10 - Drama Meja Kasir

37.8K 2.8K 78
                                    

Banyak orang, tapi senyap. Ya, begitulah keadaan di dalam mobil yang berisi seorang orang laki-laki dan empat orang perempuan ini. Benar-benar senyap kecuali suara dengungan gas mobil, atau bunyi musik yang diputar oleh Gus Alif. Tak ada yang berniat membuka suara. Nufus dan Aira yang biasanya suka bercanda pun sekarang turut diam membisu. Nayya? Jangan ditanya lagi. Tak ada mood bicara sama sekali semenjak selesai debat dengan Gus Alif tadi. Gus Alif juga tak tahu harus berbicara apa. Ia bingung jika berhadapan dengan makhluk paling sulit ditebak jalan pikirannya---perempuan.

Dengan tiba-tiba, Nayya, terbatuk tanpa alasan. Rasa gatal menyerang tenggorokannya begitu saja.

"Uhuk-uhuk ...." Nayya terus terbatuk sampai mengeluarkan sedikit air mata dari kedua sudut netranya. Gus Alif mencari air mineral sedari tadi. Ia ingat masih ada beberapa botol air mineral di mobil.

"Mbak Najwa, tolong ambil air mineral di bagasi belakang. Sepertinya masih ada beberapa botol." Najwa langsung melaksanakan titah Gus Alif.

Mendapatkan apa yang ia cari, Najwa mengambil sebotol air mineral dan membukakannya untuk Nayya. Diserahkannya air mineral yang sudah terbuka segelnya kepada Nayya.

Tanpa ragu ia mengambil air mineral tersebut, dan langsung meminumnya hingga tersisa setengah botol. Rasa gatal di tenggorokannya berangsur hilang. "Terima kasih," ujar Nayya.

"Sudah?" tanya Gus Alif memastikan. Dijawab anggukan kepala oleh Nayya, dan senyum singkat.

"Terima kasih, Gus." Gus alif mengangguk kembali pertanda paham, dan fokus kepada kemudinya lagi.

Keadaan sudah tak secanggung tadi, berkat kejadian Nayya yang batuk tiba-tiba. Gus Alif sesekali melirik Nayya yang sedang melihat keluar jendela.

Entah dorongan dari mana hatinya berdesir bahagia, bibirnya pun turut mengukir senyuman di wajahnya. Nayya tak mengetahui hal itu, tapi tidak dengan ketiga temannya yang ada di belakang. Sejak tadi ia terus memerhatikan Gus Alif dan Nayya. Aira, Nufus, dan Najwa senggol-menyenggol satu sama lain. Saling memberi kode. Mereka berasumsi kalau Nayya dan Gus Alif adalah pasangan yang serasi. Walaupun Gus Alif dan Nayya terpaut usia cukup jauh. Gus Alif dua puluh enam tahun sedangkan Nayya masih delapan belas tahun.

Tersadar melakukan hal yang keliru, Gus Alif mengucapkan kalimat istighfar lirih. Ia kembali fokus dengan jalanan di depannya.

Nayya dan teman-temannya terheran dengan arah tujuan Gus Alif. Bukannya mengarah ke tujuan yang disebutkan oleh Nayya dan kawan-kawan, justru malah menuju ke arah pasar swalayan yang cukup tersohor di Kudus, dan beberapa cabangnya juga tersebar di seluruh Indonesia.

"Loh-loh ... kok malah ke sini, Gus? Kita kan mau ke Pasar Kliwon" tahu dengan kehendak hati ketiga temannya, Nufus menanyakan hal tersebut ke Gus Alif.

"Sama saja, 'kan? Sama-sama pasar," jawab Gus Alif ringan.

"Tapi kan, Gus ..." belum selesai Najwa bercakap, sudah dipotong oleh Gus Alif lagi.

"Nanti saya yang bayarin" jawabannya membuat kaum hawa berjingkrak senang, kecuali Nayya. Ia merasa sungkan dengan Gus Alif, dan jangan lupakan gengsinya yang tinggi.

"Saestu, Gus?" tanya Aira memastikan jika ucapan Gus Alif bukan gurauan semata. (Beneran, Gus?)

"Iya."

Aira kembali memekik tertahan. Najwa sampaiencubit paha Aira pelan karena malu melihat tingkah temannya yang satu itu.

Selesai memarkirkan mobilnya, Gus Alif dan yang lain turun dari mobil. Gus Alif berjalan dulu, baru di belakangnya diikuti Nufus, Aira, Najwa, dan Nayya di belakang.

Assalamualaikum, Gus ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang