Chapter 3

78 13 5
                                    

—Edgar Puja Pangestu—

Edgar si Puja kembali duduk disebelahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Edgar si Puja kembali duduk disebelahku.

Ia datang dengan buku-buku tebal dipangkuannya, sedang bibir tipisnya asik mengulum permen rasa apel, aku ingat dulu Pujaku menyukai buah apel, dulu kamu memakan buah apel bulat-bulat, katanya yang alami lebih enak, dibanding buatan tangan-tangan yang sejatinya tidak begitu tulus. Setulus Tuhan yang menciptakan buah apel di pohonnya.

"Deva bilang, kamu suka puisi" Ucap Edgar.

Ah, itu alasan Edgar. Repot-repot membawa setumpuk buku-buku tebal yang berisikan puisi dengan bahasa sarat akan makna, yang sejujurnya tak aku mengerti bahkan satu kalimatpun.

"Aku suka puisi buatan Deva, bukan yang dibuku-buku" Ucapku.

Puja disampingku tersenyum hambar, merasa malu hingga ia menciptakan semburat merah muda di kulit pucatnya.

"Tapi terimakasih" Lanjutku. Lantas itu membuatnya tersenyum.

Pujaku yang hilang, apa kabar? Sudah tepat 1 setengah tahun kamu bersatu dengan tanah, sudah selama itu pula aku mencarimu diantara senja, bahkan kini aku mencarimu diantara tingkah laku Edgar.

Puja, aku rindu. Tak lelah aku bertanya padamu, apa kamu bahagia disana?

"Deva, bagaimana dia bagimu?" Tanya Edgar.

Puja disebelahku menanyakan Puja yang telah hilang. Rasanya butuh waktu lama untuk menggambarkan rupamu, sifatmu, tingkahmu, dan segala tentangmu.

Mulai dari jemari lentikmu hingga kebiasaanmu memesan batagor hanya pangsitnya saja.

"Singkatnya aku mencintanya" Jawabku.

Pujaku yang hilang, sekarang sudah hampir dua tahun tanpa hadirmu. Rasaku tak lantas menghilang ditelan pasir waktu, namun Puja yang kau kirim lantas selalu membuatku terkejut dengan tingkahnya, hingga aku bersyukur dia ada.

"Tau ga? Pupil kambing bentuknya apa?"

Edgar berceletuk saat aku tengah berfokus pada dosen yang berbicara lantang ditengah kelas. Aku menoleh padanya sedikit, sedang netranya menatap dalam pada netraku, sama seperti yang sering kau lakulan.

"Eum Lonjong?" Bisikku, lalu ia menyenggol perlahan pundakku dengan pundaknya, Edgar menempelkan pipi kirinya ke atas meja sedang matanya menatap padaku, "Persegi panjang"

Edgar si Puja ini lebih tau dunia dibanding kamu ya Ja. Kamu lebih tertarik pada dunia diluar dunia, entah itu planet atau bahkan sebuah lubang hitam yang menakutkan, itu kenapa kamu terasa lebih fana.

Sedang Puja yang kini hampir terlelap di sebelahku, lebih mengenal dunia dimana ia berpijak, mengenai kehidupan dan kematian yang bagimu hanyalah sebuah kata tanpa makna.

Edgar tau apa itu hidup, dan bagaimana menjalani serta menghargai kehidupan, itu sebabnya ia terasa sangat nyata.

Puja, aku mulai menerima Puja yang kau kirim untuk mengisi kekosonganmu di dalam netraku. Apa yang ku lakukan salah?

Jawab aku jika kau mendengar pertanyaanku, Puja.

__________
V o m e n t j u s e y o 🖤

Edgar Puja Pangestu [MYG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang