat Helen terlihat girang.

Sampai ditaman Helen duduk di tempat yang biasa ia duduki. Helen membuka macaroon tadi dan Chenle duduk di sebelahnya.

"Bagaimana dengan konsermu?" Tanya Helen sambil menggigit macaroon tadi.

"Baik kok. Bagaimana dengan keadaanmu." Kata Helen.

"Chenle... " gumam Helen pelan tapi terdengar oleh pria itu.

"Ya len?" Kata pria itu.

"Aku mau operasi. Aku mau operasi biar bisa bareng sama kamu, biar bisa nemenin kamu latihan." Ucap Helen dengan jeda membuat Chenle menatap gadis itu.

"Aku mau sembuh, aku pengen liat kamu tampil." Ujar Helen dengan suara serak dan akhirnya isak tangis sang dara terdengar.

Chenle yang mendengar tangisan Helen memeluk sang puan seakan memberi tahu bahwa gadis itu tak perlu takut bahwa Chenle selalu ada disisinya.

"Chenle aku kangen kuliah.." Ujar sang dara dengan isakan yang begitu pilu di dengar oleh siapapun yang mendengarnya.

"Kamu pasti sembuh sayang. Pasti, kamu gak usah khawatir ada aku." Ujar Chenle lalu mengusap sayang kening Helen.

Dan di balas pelukan erat dari Helen.  Sore itu Chenle paham bahwa di balik senyuman sang gadis itu tersimpan luka yang di pendamnya sendiri.

Chenle paham dan bersyukur bahwa gadis itu memiliki semangat yang tinggi tentang hidupnya. Chenle harap tuhan mendengar apa yang sang gadis ucapkan tadi.

'Tuhan helen ingin hidup normal.' Dalam hati dan sunyi Chenle berdoa pada Tuhan bahwa gadis yang ia sukai itu ingin sembuh dan ingin hidup normal.

"Helen masuk yuk? Udah terlalu sore kalau di luar terus." Kata Chenle lembut membuat Helen mengangguk dalam diamnya.

Pit A PatWhere stories live. Discover now