O3 / nona violet

734 116 18
                                    

semuanya berubah,
karena itulah jangan
menjadi orang yang gegabah. ❞

Pria dengan surai cokelat dengan marga Paxley itu sedang merapikan semua peralatannya, bersiap untuk pergi ke alamat yang dimaksud oleh Kepala Sekolah Roger

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria dengan surai cokelat dengan marga Paxley itu sedang merapikan semua peralatannya, bersiap untuk pergi ke alamat yang dimaksud oleh Kepala Sekolah Roger.

Setelah yakin dengan semua perlatannya, ia berjalan keluar dari kamar kostnya. Gusion melihat kertas yang berisi alamat kemudian berjalan menuju halte bus dekat dengan sekolah.

Dan tepat di depan halte, gadis bersurai jingga dengan pita ungu yang Gusion temui beberapa hari lalu juga sedang menunggu. Tetapi, dari kejadian kemarin, nampaknya gadis itu menunggu jemputan.

Gadis itu menoleh ke arah Gusion, matanya membulat terkejut. "K-kau lagi?"

"Ya, nampaknya begitu."

"Ngomong-ngomong, namaku Guinevere."

Perkataan teman-temannya mengenai gadis yang satu ini langsung terlintas di benak Gusion. Jadi ini adiknya Lancelot yang mereka maksud?

Bis yang Gusion tunggu akhirnya mendekat ke halte, pintu bisnya terbuka dan ada beberapa penumpang turun setelah pintunya terbuka. Gusion masuk ke dalam setelah yakin tidak ada lagi yang mau keluar.

Tidak seperti yang dikira oleh Gusion, Guinevere juga masuk ke dalam bis. Gadis itu duduk tepat di bagian paling belakang bis sedangkan Gusion lebih memilih untuk berdiri.

Sang pria bersurai cokelat gelap itu membaca lagi alamat yang tertulis di kertas, untuk memastikan kalau ia sedang berada di bis yang benar. Gusion juga sangat penasaran siapa gadis yang dimaksud oleh kepala sekolahnya itu.

Bis yang ditumpangi Gusion berhenti, disaat pintunya terbuka ia turun di halte. Begitu pula dengan Guinevere.

Gusion termenung menatap pintu gerbang komplek perumahan, ia bingung harus pergi kemana, tempat ini sangat asing bagi Gusion. Ia hanya bisa berharap muridnya itu tidak sedang menunggunya datang.

Guinevere yang melihat Gusion kebingungan mendatangi sang lelaki kemudian menepuk pundaknya. "Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Hanya tugas dari kepala sekolah. Bagaimana denganmu?"

"Rumahku ada di komplek perumahan ini, mau mampir?"

Gusion berpikir sejenak. Bukannya rumah Lancelot bukan disini?

Sang gadis melihat Gusion yang sedang keheranan. "Aku ingin mandiri, jadi orang tuaku membelikan aku rumah disini."

Gusion mengangguk-angguk mengerti, ia terjebak dalam situasi yang sama dengan Guinevere, ia ingin menjadi orang yang mandiri tidak seperti saudaranya yang lain.

"Jadi, kau ingin singgah kerumahku?" Guinevere mengulangi pertanyaannya untuk memastikan.

Gusion menolak. "Tidak, terima kasih."

"Baiklah," ujar Guinevere singkat. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia berjalan hampir seperti berlari meninggalkan Gusion sendiri di halte.

Putus asa, Gusion membuka ponselnya untuk membuka peta. Ia mencocokkan peta dengan alamat yang akan ia tuju. Karena cuacanya yang panas, Gusion memilih untuk bergegas ke alamat tujuannya itu lagipula kasian juga kepada murinya yang menunggu.

Peta pada ponselnya membawa Gusion ke sebuah rumah yang lumayan besar, lokasinya agak masuk ke dalam perumahan, serta model rumah itu sangat modern. Gusion berharap kost yang ia tinggali juga seperti ini.

Pagar rumah itu tidak terkunci, jadi tanpa pikir panjang Gusion memilih masuk. Ditekannya bel yang tersedia tepat disebelah pintu rumah.

Terdengar seseorang sedang membuka kunci dari rumah itu, setelah itu pintu terbuka menampakkan seorang gadis muda yang Gusion kenali.

"Guinevere?"

🌉。

Berlalu┊GuGu ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang