03

685 73 8
                                    

Sorry for typo!

*********

Jimin kembali ke aktivitasnya semula, tidak ada yang tahu akan ke jadian malam itu, ia menutup mulutnya rapat-rapat, bahkan dengan orang-orang terdekatnya pun, Jimin enggan untuk menceritakan hal itu. Dia begitu takut, takut jika nanti atasnya itu mendepaknya dari pekerjaannya saat ini.
Karena dia sangat butuh pekerjaan itu, jadi ia putuskan untuk tetap diam dan menyimpan rapat apa yang dia alami malam itu.

"Hoi!"

"Kai! Kau membuatku kaget." gerutu Jimin kesal.

"Kenapa kau melamun terus dari tadi hm? Ada apa denganmu?"

"Diamlah!" Jimin meninggalkan teman kerjanya begitu saja menuju locker miliknya, untuk mengambil baju.

Hari ini Jimin mendapatkan shift siang, jadi sore harinya ia bisa pulang. Jimin berdiri di loby hotel untuk menunggu Hoseok, karena namja itu berjanji akan menjemputnya.

"Lama menungguku?" Hoseok datang bersama dengan seorang namja berseragam SMA, yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Jimin melihat ke arah namja yang ada di samping Hoseok dengan tatapan bingung.

"Dia Jungkook sepupuku." jelas Hoseok, seolah paham apa yang di pikirkan Jimin.

"Annyeonghaseo~ Jungkook inmida." sapa pemuda itu sambil melambaikan tangannya.
Jimin membalasnya dengan tersenyum dan mengangguk saja.

"Hyung manis sekali!" puji Jungkook menatap Jimin dengan matanya yang berbinar.

Jimin menggaruk tengkuknya dan tersenyum canggung mendengar pujian Jungkook. Sedangkan Hoseok sendiri hanya menggeleng mendengar ucapan sepupunya yang memuji Jimin.

"Jiminie, aku harus mengantar kelinci bongsor ini pulang, kau tak apa jika ikut bersama kami?"

"Tidak masalah Hyung, aku sudah tidak ada kerjaan lagi."

Mendengar jawaban Jimin, Hoseok hanya mengangguk, kemudian mereka keluar dari hotel itu tanpa menyadari ada seseorang yang tengah mengawasi mereka.

*********

Taehyung terus saja mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, ia ingin segera sampai di tempat di mana Jimin kini tinggali. Dia bahkan tak menghiraukan ancaman dari ke dua orang tuanya, dan terus saja berjalan keluar dari rumah orang tuanya. Pria itu kini sampai di depan pintu gerbang rumah yang cukup besar, di lihat dari luar sana rumah itu begitu sepi, seolah semua penghuninya tidak ada di rumah.

Taehyung hendak membuka pintu gerbang rumah itu, namun langkahnya terhenti saat melihat sosok yang ia kenali sedang berdiri di depan rumah bersama dengan seorang namja lain. Jimin terlihat bahagia, bercanda dan sesekali menggelitiki pria di hadapannya, Taehyung meremas pagar besi yang di pegangnya sampai tangannya memutih, ia tidak tahu siapa namja yang sedang tertawa bersama kekasihnya, namun ia merasa cemburu saat melihat kedekatan Jiminnya bersama dengan orang lain, terlihat sekali jika kesayangannya itu bahagia tanpa dirinya.

Enggan mencari keributan, Taehyung memilih untuk pergi dari sana, daripada menghampiri mereka dan berakhir Jimin semakin membencinya.

Hoseok menghentikan aksi jahil Jimin yang menggelitiknya, dengan napas terengah-engah dia memegang tangan Jimin cukup erat.

"Hentikan, aku- ugh~ perutku sakit Jiminie~ aigo~ " eluh Hoseok, dan Jimin kembali tertawa.

"Hyung kau lapar?"

Hoseok menggeleng, "kenapa? Kau ingin beli sesuatu? Ayo aku antar."

"Tidak perlu Hyung, aku pinjam sepeda milikmu, ne? Hanya ingin mencari makanan di kedai sekitar sini. Boleh?"

"Pergilah, dan hati-hati jangan sampai sepedahku lecet!"

"Ne! Gomawo Hyungie~ "

Jimin segera berlari menuju ke garasi rumah, mengambil satu-satunya sepeda gunung yang ada di sana. Mungkin keluar untuk mencari beberapa kudapan akan sedikit membuatnya melupakan kejadian hari itu, pikir Jimin.

Sampai akhirnya atensinya terhenti pada sebuah kafe yang kelihatannya baru saja di buka, dengan santai Jimin memarkirkan sepedanya di depan kafe lalu masuk untuk memebeli sesuatu yang akan mengisi perutnya.

Taehyung yang memang sengaja berhenti di kafe itu, cukup terkejut melihat Jimin memasuki kafe tanpa menyadari keberadaannya. Dengan senyum mengembang di wajah tampannya, ia berdiri lalu menghampiri Jimin yang sedang mencoba memesan sesuatu di meja kasir.

"A-apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jimin agak terbata.

"Aku ingin bicara padamu."

"Bicara saja." ucap Jimin acuh.

Taehyung memilih untuk menarik Jimin untuk duduk di tempatnya tadi. Setelah diam beberapa saat, akhirnya pria berkulit kecoklatan itu angkat bicara.

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik! Biarkan aku pergi."

"Hanya10 menit, kumohon. Aku merindukanmu Jimin." Taehyung menggenggam tangan Jimin cukup erat.

"Aku tidak! Apalagi yang kau mau?"

"Kembalilah padaku, aku janji tidak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi." mohon Taehyung, masih menggenggam tangan Jimin.

"Aku tidak bisa."

"Apa karena pria itu?"

Jimin tidak tahu siapa yang di maksud Taehyung, tapi dia sama sekali tidak ingin menjelaskan apapun, dan memilih mengiyakan ucapan mantan kekasihnya.

"Mungkin!"

"Apa kau yakin mencintainya? Setelah apa yang kita lalui selama ini? 2 tahun bukan waktu yang sebentar. Dan kau melupakanku begitu saja?"

"Apa aku salah jika ingin kau pergi dari hidupku? Kau yang membuatku terusir dari rumahku, Dan kini kau juga yang membuangku!"

"Aku tidak pernah membuangmu Jiminie~ aku sangat mencintaimu, dan akan kulakukan apapun agar kau kembali padaku." ancam Taehyung.

"Cukup aku yang di benci oleh orang tuaku, aku tidak mau kau merasakan apa yang kurasakan. Dan please! Biarkan aku hidup tenang. Dengan adanya dirimu atau tidak, itu tidak akan merubah apapun, kita akan tetap berpisah cepat atau lambat, maaf."

Jimin menunduk menghapus air matanya, dia beranjak dari duduknya, memilih untuk keluar dari kafe tanpa memesan apapun. Sepanjang jalan ia terisak dan meremas stir sepedanya, ini harus ia lakukan. Karena tidak ingin lagi ada orang yang mencemoohnya hanya karena ia memiliki kelainan yang menyimpang.

TBC
28,04,2022

Asisten Pribadi "YoonMin"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang