5 menit lagi bel masuk bakalan bunyi, dan Rara mutusin buat balik ke kelas. Barengan sama Mas Seungyoun juga yang mau balik ke bengkel.
Sebelum pisah, Rara ngga lupa buat nyuruh Mas Seungyoun buat sholat dhuhur dulu. Entah dilaksanain apa engga, untuk sekarang yang penting Rara ingetin dulu.
"Rara"
Mas Seungyoun sama Rara noleh ke arah sumber suara. Venus.
"Kamu sama..?" Tanya Venus agak ragu karena ngga terlalu yakin sama orang yang ada di samping Rara saat itu.
"Mas Seungyoun?"
Tak berniat untuk menjawab pertanyaan Venus, Rara justru pamit sama Seungyoun but duluan balik ke kelas.
"Mas aku duluan ya"
Kemudian gadis dengan kuncir kuda itu berlari menuju kelasnya sebelum Venus ngejar.
Sementara Rara berlari, Venus yang kebetulan lagi sama temennya ngeliat Seungyoun dengan tatapan penuh kebingungan kenapa gadis yang ia anggap sebagai entah apa nya itu bisa barengan sama Seungyoun.
Begitupula Seungyoun yang bingung kenapa Rara kabur pas liat ada Venus disini. Tapi Seungyoun mencoba buat nggak terlalu peduli dan memutuskan langsung ke bengkel tanpa sholat dhuhur dulu.
Lalu, siapa Venus ini?
Rara pernah punya rasa sama Venus. Karena semua perlakuan Venus ke Rara itu beda. Perempuan manapun pasti akan punya rasa yang sama kaya apa yang Rara rasain dulu.
Venus bener bener perhatian sama Rara, dulu. Ada waktu Rara sedih, waktu Rara nangis, waktu Rara punya beban yang ngga bisa diceritain ke keluarganya, Venus ada buat semua itu.
Begitupun dengan Rara. Dia berusaha selalu ada buat Venus. Bantuin Venus kalo dia lagi kesusahan, kalo Venus lagi sedih atau apapun itu.
Tapi, setelah semua itu, semakin Rara mengenal Venus Rara makin sadar. Kalo Venus ngga pernah inget dia waktu Venus lagi seneng. Selama ini Rara ngga pernah jadi bagian dari rasa bahagia Venus.
Hingga beberapa minggu yang lalu, Rara mengetahui Venus udah ada pawangnya. Yiren si anak lemah lembut tapi wajahnya keliatan judes jadi pawang Venus untuk saat ini.
Memang semuanya salah Rara. Dia yang salah faham sama semua perlakuan Venus selama ini. Venus cuma nganggep dia sahabat, nggak lebih.
Pas pulang sekolah, Venus udah nungguin Rara di depan kelas. Yang artinya Rara ngga bisa ngehindarin Venus untuk saat itu.
"Ra"
"Ra aku mau bicara sama kamu" lanjutnya.
"Mau bicara apa Ven? Aku buru-buru nih"
"Aku to the point aja. Aku mau kita kayak dulu lagi"
Rara kaget, speechless, dan nggak nyangka sama pemikiran dangkal Venus. Bisa-bisanya dia ngajakin Rara buat kembali ke masa dulu disaat Venus udah punya pasangan. Semudah itukah mainin perasaan cewek Ven?
"Kembali kayak dulu? Ven perasaan kamu masih ada ngga sih? Kamu tuh udah ada Yiren, ngga kasian sama dia?"
'nggakasian kamu sama perasaan aku? '
"Aku bisa jelasin ke Yiren kalo kamu itu-"
"Venus, kamu temen yang baik, baik banget malah. Tapi aku pengen kita kayak gini aja, jadi temen biasa. Aku gamau lagi kaya dulu, yang cuma kamu butuhin saat kamu susah doang. Aku harap kamu jadi pendamping yang baik buat Yiren. Aku duluan"
Rara berlalu ninggalin Venus sendiri. Dia jalan ke parkiran, nahan nangis yang udah ngga bisa ditahan.
Ada yang paham ngga sih sama perasaan nya Rara? Dulu deket banget sampe kaya orang pacaran, selalu nolongin dia, bantu dia, ada waktu dia susah, tapi setelah semua itu ternyata Venus ngga ada rasa apa apa. Daaan setelah Rara mulai paham sama situasi Venus bilang dia pengen kaya dulu lagi. Kaya ngerasa dimainin banget gitu perasaannya.
Salah apa Rara sampe harus ngalamin semua ini. Bener, dia punya Mas-Mas yang selalu ada buat dia. Tapi buat urusan perasaan, Rara ngerasa sering gagal. Dan dia berharap semoga kedepannya selalu jadi lebih baik.
Langit di atas sana mendung, sama seperti perasaan gadis cantik yang rambutnya kini tergerai lepas. Pipinya basah karena rintikan air mata sudah membasahi sedari tadi.
Beruntung, parkiran sudah mulai sepi sehingga tak banyak atensi mata yang melihatnya kini.
Namun, berbeda dengan kakak kelasnya yang sudah bersiap hendak mengenakan helm di atas motor CBR 150 warna merahnya namun terhenti karena melihat gadis yang tak asing di matanya sedang menangis tak jauh darinya.
"Ra"
Yang dipanggil masih terus nangis tanpa suara.
"Kenapa nangis?" Tanya Seungyoun lagi.
Rara geleng-geleng doang tapi masih nangis sambil nunduk kali ini.
"Bilang sama gue, siapa yang bikin lo kaya gini? Mau gue pukul? Atau gue hajar? Bilang, lo mau gue ngapain?"
Kali ini, seorang Seungyoun mencoba untuk menghibur gadis yang belakangan ini sering memberinya celotehan kecil yang menurutnya sangat bermanfaat.
"Mas Seungyoun, hiks- , bisa peluk aku ngga?"
Seungyoun terkejut, namun segera ia mendekat ke arah adik Seungwoo itu kemudian menarik bahunya perlahan lalu ia dekap dengan pelan sambil ia tepuk tepuk punggungnya. Berharap dapat mengurangi rasa sedihnya.
Yang dipeluk tambah kejer nangisnya. Tapi ngga lama dari situ, Rara ngelepas pelukan Seungyoun, berjalan lunglai ke arah sepeda motornya sambil sesekali masih terisak. Kemudian melajukan motornya perlahan.
Karna Seungyoun ngga pengen terjadi hal hal yang ngga diinginkan, diikutilah Rara dari belakang. Hingga si gadis berhenti di Indomaret yang letaknya tak terlalu jauh dari sekolah mereka.
Gadis itu masuk ke indomaret kemudian mengambil salah satu mie instan terus dia makan di bangku indomaret. Tentu saja dengan Seungyoun yang lebih dulu duduk disitu.
"Mas Seungyoun mau?" Tanyanya ke Seungyoun mmyang masih melihat gadis itu.
"Ngga, lo makan aja"
Rara ngangguk.
"Adaa yang pengen lo ceritain?" Tanya Seungyoun hati-hati.
"Mas Seungyoun pernah mainin perasaan cewek nggak?"
"Enggak tuh"
"Serius?"
"Hmm"
"Kalo gitu bagus"
Memang benar, senakal apapun Seungyoun sekarang dia ngga pernah mainin perasaan cewek.
"Kenapa emang?" Tanya Seungyoun.
"Hari ini, perasaanku dibuat mainan sama orang yang dari dulu nggak pernah aku anggap mainan.
Mas Seungyoun, jangan pernah mainin perasaan cewek ya"
--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aksa Venus Dirgantara Departemen Bangunan Jurusan Bisnis Konstruksi dan Property (BKP)