14 - Dia, Sang Penyelamat

35.5K 2.5K 62
                                    

Langit malam tampak muram tanpa hadirnya si pelita dan lilin-lilin kecil yang memancarkan pendar cahaya. Bau tanah basah karena air hujan masih menguar masuk indra penciuman. Angin berhembus santai, menerbangkan ujung jilbab berwarna kopi susu milik gadis remaja yang tengan berjalan tenang.

Sambil melantunkan shalawat, ia menapakkan kakinya di tepi jalan yang masih basah. Sesekali ia mengangkat gamis yang senada dengan jilbabnya sedikit lebih tinggi agar tak basah terkena air yang menggenang.

Gadis itu adalah Nayya. Ia baru saja pulang dari rumah temannya yang mengadakan pengajian. Ia seharusnya sudah pulang sejak tadi, jika saja hujan tak menghambatnya. Ditambah lagi ia tak bisa menghubungi orang rumah untuk menjemputnya pulang karena gawainya kehabisan baterai. Jadilah sekarang ia berjalan kaki menuju rumahnya yang terletak sedikit jauh dari lokasi pengajian tadi.

Rasa was-was mulai menghinggapi Nayya kala melihat beberapa orang berpenampilan layaknya preman sedang berdiri di dekat gang.

Ia tak ingin berprasangka buruk terlebih dahulu. Sebagai manusia, kita hendaknya menanamkan sifat husnudzan kepada siapa saja. Hukum husnudzan ada dua. Pertama, husnudzon kepada Allah dan rasul-Nya. Husnudzan ini besifat wajib. Karena apapun ketetapan Allah pasti adalah yang terbaik untuk kita.

Kadang apa yang dianggap baik oleh kita, belum tentu baik menurut Allah. Dan apa yang dianggap buruk oleh kita, bisa jadi itulah yang terbaik bagi kita menurut Allah.

Dalam QS. al-Baqarah ayat 216, Allah berfirman.

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Allah maha mengetahui segalanya, sedangkan kita tidak. Maka dari itu, hendaknya kita selalu ber–husnudzan kepada-Nya.

Kedua, husnudzan kepada sesama manusia. Hukumnya adalah mubah atau jaiz. Husnudzan kepada sesama manusia artinya menaruh kepercayaan atau mengira bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan.

Husnudzon akan berdampak positif bagi diri sendiri maupun pihak lain.

Kebalikan husnudzan adalah suudzan, yaitu berburuk sangka terhadap orang lain. Allah melarang berbuat suudzan. Karena jika kita sudah suudzan, pasti sikap seseorang terhadap orang yang lain yang dicurigai tadi kurang bersahabat. Padahal apa seseorang yang dicurigai tadi belum tentu benar adanya. Dengan demikian, hubungan persaudaraan menjadi renggang.

Nabi Muhammad bersabda. “Sekali-kali janganlah engkau berburuk sangka karena sesungguhnya berburuk sangka itu adalah perkataan yang paling bohong.”

Allah Azza wa Jalla juga berfirman dalam QS. al-Hujurat ayat 12, yang artinya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, karena sesunggunya sebagian prasangka itu dosa. ...”

Nayya tetap berjalan dengan tenang, padahal dalam hati ia sudah sangat ketakutan. Ia berusaha menyingkirkan segala pikiran buruk yang melayang-layang di kepalanya. Ia berzikir memohon perlindungan Allah, karena sebaik-baik tempat meminta pertolongan hanyalah kepada-Nya.

Rasa was-was itu kian besar tatkala Nayya berada semakin dekat dengan beberapa preman itu.

Ya Allah, hamba mohon perlindungan kepada-Mu. Lindungi hamba dari bahaya dan malapetaka dari-Mu, rapalnya dalam hati.

Assalamualaikum, Gus ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang