🎈🎈🎈
HAPPY READING!
***
Nayla memandang Airis yang sudah siap untuk pulang, bahkan bibir Airis sudah tersenyum sejak tadi. Berbeda dari biasanya, batin Nayla.
"Tumben udah siap?" tanya Nayla yang belum mengalihkan pandangannya dari Airis sejak tadi.
Airis menoleh ke arah Nayla dengan menaik-turunkan kedua alisnya sembari tersenyum. "Hehe mau jalan dong."
Nayla membelalak kaget, "Sama siapa?"
"Dih kepo. Gue duluan ya, udah ditunggu di parkiran. Bye bye Nayla zeyeng!" Setelah itu Airis berjalan cepat keluar kelas masih dengan senyum ceria yang terlukis di wajahnya. Nayla yang melihat itu pun hanya menggelengkan kepalanya.
"Temen lo mau ke mana?" tanya Hidan sambil berjalan di samping Nayla yang juga akan keluar kelas.
Nayla mengangkat bahunya tidak acuh. "Nggak tahu. Mau jalan katanya."
"Jalan?" tanya Hidan tidak percaya. "Sama siapa?"
Nayla menghentikan langkahnya dan memandang Hidan datar. "Gue nggak tahu ya, Dan. Ck! Lo kalau kepo mending ngikutin deh."
Hidan langsung mengangkat jari telunjuknya di depan wajah Nayla yang sejajar dengan dada Hidan. "Lo benar. Gue duluan ya, Nay." Hidan pun langsung berlari kecil meninggalkan Nayla yang menghembuskan napasnya panjang.
"Kisah kalian rumit banget sih," gumamnya kemudian meneruskan jalannya menuju parkiran.
***
Motor Dika berhenti tepat di depan salah satu restoran yang terkenal di kalangan pelajar. Selain harganya yang masih bisa diterima di kantung pelajar, tempatnya juga Instagramable, sehingga banyak pengunjung yang juga sekalian foto di sana.
Airis turun dari motor Dika sembari melepas helmnya, begitu juga dengan Hidan. "Kita makan dulu ya." Airis mengangguk pelan, setelah itu ia hanya mengikuti langkah Dika dari belakang dengan senyum yang tidak bisa ia tahan.
"Kenapa sih dari tadi senyum terus?" tanya Dika heran saat keduanya sampai di salah satu bangku kosong di restoran itu. Airis hanya menggelengkan kepala saja. "Seneng?"
"Hehe udah lama nggak ke sini ternyata banyak berubah ya, Kak. Dulu tuh ke sini sama Nayla cuma numpang foto doang sama beli bubble drink biar nggak terlalu malu-maluin," cerita Airis membuat Dika menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah mereka.
"Kalian nggak punya uang?"
Airis terkekeh pelan, "Punya sih kalau cuma buat makan di sini. Tapi ya nggak tahu, pengen beli minum aja. Hemat, anak sekolah soalnya," jelasnya yang masih membuat Dika heran.
"Halah anak sekolah ya nggak gitu juga kali," sanggah Dika yang kembali membuat Airis terkekeh. "Oh iya lo mau makan apa?" tanya Dika sembari melihat buku menu yang terletak di atas meja.
"Kakak mau bayarin?" tanya Airis balik. Dika hanya bergumam saja sebagai jawabannya. "Ya udah terserah Kakak aja. Tapi kalau minumnya Moccacino." Dika mengangguk kemudian memanggil pramusaji dan menyebutkan pesanan mereka tadi.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka pun banyak bertukar cerita. Airis tidak menyangka bahwa ia bisa se-akarab ini dengan Dika yang terkenal cuek di sekolah. Bahkan saat mereka berboncengan tadi, para siswi langsung berbisik-bisik dengan kedekatan mereka. Padahal mereka juga tidak memiliki hubungan apa pun selain teman biasa.
"Masih suka Hidan nih?" tanya Dika tiba-tiba.
Airis yang sedang memandang sekitar langsung beralih ke Dika dengan alis yang bertaut. "Maksud Kakak apa?"
"Gue tahu loh kalau lo suka sama Hidan," jelas Dika membuat Airis memandangnya kebingungan.
"Apaan sih? Nggak usah sok tahu deh, Kak. Dari siapa Kakak tahu?" tanya Airis dengan wajah yang berubah menjadi datar.
Dika tertawa pelan, "Haha lo sadar nggak kalau lo suka lihatin Hidan sama Dinda di kantin dengan wajah jutek lo itu? Gini-gini gue juga tahu kali."
"Kurangajar emang mereka. Sok-sokan pamer kemesraan di tempat unum padahal mah putus juga sekarang haha sukurin tuh anak," kata Airis dengan wajah kemenangannya.
"Nah dari sini aja wajah lo udah ngomong kalau lo suka sama Hidan, Airis. Dan seneng pas mereka putus," jelas Dika.
Airis langsung merubah mimik wajahnya menjadi biasa saja. "Gue suka sama Hidan tapi dia nggak peduli, Kak. Bikin gue capek aja. Pengen nyerah dari lama tapi nggak bisa," keluh Airis sembari menidurkan kepalanya di atas meja.
"Ya jangan nyerah dong. Siapa tahu Hidan sekarang juga memperjuangkan cinta lo." Airis langsung menatap Dika masih dengan kepala yang ia tidurkan di atas meja.
"Pinter banget bohongin gue, Kak. Gue nggak percaya kali."
Dika terkekeh pelan, "Bangun gih, pesanannya udah datang." Airis pun menegakkan badannya dan siap menyantap menu yang dipesankan Dika tadi.
Semoga Hidan cepat sadar dengan pengorbanan lo ya, Ris.
🎈🎈🎈
Selamat sore teman-teman pembaca setia Dia atau Dirinya.
Semoga tetap sehat selalu ya.Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.
Semoga ada yang bermanfaat.HAPPY READING GUYS!
I HOPE U LIKE THIS❤️_____
-Salamku, Nighty ✨-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia atau Dirinya
Teen FictionKatanya, jika dalam satu hati diisi oleh dua nama orang yang sama-sama kita cintai, tanpa sadar kita telah menyakiti salah satu dari mereka. Apakah benar? __________ Copyright 2019 By: bulankertas with Ichayy_