—Puja yang Menghilang di Balik Senja—"Aku suka sama kamu Puja"
Ku tatap manik hitam ku sendiri didepan cermin, bergetar. Nyatanya aku sebegitu gugup untuk berkata demikian. rasanya aku terlalu takut pada apa yang mungkin akan menanggung konsekuensi dari kalimat itu.
Canggung? Risih? Atau bahkan mungkin kamu akan menjauh.
Kamu Puja, kamu, yang tanpa aku sadari bersemayam terlalu lama dalam diriku, yang diam-diam menyelinap, sampai aku tak tau bahwa degup jantungku perlahan seirama dengan milikmu, pikirku dipaksa memikirkan apa yang kamu pikirkan, bola mataku bergulir selalu terhenti padamu, gerak gerik mu yang berhasil menyapu habis intensi ku.
Bagai bumi yang menemukan mataharinya ketika berpetualang di lintasan orbit tanpa nama. Bagai konstelasi Sagitarius yang akhirnya terlihat di langit malam.
Aku menemukanmu, tanpa disadari.
Tapi kau tau? Aku selalu sedih tak kala hatiku memilih seseorang, tak kala hatiku jatuh tanpa peringatan, tak kala hatiku berlabuh padahal kapal sudah usang.
Aku selalu sedih, karena rasa yang kau cipta selalu berhasil menemukanku walau aku sudah menahan nafas kuat-kuat dan menahan detak jantung sepersekian detik, rasa itu membuatku gelisah Puja, membuatku bimbang dan risau. Hingga wajahku selalu kalut ketika burung-burung berkicau.
Ungkapkan? Atau pendam hingga hilang rasa?
Aku takut, jika yang menanti diujung sana hanyalah rasa yang dihempas oleh pemiliknya.
"Senja"
Kamu memanggil namaku dengan suara baritone mu, tak kala kita duduk bersebelahan di pojok kelas ketika semua tuju tengah berkumpul pada papan tulis putih yang di guratkan tinta hitam.
"Aku menyukai senja"
Tidak, itu bukan lagi namaku, kamu nyatanya menyukai warna oranye yang menghiasi langit saat ini, yang terlihat indah dari jendela disebelah kiri mu, sedang aku memperhatikanmu yang begitu memuja langit di sampingmu itu.
Aku tersenyum kikuk, "Ku pikir kau menyukaiku" Candaku, lalu kamu, Puja menoleh dan menatap dalam netra cokelat tuaku tak kala dosen tengah menjelaskan perihal pengikatan kebelakang metode collins dan cassini.
"Aku menyukai keduanya, senja, dan Senja"
Andai ini mimpi maka semesta tolong bangunkanlah aku, jangan biarkan aku terlena hingga lupa diri, karena jika kau terlambat membangunkan ku, mungkin aku tak ingin untuk kembali bangun.
Karena nyatanya dunia mimpi terkadang lebih indah dibandingkan dunia nyata.
Karena fana lebih memukau. Dan kamu adalah fana yang memabukkan.
Kau menghilang tak kala aku memejamkan mata. "Benar, kau fana, tak pernah hadir, karena ragamu tak ada, namun jiwamu berkelana"
Karena detik kemudian kau menghilang Puja, meninggalkan sekuntum bunga Bakau putih di bangku paling pojok dari kelas itu.
Kamu yang baru saja menghilang.
Meninggalkan bumi dengan cara yang paling kamu suka, terbang tanpa sayap di langit senja kecintaan mu, tapi kamu bodoh Puja. Karena manusia ditakdirkan bersatu dengan tanah, bukan dengan langit pujaan mu.
Tapi mengapa saat aku merindukanmu, netra ku mencari mu di antara awan-awan menggumpal tak kala mentari perlahan turun dengan cara paling elegannya. Aku mencari mu diantara kumpulan burung manyar yang berterbangan di antara cahaya oranye. Mencari mu di semilir angin dingin yang perlahan membawa pekat dalam warna oranye mu.
Mengapa aku mencari mu diantara senja?
Berharap jiwamu terlihat, kamu suka senja, kan? Bukan aku, tapi si oranye yang bersatu dengan warna putih maupun ungu sedikit kemerahan di ufuk barat. Bukankah kamu memujanya? Seperti aku yang memuja senyum candu mu itu.
Lalu mengapa aku tak lagi menemukanmu?
Bahkan di tempat yang paling indah untuk melihat senja menurutmu, kamu ingat? "Pukul setengah 5 di bangku pojok ruang kelas 164"
Aku bahkan mendatanginya diakhir pekan berharap ada tanda kehadiranmu, walau hanya telapak jarimu di atas debu meja, atau sebuah jejak nafas milikmu di jendela.
Aku begitu merindukanmu, bukankah kamu yang bilang, kamu menyukai senja dalam bentuk apapun?
Lalu kenapa kamu meninggalkan aku?
Meninggalkanku, si senja dalam bentuk paling buruk dibanding senja kecintaan mu. Setidaknya kamu menyukai namaku, tapi mengapa kamu meninggalkanku.
Disaat aku benar-benar jatuh untukmu.
Deva Puja Pangestu, apa sekarang kamu bahagia? Jawab aku jika kamu sudah sampai ditempat pelabuhan mu.
Musim gugur datang.
Tepat satu tahun dua bulan sejak kematianmu dan aku tak henti berharap kamu kembali hadir. Hingga di suatu senja seseorang tiba-tiba datang, ia seperti kamu yang datang dalam bentuk yang tak pernah aku duga, di waktu yang tak pernah aku bayangkan.
"Puja?"
Panggilku ragu, ketika gelembung udara dalam hatiku perlahan mengembang selaras dengan deru nafas yang semakin tak beraturan, aku melihat sosokmu.
Puja yang aku puja.
Tubuh kecil dalam balutan hoodie hitam, berdiri memandang langit dari jendela di pojok ruang kelas 164, pukul setengah lima dimana oranye mu tengah menghiasi langit.
Ia berbalik, mengarahkan netra hitam pekat itu kearah ku yang masih mematung diambang pintu.
"Apa kamu kenal kakakku?" Ucapnya.
Nyatanya itu bukan kamu Ja.
__________
Semoga suka ya ㅠㅠ
Jangan lupa, Voment juseyo—!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Puja Pangestu [MYG]
FanficDia Puja, yang menghilang di tengah asa dan kembali membawa rasa. ------------------------------ Twin fiction Cast : • Min Yoongi as Deva Puja Pangestu and Edgar Puja Pangestu • Y/N as Senja Dwi Rosmalia Kusumah [Short story] [COMPLETE✔️]