08

660 70 3
                                    

Sorry for typo!!




*******

Jimin terbangun siang harinya, dia tak melihat Yoongi di manapun, ia teringat akan kejadian tadi pagi dan itu membuat wajahnya memerah tanpa sadar.

Ketukan pintu membuat Jimin tersadar dan segera membukanya, seorang wanita paruh baya berdiri di depan pintu dengan membawa nampan berisi makanan.

"Tuan besar menyuruh saya mengantar makan siang anda, maaf jika mengganggu tidur anda Tuan. "

"Trima kasih, Aku sudah bangun sebelum Ajhuma datang.," jawab Jimin dengan senyuman ramahnya.

Jimin mengambil nampan yang dibawa wanita itu dan kembali menutup pintu kamar setelah wanita itu pergi.

"Hahh~ Pekerjaan macam apa ini," gerutunya menatap makan di hadapannya.

Jimin berniat untuk menghubungi Hoseok, tapi saat ia mencari ponselnya dia tak menemukannya di manapun.

"Yoongi-a!Kenapa kau menyebalkan sekali!" teriak Jimin, melemparkan bantalnya sembarangan.

Jimin terus mengganti chanel pada televisi, namun ia masih saja bosan. Memutuskan untuk turun dari ranjangnya, mungkin di luar kamar dia bisa melakukan sesuatu, itu pikirnya. Jimin melihat sekelilingnya, rumah itu besar namun sepi, ia bisa melihat kolam renang di samping rumah dan berjalan menuju ke sana dengan wajah antusiasnya.

"Siapa kau?"

Jimin menoleh ke asal suara yang ada di belakangnya. Seorang pemuda yang umurnya lebih muda darinya sedang berdiri dengan angkuh dan masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Aku ... " belum selesai Jimin menjawab, pemuda itu tersenyum mengejek padanya. karena melihat bekas kismark di leher Jimin, kemudian memalingkan wajahnya.

"Mainan baru yang di bawa pulang? Sungguh!Apa tidak ada wanita lagi di dunia ini?" pemuda itu pergi meninggalkan Jimin

"Apa dia bilang, mainan? Ini tak bisa di biarkan, aku harus menjelaskan ini." Jimin meremas ujung pakaiannya, ia harus meluruskan semua ini pada Yoongi nanti.

Cukup lama ia menunggu, akhirnya Yoongi datang dengan beberapa orang di belakangnya.
Jimin dari tempatnya menatap tajam Yoongi yang berjalan menghampirinya, tapi ternyata pria itu melewatinya begitu saja.

"Hei tunggu!"

"Tidak sekarang! Aku sedang sibuk, kembalilah ke kamar mu."

Jimin memilih menurut melihat Yoongi yang terlihat sangat menakutkan membuatnya lebih memilih untuk kembali ke kamar tadi. Dari dalam kamar ia bisa mendengar samar-samar keributan di luar kamar itu. Karena penasaran Jimin pun keluar dari kamar mengendap endap dan mendengarkan apa yang terjadi di bawah sana.

"Hyung sudah memperingatkanmu untuk tidak berkelahi lagi, kenapa Susah sekali untuk menurut?"

"Jangan pedulikan aku! Sebaiknya kau urusi saja maianan barumu itu."

"Jaga bicara mu Jihoon!"

"Kenapa Hyung semarah itu? Aa~ Atau jangan-jangan,  sekarang Hyung mulai menyukai sesama? Menjijikkan!"

Plaakk

Satu tamparan mendarat di pipi Jihoon, keluarga satu-satunya yang Yoongi miliki, remaja belasan tahun itu susah sekali di atur. Jimin yang mendengar pembicaraan mereka cukup terkejut, karena Yoongi tak segan memukul adiknya.

"Baiklah, aku pergi!" Jihoon memegangi pipinya yang terasa panas, menatap tajam sang kakak kemudian pergi begitu saja.

"Tunggu! Mau kemana kau?"

Asisten Pribadi "YoonMin"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang