🎈🎈🎈
HAPPY READING!!!
***
Mobal; suatu keadan di mana gerah hati sudah mencapai ke ubun-ubun namun sulit untuk diungkapkan melalui kata-kata ataupun dilampiaskan melalui tindakan yang nyata.
***
Suara nyaring dari motor RX-King menggema di area rumah mewah bercat biru muda. Sang pemilik pun langsung melepaskan helm full face-nya kemudian berjalan santai ke kamarnya. Bibirnya tersenyum miring, disebabkan sebuah ide yang melintas dipikirkannya.
Belum sempat melepas seragam kebanggaannya, Dika sudah duduk santai di kursi yang berada di balkon kamarnya. Tangannya merogoh saku hoodie hitamnya untuk mengambil ponselnya.
Jarinya sibuk mengetikkan pesan untuk seseorang dengan bibir yang masih tersenyum meremehakan.
Hidan Arrahman nirohim:
Telah diantar pulang dengan selamat oleh Si ganteng Dika, ananda Airis yang mengusik hati seorang Hidan yang miris:p
Setelah mengirimkan pesan itu, Dika memandang puas ke arah kamar Hidan yang tepat berhadapan dengan kamarnya, yang di dalamnya ada sang pemilik kamar yang sedang menatap sinis ke arah ponselnya.
Karena sudah tidak tahan menahan tawanya, akhirnya Dika terbahak cukup keras membuat Hidan langsung menoleh ke arahnya dengan wajah super horor. Namun ketahuilah, horornya seorang Hidan tidak akan mampu mengalahkan horornya seorang Dika.
"Heh! Maksud lo apaan?" tanya Hidan sedikit keras dari balkon kamarnya. Bukannya menjawab, Dika semakin terbahak bahkan tubuhnya sudah terduduk di pinggiran pagar balkon. Jika sudah seperti ini, hilang sudah sifat dingin milik Dika.
Hidan hanya memandang datar ke arah sang sahabat yang masih belum menyelesaikan gelak tawanya. Bahkan suaranya sampai menggelegar.
"Lo sadar gak sih, suara lo sampai kemana-mana. Katanya dingin apaan, cihhh!" cibir Hidan penuh kekesalan.
"Haha cemburu ya lo?" tanya Dika penuh keremehan.
"Gak lah ngapain."
"Mobal gaes mobal!!" teriak Dika puas. Sedangkan Hidan memilih duduk di kursi pojok balkonnya dengan wajah datarnya yang mengarah ke Dika yang masih menertawainya.
Setelah merasa puas tertawa, Dika langsung mengambil minum di atas nakas yang di sediakan Mbok Inah, asisten rumahnya. Kemudian kembali ke balkon dan menggelengkan kepalanya sambil tertawa saat matanya menangkap wajah merah penuh emosi milik Hidan.
"Astaghfirullah astaghfirullah..." gumamnya masih dengan gelengan di kepalanya.
"Ngapain sih lo, kayaknya puas banget ngetawain gue. Ada apa, hah?" teriak Hidan lagi.
"Haha mobal ya Mas?" goda Dika membuat Hidan bergegas dari duduknya lalu mendekati pagar balkonnya. Ia berniat ingin meloncat langsung ke balkon Dika. Namun, ia urungkan karena jarak kamar mereka yang cukup jauh. Bukannya sampai di balkon Dika, bisa-bisa malah sampai di rumah sakit.
"Lo mau ngapain?" Pertanyaan santai yang keluar dari mulut Dika semakin membuat hati dan pikiran Hidan memanas. Sebenarnya ia juga tidak tahu, kenapa ia seperti ini. "Udah-udah gak usah sok-sokan mau lompat ke sini. Gue khawatir Airis nangisin lo yang astaghfirullah gitu. Gak tega gue."
"Bodoamatlah!" Setelahnya Hidan masuk ke kamarnya kemudian menutup pintu kamarnya keras. Membuat Dika kembali terbahak.
"Kenapa ada orang gitu," ucapnya sembari menggelengkan kepalanya.
***
Duduk di balkon. Sendirian. Dengan kopi panas yang menemaninya. Pikirannya masih melayang kepada kejadian tadi sore. Ia masih benar-benar belum percaya bahwa seorang yang dikenal dengan sifat cueknya mengantarnya pulang sampai ke rumah. Rasanya masih seperti mimpi yang menjadi nyata. Hingga denting notifikasi ponselnya menyadarkannya kembali ke dunia nyata.
Hidan:
PMata Airis membelalak ketika melihat sang pengirim pesan. Benarkah ini Hidan yang mengirim pesan? Atau jangan-jangan hanya mata dia saja yang salah baca karena hati dan pikirannya sedang tidak sinkron.
Berulang kali ia membaca namun tetap Hidan yang muncul di layar ponselnya. Dan ia putuskan bahwa Hidan lah sang pengirim pesan itu.
Hidan:
Apa?
Itulah Airis. Sok-sokan cuek padahal biar chatanya lama. Dasar tukang modus.
Hidan:
Sorry ga jadi✌️Oke
Airis menghembuskan napasnya panjang, panjang banget. "Aku gak bisa di giniin," gumamnya alay. "Maksud lo apaan sih? Lo cemburu lihat gue boncengan sama Kak Dika yang jauh lebih ganteng daripada lo, hah? Halah ngomong aja deh gak usah sok-sokan gak peduli gitu," monolognya penuh percaya diri.
"Ishhh!!! Iyain dong Dan, biar gue tu seneng gak nyesek terus. Sekali-kali lo bikin gue terbang gitu," dumelnya tak waras lagi.
"Please ya Neng Airis, halunya dikurangin," sahut seseorang dari depannya. Dia Nayla. Kamar mereka memang berhadapan. Entahlah semuanya terasa sangat apik karena kamar Hidan dan Dika yang juga serupa dengan mereka.
"Biarin pumpung masih malem," jawabnya santai.
"Tidur kenapa sih, Ris. Tuh jam udah nunjukkin angka sebelas."
Airis pun menoleh ke arah jarum jam. Dan ternyata jarum yang menunjukkan angka 11 adalah yang panjang, sedangkan yang pendek menunjukkan pukul 8.
"Yang panjang kan?" teriak Airis kepada Nayla yang sudah masuk ke dalam kamarnya. "Kurangajar jadi bocah," omelnya. Padahal jika dibandingkan umur, umur Nayla lebih tua darinya. Suka-suka Airis lah pokoknya.
Hidan:
Motor lo tadi gimana?🎈🎈🎈
Halloooo Happy Weekend Guys!
Selamat membaca, Semoga suka.
Lafyu All❤️___
Salamku, Nighty ✨

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia atau Dirinya
Teen FictionKatanya, jika dalam satu hati diisi oleh dua nama orang yang sama-sama kita cintai, tanpa sadar kita telah menyakiti salah satu dari mereka. Apakah benar? __________ Copyright 2019 By: bulankertas with Ichayy_