Chapter 5

51 6 2
                                    

-Aku kehilangan Puja untuk kedua kalinya-

Aku menjauh, tidak, kami sama-sama menjauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menjauh, tidak, kami sama-sama menjauh.

Seakan semua itu lagi-lagi hanyalah sebuah fana setelah fana, sedang kami terlalu nyata untuk sesuatu yang fana-memukau-.

Edgar tak lagi ada diantara gelapnya malam, diantara cahaya pagi, panasnya suhu mentari, atau dinginnya tetesan hujan. Ia tak lagi di sana entah bersama senja atau dengan secangkir kopi kesukaannya.

Tapi dia memanglah Edgar.

Yang akan selalu menemukanku bagaimanapun caranya.

Entah dia yang selalu datang ketika hembusan nafasku tengah berat dan netra ku tengah kehilangan cahayanya, atau aku yang selalu nyaman menunjukkan sisi rapuhku padanya?

Disaat aku dengan susah payah menyembunyikan sisi rapuhku pada semesta.

Hingga di suatu sore kami berpapasan di koridor yang dimandikan cahaya oranye, kesukaan Puja seorang.

Edgar berjalan dengan postur tegapnya bersama seorang teman, sedang aku berjalan bersama bayanganku. Ia tak lagi tersenyum layaknya yang selalu ia lakukan. Namun jemarinya masih menghentikan jemariku.

Aku menoleh namun ia terlebih dahulu menemukan netra ku- seperti biasa-. Lalu ia memberikan satu pack tissue, sedang keningku berkerut.

"Mungkin sekarang sulit buat ketemu kamu, ah engga. Sulit kita buat ketemu." Ucap Edgar tak kala suara gesekan daun terdengar, begitu juga suara benturan bola di lapangan beton samping koridor, aku memicingkan mata membaca pergerakan bibirnya, sedang Edgar berjalan kearahku, mendekatkan wajahnya kesamping telingaku.

Deru nafas hangatnya berhembus di telingaku, dan suaranya memenuhi setiap sudut pendengaran ku "Jadi anggap aja, ini pengganti ku" Katanya tepat di telingaku.

Aku tak begitu mengerti perkataannya, berusaha mencerna tapi Edgar melenggang pergi.

Hingga sejak saat itu, netra ku tak menemukannya lagi.

Bahkan ketika aku mencarinya, di pojok kelas ketika pukul setengah lima sore, seperti saat kami pertama kali bertemu, atau di kedai kopi favorite nya yang juga tempat kami pertama berbincang tentang Puja yang hilang, lalu di depan rumahku ketika malam datang, juga di gerbang kampus saat burung berkicau, di koridor ketika aku tengah kehilangan semangat, bahkan di atap rumahku saat bintang berhamburan seperti chocolate chip di atas kue buatan ibu.

Sedang Edgar tak lagi kutemukan.

Hingga aku sadar, Puja. Puja yang kau kirim padaku, itu punya kemiripan denganmu.

Ia berhasil memasuki hatiku diam-diam, hingga detak jantungku seirama dengan miliknya, hingga semua tentangku berhubungan dengannya.

Tapi kini aku kehilangan irama detak jantungku, hingga duniaku terporak poranda, satu kali lagi.

Puja, siapa yang harus aku salahkan? Takdir yang kejam? Kamu yang mengirim Pujamu padaku? Atau salah hatiku yang menerimanya?

Edgar Puja Pangestu, kumohon kembalilah.

__________
V o m e n t j u s e y o
Semoga suka

Edgar Puja Pangestu [MYG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang