Katanya, jika dalam satu hati diisi oleh dua nama orang yang sama-sama kita cintai, tanpa sadar kita telah menyakiti salah satu dari mereka. Apakah benar?
__________
Copyright 2019
By: bulankertas with Ichayy_
Sinar sang mentari mulai meredup,cuaca juga sudah tak sepanas beberapa jam yang lalu. Pantas saja, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Dan di waktu itu juga, SMA Cahaya Bangsa menyelesaikan jam belajar mengajarnya.
Airis dan Nayla pun berjalan santai menuju parkiran. Keduanya lebih memilih pulang agak terakhir, agar parkiran senggang terlebih dahulu.
Namun, saat sampai di parkiran, kedua netra mereka mendapati Hidan yang sudah siap di atas motornya dengan Dinda yang berdiri tak jauh darinya. Airis menghembuskan napasnya panjang, pemandangan yang sudah sangat biasa. Makanya ia lebih memilih akhir-akhir untuk menuju parkiran, karena ini juga salah satu alasannya.
Nayla tersenyum sembari menepuk pelan pundak sang sahabat. Ia tahu bahwa sahabatnya itu sangat malas melihat adegan sok romantis di hadapan mereka. "Sabar ya sabar," ujar Nayla sedikit mengejek membuat Airis menatapnya sinis. Sedangkan Nayla malah tertawa dan tak merasa bersalah sama sekali.
"Sumpah gue males banget bawa motor," keluhnya sambil menyahut helm miliknya yang ia letakkan pada kaca spion.
"Terus kalau lo males bawa motor, tu motor mau lo taruh mana?" tanya Nayla heran dengan tingkah aneh Airis. Sedangkan Airis hanya menggeleng malas kemudian duduk di atas jok motornya dan memandang kosong ke arah depan.
"Ris, ban motor lo kempes ya?" tanya salah seorang siswa yang tak sengaja melihat ke arah motor Airis.
Mendengar itu, Airis dan Nayla melihat ke arah ban motor milik Airis. Dan benar saja, ban motor Airis kempes bahkan udara yang mengisinya pun habis. Airis pun langsung berjongkok untuk memeriksa ban motornya, dan bibirnya mencebik ketika ia melihat paku kecil yang tertancap di sana.
"Bocor..." adunya pada Nayla yang sedari tadi memerhatikannya. "Terus gue pulang sama siapa dong?" tanyanya memelas. Ia tidak mungkin pulang bersama Nayla, karena Nayla pulang bersama Adiva --tetangga baru mereka.
"Nay, mau pulang?" Baru saja dibicarakan, Adiva sudah berjalan mendekati mereka. "Loh kamu kenapa, Ris?" tanyanya saat melihat Airis yang masih memasang wajah melasnya.
"Ban gue bocor, Div," jawab Airis sedih.
"Yah terus gimana, lo mau pulang sama Nayla?" Airis buru-buru menggelengkan kepalanya. "Terus gimana?" Airis kembali menggelengkan kepalanya lucu.
"Ihhh aku capek tau gak! Berdiri liatin kamu yang bengong, gak tau lihatin siapa dari tadi," teriak seseorang yang menyita banyak perhatian mereka yang berada di parkiran.
"Kamu kenapa sih, Din?" tanya Hidan kepada kekasihnya. Yang teriak tadi adalah Dinda, yang merasa kesal diabaikan oleh Hidan beberapa menit yang lalu.
"Kamu itu yang kenapa. Aku di sini nungguin kamu ngeluarin motor, tapi kamunya malah bengong gak jelas!" jelas Dinda masih dengan suara kerasnya. Seakan membiarkan semua orang mendengar kekesalannya.
"Kamu bisa kan kalau ngomong gak usah pake teriak. Gak malu dilihatin banyak orang?" Hidan masih mencoba untuk sabar dalam menghadapi tingkah aneh kekasihnya. Ia juga tidak tahu, kenapa dulu bisa jatuh cinta dengan Dinda, gadis manja itu.
"Biarin! Biar mereka semua tau kalau kamu ngabaiin aku!" Setelahnya Dinda mengalihkan pandangannya dari Hidan yang memijat pelipisnya pelan.
"Halah lebay! Dasar bocah!" teriak Dania --sang kakak kelas. Berikutnya teriakan tidak suka keluar dari para murid lainnya. Kebanyakan dari kalangan kakak kelas mereka.
"Ris, lo kenapa?" tanya seseorang membuat pandangan Airis, Nayla, dan Adiva menoleh ke sumber suara.
"Emm... Anu Kak, ban aku bocor," jelas Airis kemudian bangkit dari jongkoknya.
"Pulang sama siapa?" tanyanya lagi yang dibalas cengiran khas Airis. Sedangkan Dika menaikkan sebelah alisnya tidak paham.
Airis menggeleng pelan. "Gak tau, Kak."
Dika mengangguk sekilas. "Yaudah pulang sama gue aja, gue sendiri kok," ujarnya yang membuat para siswi yang sudah beralih menyaksikan mereka berteriak histeris.
"Beneran, Kak?" tanya Airis tak percaya. Sedangkan Adiva sudah menutup mulutnya dengan tangannya sejak tadi. Begitu juga Nayla, yang menatap mereka tak percaya. Dika hanya menjawab dengan anggukan singkat kemudian berjalan ke motornya.
Dan pemandangan itu pun juga tak lepas dari perhatian Hidan dan Dinda. Hidan menatap tidak suka ke arah mereka tadi. Entahlah ada rasa tidak terima di hatinya.
"Ngapain lihatin dia lagi?" tanya Dinda ketus.
Sedangkan Hidan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Dinda. "Udahlah, Din, jangan bersikap kayak anak kecil gitu. Buruan kalau mau pulang, kalau enggak yaudah aku tinggal," kata Hidan datar.
Dinda yang masih manyun panjang pun terpaksa naik ke atas motor Hidan, kemudian melingkarkan tangannya pada perut Hidan. Lantas Hidan pun menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata dan meninggalkan area parkiran.
Dasar bocah labil!
Batin Dika meremehkan Hidan sembari tersenyum miring. Ia benar-benar tak mengerti sahabatnya itu. Sebenarnya siapa yang benar-benar ia sukai.
"Ayo, Ris," ajaknya pada Airis yang masih tak percaya bahwa ia akan pulang bersama dengan Dika yang dijuluki pangeran sekolah bagi mereka. Airis pun hanya mengangguk ragu kemudian menaiki motor milik Dika. Dengan teriakan histeris yang setia mengiri mereka.
Setelahnya mereka melesat meninggalkan area sekolah dengan Nayla yang mengikuti mereka dari belakang.
🎈🎈🎈
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Si Pangeran Sekolah
***
Assalamualaikum. Selamat sore penggemar setia Airis. Atau malah Dika? Atau Hidan? Jangan-jangan Dinda nih:D
Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca. Maaf untuk kata-kata yang kurang berkenan. Semoga suka💐